Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Juli, 2014

30 Juli 2014: Pindah Rumah

Tak lama bapak meninggal, kami pun pindah ke rumah nenek.  Mak tetap berladang di Mengakacak dan saya tetap ikut Mak ke sana. Di rumah nenek. Saya tidur di kamar paling ujung, bersama Emak dan Kakak Kedua. Saya dan Emak tidur di atas tempat tidur dengan dipan bewarna biru. Kakak memilih tidur sendiri, membentang kasur di lantai. Di rumah nenek, ada Mak Na dan Bang Ari juga. Mak Na adalah anak kedua bungsu Nenek. Saat itu Mak Na belum menikah namun mengangkat Bang Ari anak Mak Dar, kakak kandung Mak Na. Rumah ini lebih besar dan berdinding semen. Banyak tanaman karena nenek suka bertanam. --bersambung

Untuk #29 Juli 2014: Teman Sepermainan #Mengkacak

Eli, Bang Aa, Bang Ii,Kak Eni, Elsi, Esi, Hilda, Kak Ester, Esi, Ayu, Sri, Maya, Yanti, Dwi, Ayu, Heni, Dedek, dan Wawan (Alm) -,- Beberapa nama teman sepermainan yang saya ingat. Eli, Bang Aa, Bang Ii mereka bertiga adalah teman yang tak terlupakan. Padahal, usia saya dan mereka cukup jauh. Tiga tahun.  Elsi, Esi, Hilda, dan Sri itu usianya sepantaran. Tetapi saya lebih sering bermain dengan Eli, Bang Aa, Bang Ii, d tepan Hilda.  Eli adalah tetangga samping rumah yang merangkap sebagai keluarga. Di rumahnya lah, Bapak menghembuskan nafas terakhir -,p. Di rumah Eli pula saya sering makan dan minum. Di rumah itu, ada meja panjang tempat menyiapkan makanan. Kursinya juga panjang. Kita seakan seperi makan di lamongan. Tetapi, ini di dalam rumah dan itu di tahun 90-an lalu. Jika minum, kita akan menggunakan cawan yang bentuknya agak pendek, lebar, dan ada kotak-kotak seperti timbul yang saya rasa sudah susah menemukan gelas semacam itu.  Di rumah ini pula saya dapat me

Untuk #28 Juli 2014: 4 Tahun di Mengkacak

Tidak semua pengalaman di sana dapat saya ceritakan. Di kondisi saya yang masih balita saat itu, hanya "kepingan" ingatan yang dapat saya sampaikan di cerita 4 Tahun di Mengkacak. Di saya, saya tinggal di rumah yang berdinding papan. Saya tidak tahu berapa meter luar rumah itu. Pastinya, kami mempunyai satu ruangan ruang tamu, ruang tengah sekaligus menjadi kamar, dan ruang makan sekaligus tempat memasak. Satu ruangan lagi, khusus untuk menyimpan padi.  Kami tidak punya teras. Rumah kami jika musim hujan, akan di kelilingi air. Biasanya dari jendela "kamar" saya akan memancing dan mendapatkan ikan osong. Osong adalah sebutan lain untuk ikan betok. Di Mengkacak dan di Tanjung, menggunakan kata tersebut. Di Mempawah kota, menyebutnya Betok, di Ketapang, ikan ini disebut Kepuyuh. Rumah kami ini, biasa disebut dengan Pondok Ladang. Bentuknya yang memang tidak besar jika dilihat dari kejauhan tampak seperti pondok. Rumah berdinding papan dna beratap daun nip

Untuk #27 Juli 2014: Bapak, dan Empat Warisan Kekayaanya

Warisan bapak, tentu saja Emak, Kakak-kakak, dan saya.  Saya sendiri tahu, tidak banyak warisan dalam bentuk harta yang bapak tinggalkan. Namun, berbagai kenangan indah dari bapak adalah kekayaan yang sangat beharga untuk saya. Anak yang hanya mendapatkan 4,5 tahun kasih sayang bapaknya itu adalah hal luar biasa. Dan, itu adalah kesempatan yang tidak ternilai. Apalagi jika membandinkanya dengan beberapa kenalan yang ditinggal oleh bapak sejak masih dalam kandungan. Atau, mereka yang ditinggal oleh kedua orang tuanya.  Mengingat Bapak, saya tentu saja mengingta pondok ladang kami di Mengkacak. Tempat saya tinggal selama 4.5 tahun itu adalah rumah yang dibangun bapak di antara sawah tempat Mak dan Bapak bekerja. Di situ pula, Kakak-kakak menghabiskan masa kecilnya.  Di rumah sana, setiap pagi kami dapat mendengar suara bunyi burung Keroak.Suaranya seperti terdengarv"roak-roak" yang mungkin menjadikanya dinamai Keroak. Burung Keroak boleh dimakan, dan telurnya seper

Lebaran dan Kemarau

Payau. Air mandi terasa aneh di akhir bulan Juli ini. Hujan yang tak kunjung datang membuat sumur di rumah bertahan dengan kepayauanya.  Aiaa, rasanya kalimat di atas terlalu dramatis dan mengarah romantis, tapi sayang agak miris.  Yay, lebaran kali ini saya mesti mengangkut air dari kolam di dekat rumah. Air di dalam sum.ur kami sudah agak menyedihkan. Pilihanya kita mesti mengangkut air, padahal jika dari sumur, tinggal klik saklar, air pun mengalir.  Biasanya pula, dulu di tahun 90-an jika kemarau begini air di sumur tak pernah payau. Malah, jika sumur-sumur dan kolam tetangga sudah mulau kering, sumur di rumah lah yang menjadi sumber beberapa tetangga. Air rumah masih penuh, jernih, dan tentu saja tidak payau. 

Lebaran dan Tanpa-tanpa

Lebaran tahun ini berbeda dari tahun sebelumnya. Tahun lalu saya dan emak hanya berdua yang ada di rumah. Tahun ini kakak pertama beserta keluarganya ikut serta lebaran di rumah. Selesai salat Idul Fitri kami menyantap makanan bersama: saya, emak, kakak dan suaminya serta dua anaknya ditambah Bang Ari, istrinya dan anakanya, Nabil. Seperti tahun sebelumnya, dan tahun-tahun yang lalu. Kakak kedua tidak bersama. Dia beserta keluarganya lebaran ke Pontianak, di rumah mertua. Tidak ada yang aneh sebenarnya dari kebiasaan ini, namun hal yang berbeda itu dikarenakan dua hari sebelum lebaran ada tetes air mata di antara Kakak Kedua dan Emak. Padahal, Kakak Kedua sangat sering ke Pontianak. Pergi ke sana berminggu-minggu. Mak pun tak pernah mengeluarkan air mata atau menunjukkan kesedihanya. Kesedihan di antara mereka sore Sabtu itu dikarenakan Kakak Kedua sangat ingin lebaran bersama Emak di tahun ini. Seperti yang dikatakanya di dapur sekitar pukul 15.00, "Kamek pengen lebaran

Emak adalah Cinta Pertama dari Empat Lainya

Emak adalah sosok yang paling beharga di kehidupan saya. Beliau lah orang terdekat yang saya miliki setelah Bapak, kakak pertama, dan kakak kedua. Emak adalah cinta pertama dari empat cinta lainya; bapak, kakak, dan saya sendiri. Setelah bapak meninggal. emak menjadi orang terdekat saya. Kakak-kakak lebih dulu pisah rumah dar kami sehingga komunikasi dengan emak saya rasa tak selancar saya. Itu lah bungsu. Saya merasakan sekali banyak hal yang ceritakan pada dbeliau. Tidak ada yang ditutupi. Apalagi tentang saya belajar di tanah perantauan. Emak adalah satu-satunya anak dari nenek dan datok yang mengenyam pendidikan hingga SD. Beliau mungkin ada memasuki dunia Masdarsah hanya tidak selesai. begitu infonya. Apakah beliau malas dan tidak mau melanjutkan pendidikan dengan dalil mengurus datok saat itu entah lah. Namun saya merasakan bahwa kecerdasan emak melebih pendidikan tinggi yang seharusnya ia kenyam. ...

Untuk

Untuk kamu yang berada di bawah sadar Melengking lah kamu dengan semau-mau suaramuk Memerintah lah kamu sesuai hasrtamu karena cuma maumu yang mesti ditunduk dan dipandu Untuk aku yang ada di atas angan Masih sempat berfikir tentang awan-awan yang terang dan mendung Untuk aku yang ada di atas kira Masih ingin untuk memakna cahaya dari jendela hitam Untuk kamu yang berada di baawah sadar Perlihatkan saja wajahmu yang muru Aku sudah terbiasa Terbiasa mengira Memakna Kemudian menunduk karena memang harus tunduk Kepada rumah yang menjadi saksi Dapatkan berikan aku laporan berapa kali begini?

Mengingat Sebelum 24

#untuk 25 Juli 2014 Saya awalnya agak bingung membahas ini. Saya ingin mengingat, mengingat bagian mana? Mengapa itu mesti diingat? Apa pentingnya? Efeknya? Tetapi saya sudah membuat judul ini. Saya awalnya berfikir untuk mengikuti kehendak hati saja menulis tentang mengingat sebelum 24. Judul-judul yang telah dibuat lebih mengarah ke masa silam. Tidak adil rasanya tidak membahas enam tahun terakhir. Tapi saya akan mencoba untuk menulis sesuai judul ini dan ide untuk menjadikan enam tahun terakhir sebagai bagian darinya. Sebelum 24 tahun. Mempunyai kenangan saat saya bersama bapak itu adalah hal yang luar biasa. Maka ingatan sebelum bapak meninggal tanggal 02 Mei 1995 lalu masih ada, sedikit. Saya mesti mengikat kenangan-kenangan yang saya punya itu, sebab sekarang saya masalah dengan ingatan. Lupa saya akut -,-

Mengapa 24 itu Penting

Tulisan ini saya tulis pada tanggal 26 Juli 2014. Dua hari setelah saya membuat rencana, parah memang. Begitu juga keparahan itu melanda saya di tanggal 24 Juli. Hari itu saya berencana, har itu pula saya tak menjalankanya. Tidur. Alasan yang benar-benar membuat “ngesak”. Ya itu lah yang sedang menjadi permasalahan besar untuk saya. Cepat ngantuk, capek. Pukul 09.00 saya sudah bisa mempunyai mata yang berair karena menahan kantuk, tidur, dan benar-benar bangun di jam yang tidak saya inginkan. Hanya sekadar saur. Selesai itu menyelesaikan beberapa pekerjaan hingga akhirnya saya tidak sempat untuk menulis. Ini bukan cerita alasan, hingga saya boleh tidak menulis. Maka saya pun membuat peraturan, jika begini melulu saya harus merapel semua tulisan yang tertinggal. Saya harus mewujudkan keinginan saya, menulis Menuju 24 tahun. Bagian dari menghadiahi diri. Mengapa 24 itu penting? Seperti di tulisan awal, saya merasa tanggal 24 untuk tahun 2014 adalah spesial. Tanggal yang me

Menuju 24

Menuju 24, itu yang akan saya gunakan untuk lebel tulisan sebelum usia saya 24 tahun. Tahun lalu, saya juga menulis Menuju 23, sayangnya tidak berlanjut hingga usia mencapai 23 tahun. Hanya ada beberapa tulisan. Semoga niat menulis untuk 24 tahun tercapai. Hari usia tahun ini terasa benar-benar penting. Saya merasa ada di tahap tahun transisi lagi, dari 19 ke 20 tahun lagi. Jika dulu 19 adalah masa hilangnya angka 1 dan kepala dua menunjukan bahwa saya bukan remaja lagi. Tahun ini, saya merasa hal yang hampir sama. Saya merasa, menulis Menuju 24 ini lebih spesial. Pertama karena tanggal 24 untuk tanggal lahir saya itu sama dengan usia saya setelah bertemu dengan tanggal 24, 24 tahun. Usia ke-24 ini lebih terasa harus dewasa, harus lebih dari transisi 19 ke 20, hahaha. Rasanya tahap kematangan. Usia yang membawa saya pada usia target "ehem, ehem" hahahhaa. 

Menuju Titik #PART2 (Cerita Satu Tahun Terakhir Kami)

dit phani ade di ptk... besok buber yokkk Wak Sauk, mengirim pesan itu saat saya sibuk membungkus parcel pesanan. Saya tidak terlalu yakin bisa bertemu dengan Phani yang akrab saya panggil "Nyeh". Nyeh suka hilang begitu saja dan datang begitu saja. Pernah dulu, dia mengirim SMS mengabarkan dirinya ada di dekat motor saya, lalu kami berjumpa, setelah ditinggal sebentar, Nyeh hilang -,-. Makanya saya selalu beranggapan jika komunikasi dengan anak Sebawi  yang satu itu susah. SMS hari ini entah tidak dapat dipekirakan tanggal berapa dia membalas. Sibuk? entah lah, sesibuk apa dia sekarang tapi Nyeh memang begitu orangya. Tidak terlalu memaksa. Jika dia tidak sempat membalas, ya tidak. Jika dia tidak ada pulsa, ya tidak. Jika tidak ada sinyal -hal pertama dan utama menjadi penyebabnya tidak mungkin rasanya Nyeh,  "sehe" keluar rumah untuk mencari sinyal, sekadar membalas.   Ya begitu lah Nyeh. Begitu-begitu kami semua sayang dengan dia. Buktinya, saya,

100% Untuk #GAZA

Awal ceritanya begini:  #GAZA Hi, Fredy dan tim akan mengkoordinir bantuan/sumbangan untuk membantu saudara-sudara  di GAZA. Gerakan ini murni solidaritas kemanusiaan. Tidak ada unsur AGAMA atau POLITIK di dalamnya. Cara memberi bantuan: 1. Kami menjual buku. Hasil penjualan 100% akan disumbangkan langsung melalui Majalah Enggang Kapuas ke GAZA. 2. Jika teman-teman ingin membantu/ikut menyumbang. silakan membeli buku-buku di bawah ini. a. The Magic of Reading (Buku motivasi dan tips tentang membaca, Rp. 30.000,-) b. Sepi (Kumpulan Puisi, Rp. 20.000,-) c. Aku dan Dia (Kumpulan puisi dan cerpen, Rp. 30.000,-). 3. Bergabung bersama kami dalam kegiatan ini. Untuk informasi lebih lanjut silakan hubungi: Fredy 085345443368. Waktu sampai Sabtu, 19 Juli 2014. Terima kasih. #sorryBC Bantu Share ya. Tks Itu adalah BC yang dapat dari Bang Pay. Fredy adalah seorang penulis buku puisi yang saya kenal tahun 2011 silam. Saya tidak mengenalnya langsung hanya melalui bukunya berjudul

Mbuat Bingke Ngan Mak

“Kalau libur, kusuroh kau jualan” Mak tersenyum sembari berjalan di dapur. Saya   tertawa mendengar kalimatnya itu dan tetap memerhatikan bingke yang belum masak. Puasa hari pertama, kami membuat kue bingke . Bingka sebagian orang menyebut kue yang berpola seperti bunga itu dan sebagian besar orang Melayu di Kalbar yang saya kenal, menyebutnya bingke . Bingke adalah satu di antara kue yang dijual oleh keluarga saya. Mak dan bibi yang dipanggil Mak Na bisa dikatakan sebagai Juragan Bingke. Tapi, sebelumnya yang lihai   membuat bingke adalah Nenek. Apalagi jika nenek membuat bingke telok, uh lembut terasa di lidah, manis dengan perpaduan telur dan aroma panggangan. Selain bingke telok, nenek juga pandai membuat bingke ubi. Bingke telok warnanya kuning dengan sisi kecokelatan di bagian pinggirnya.   Bingke ubi warnanya jingga karena ubi sebagai bahan utama adalah ubi jalar yang berwarna jingga. Bingke yang dibuat untuk jualan adalah bingke beras, warnanya cokelat tua, dan

Meriam Bulo

liveitlively.blogspot.com Dulu, saya dan Abang sepupu bernama Ari suka sekali bermain meriam bulo. Bulo adalah bambu atau buluh   dalam bahasa Melayu di Mempawah, khususnya di Kampung Tanjung. Jika menjelang bulan puasa, kami akan sibuk mencari bulo di kebun belakang rumah. Bang Ari lebih tahu bagaimana mencari batang bulo yang pas untuk dibuat meriam. Jadi yang memilih batang bulo, saya serahkan padanya. Saya hanya membantu untuk membawa gergaji, bantu memikul, dan bantu melihat dia membuat meriam bulo. Ukuran Bulo yang biasa dipakai untuk membuat meriam lebarnya kira-kira 10-11 Cm. Panjangnya sejumlah 4 ruas bulo. Empat ruas ini dilubangi kecuali ruas terakhir sebagai bagian bawah meriam. Dulu kami menggunakan besi panjang semacam linggis untuk menebok ruas. Menebok ruas meriam mesti hati-hati, tak teliti bisa jadi sisi meriam yang tebok .   Apalah arti kalau sudah bocor, selain kami mesti mencari bulo lagi.  Meriam bulo menggunakan minyak tanah. Biasanya

Membahas Pilpers

Sebenarnya, saya  saat memegang undangan pemilu Pilpers kemarin, tanggal 09 Juli 2014 saya masih bingung memilih siapa. Beberapa kali ikut pemilu saya sudah menetapkan akan siapa yang saya pilih dengan berbagai alasan. Kali ini, alasanya yang membingungkan adalah kenapa saya harus memilih? Hati menolak memilih, tapi harus memilih. Hingga saat pencoblosan saya berkata pada dua pasangan yang "akhirnya saya pilih": jangan kecewakan kami. Lalu -ya kita punya versi masing-masing dalam menilai-

PERAN DEWASA MUDA DALAM PROGRAM BINA KELUARGA REMAJA (BRK) MENUJU REMAJA KALIMANTAN BARAT YANG BERKUALITAS

Pada April lalu Kalimantan Barat, Pontianak khususnya dikejutkan dengan pemberitaan pemilik akun Facebook Nanang Selembe. Beritanya bukan berkaitan dengan prestasi seorang remaja Pontianak melainkan, kasus yang menjerat Nanang dikarenakan tindakannya yang menghilangkan nyawa seseorang, yakni pacarnya. Sungguh disayangkan, remaja yang baiknya mengembangkan potensi dirinya untuk menggapai kehidupan yang lebih baik untuk pribadi, bangsa, dan agama di bangku sekolah malah salah dalam memanfaatkan waktu tersebut.  Info mengenai kasus ini mudah diketahui oleh banyak orang melalui jejaring sosial seperti Broadcats via Blackberry Mesegger, Facebook, Twitter, atau video internet Youtube. Setelah Nanang yang sempat melarikan diri ditangkap oleh aparat berwenang dan diusut kasusnya, salah satu Tv swasta mengangkat kisahnya dan disiarkan di salah satu acara. Tak   hanya program berkenaan dengan acara wanita pada dini hari itu sebelumnya, pemberitaan di program berita Tv nasional lain juga m