Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 2015

MENULIS, MENDAMAIKAN

Oleh: Farninda Aditya   (Club Menulis IAIN Pontianak) Disampaikan pada Pelatihan Pelatihan Peace Journalism (Jurnalisme Damai) dalam Perspektif Anti Teror FKPT Provinsi Kalimantan Barat "Cekal Terorisme di Kalimantan Barat " Rumah Melayu Kalimantan Barat, 26 Agustus 2015 PENDAHULUAN             Mendengar atau membaca kata Terosisme sebagian besar orang akan merasa ngeri. Keadaan serba kekerasan terasa mengancam di lingkungan. Aksi-aksi teror yang di lihat dari berbagai media menjadi penghantar bayangan berbagai kesengsaraan. Tentu saja, tidak ada orang yang suka dengan Terorisme bahkan si peneror itu sendiri, sebab merasa diteror, merasa terancam, merasa harus melakukan tindakan tersebut sehingga berakibat pada kehilangan nyawa, harta, kebahagiaan orang lain.             Keberadaan teroris tentu saja tak terlihat secara gamlang. Kerahasiaan menjadi hal utama dalam melakukan aksinya, karenanya ketika aksi itu terjadi menimbulkan kejutan luar biasa untuk m

1 KATA, 1 SEMANGAT, 1 TINDAKAN

Secara pribadi, saya tahu apa yang sedang saya gusarkan dan sangat mengerti apa yang tidak saya mengerti. Ini adalah masa silam yang saya tahu akan berefek pada masa-masa kini. Saya mengerti dengan sangat resiko yang sedang dihadapi. Pada itu, buku teori dengan bahasa asing yang tak saya mengerti -,- hingga kini saya belum berani menjadikannya rujukan, meski saya tahu teori yang saya cari ada di situ. Saya sudah menemukan satu kata yang membuat saya tahu harus bergerak. Hanya kata ini belum mempan membuat saya secara 100% untuk mengobarkan semangat saya untuk bertindak. Well, ketika saya sudah bersemangat mengerjakannya, tindakan saya tidak terlaksana secara 100%. Tindakan ini tertunda karena atmosfer ruangan yang saya bentuk tak seperti yang saya harapkan. Saya sudah mengartur waktu dan ruang sebagaimana mestinya, eh setelah semua partikel bertemu rupanya tak seberhasil yang diinginkan. Ah ya sudahlah, nanti saja. Itu itu lagi yang terngiang. Jika begini terus, saya juga tahu

TERIMA KASIH UCAPAN DAN DOA, SERTA BAHAGIA

Terima kasih untuk segala doa dan ucapan semuanya. Terima kasih. Spesial di tahun yang juga dispesial-spesialkan: VIA SMS Terima Kasihnya pada Can Dedes: Selamat ulangg tahun Kak Ninda, semoga panjang umur. Selalu diberikan kesehatan, kuliahnya cepat kelar dan cepat menyandang S2. Persahabatan kita-kita semakin baik dan semuanya diingatkan diijabah oleh Allah. Amin ya Rab.   Iip/Nuzuliah Ivany Selamat menua sista, segala yang terbaik :* Hilda/Irni Septy Zulhilda Nda ini Eka, Aku memang bukan yang pertama tapi aku yang paling dari hati. happy Brithday beibh. Cepat kelar kuliah, rajin jengok Mak Tas, sukses yah nikah jugak jangan lama-lama, malam ini ngopi yuk, ade hilda jugak. Eka/Eka Sri Andhini Terima Kasih teman-teman di Club: Hbd ya Kak Nda! Panjang Umur, cepat wisuda, dan cepat nikah :) Sana/Nurhasanah Happy Brithday too you Kak Nda, sehat selalu, Ciee 25 dah die, 2 tahun lagi boleh dah hahaha Mbok Sit/Siti Nurhasanah Kakaks hbd :) semoga selalu diberikan ke

TENTANG LAUT DAN PADANG PASIR

Telepon sudah mati setelah baterainya tak lagi bisa menguatkan diri untuk bertahan. Ia dipaksa menyampaikan suara rumah dan suara rumah di sana. Entah, tiba-tiba saja ingin mendengar desiran yang terjadi di padang pasir. Padang pasir baru saja mengirimkan butirannya melalui angin yang mengena sekali. Masuk ke dasar lautan. Ada kata dan kalimat angin yang biasanya membuat gusar, hari ini menjadi suatu renungan penting. Suatu perbedaan pendapat yang biasanya tak bisa diredam oleh bulan di pantulan laut, tadi tampaknya luluh hingga tak berkutik lalu menghasilkan suatu tanya? Apa perbedaan yang disajikan oleh Padang Pasir seperti gelombang yang menghempas pantai, dan itu lah hempasan itu tetap luruh kembali pada lautan dengan cara yang lembut. Menyurut hingga butiran bertemu.

GGIBM

Pernah terlintas, tapi rasanya awam. Pernah menduga, tapi rasanya parah. Pernah mengira, oh tak adil. Pemikiran membawa. Bukan keinginan yang dipaksakan. Tiba-tiba saja, berpikir, apa dia akan kembali. Duduk bersama di kala menunggu senja di belakang rumah. Membahas tentang hutan dan tanaman lainnya. Dan, tentu saja sembari menikmati aroma-aroma yang membikin rindu. Atau menghitung seberapa banyak kelopak-kelopak yang tergambar di sepanjang gaunmu. Oh entah, itu hanya khayal yang bicara. Duga tak bersalah yang merasa tak bersalah.  Ya, tentu saja. Renungan ini menghasilkan tawa-tawa yang membuat harta benda di ruangan terpikal-pikal. Mereka tahu, ada suatu labirin yang sedang penuh dengan tanda tanya. Tanya pada yang tak seharunya dipertanyakan. Lalu tergelindinglah kebingungan yang kemudian membuatnya kembali menjadi renungan. Bisa saja bukan? Di antara kecilnya debu, ia menyelip sebab rindu? Bisa saja bukan? Di antara angin, ia menyelip mengadu? Ah sudahlah.

DAFTAR #PART3 (NASIHAT DAN CERITA)

1. Sebanyak orang yang saya temui hanya kamu yang begini, bingung dengan dirimu sendiri 2. Jangan mencoba untuk mencari tahu tentang orang lain, bahkan berpura-pura untuk menjadi yang lain di hadapan orang lain, nanti kamu dibenci orang lain 3. Manusia itu tidak bersifat statis, jangan kamu mencoba untuk menilai orang lain 4. Kamu, jangan juga bertanya tentang alasan, alasannya tanpa alasan 5. Kata temanmu, "Jangan pernah merasa tinggi" 6. Melati

SELAMAT SE PER EMPAT ABAD

Selamat Nda. Selamat. Mana senyumnya? Cie Dua lima Emang main tapok-tapok an duak limak et cie Emang duet send duak limak et ehem Emang gule tarek duak limak Ehui Eh macam maeh batu jak, buah limak Et et Em macam lah buah, delima Ih udah lah tau bah dah duak limak, dah tue ehemmm doakan yang terbaik ya Terima kasih hidupku Terima kasih organku Terima kasih Otakku Terima kasih Hatiku Terima kasih semua Terima kasih yang telah pergi dan yang terlah datang dan yang menanti Ucapan pertama :D Mak Kaseh Wak Abun

Karnaval Khatulistiwa dan Presiden Indonesia di Pontianak

Pukul 14. 30 saya beserta Kak Eka dan dua anaknya, Saskia dan Rakeysa sudah berada di tepian jalan area Pasar Kemuning. Sejak jam 11, Saskia dan Rakeysa suda siap untuk acara siang ini, bahkan mereka bertiga dengan bundanya sudah lebih dulu melihat-lihat keadaan di Rumah Radakng dan Pasar Kemuning. Mereka sudah bertamasya duluan di pagi 22 Agustus 2015, bahkan sudah jalan-jalan di area Alun-alun Kapuas. Saya, Ucu Adek, dan si kecil Lubna ikut mereka di ronde kedua, menyisir jalan Kemuning hingga di depan rumah Dinas Sekretaris Daerah, M. Zeet. Karnaval Khatulistiwa sebagai peringatan puncak HUT RI ke-70 adalah kegiatan yang sedang kami sekeluarga gandrungi. Ada Presiden yang datang. Maka tidak mengherankan, keramaian masyarakat membaur di antara Tugu Sungai Kapuas itu. Saya sendiri baru tahu acara ini setelah membaca papan reklame di persimpangan A.Yani. Pagi itu, rasanya 3 hari sebelum acara. Saya rasa bukan saya saja yang merasa ketinggalan informasi tersebut, sebab pertan

PUISI KEMERDEKAAN 2009 LALU

Selamat 70 Tahun Kemerdekaan. Selamat Indonesia. Jaya Selalu, Bahagia Kita Selalu. Ini adalah bagian keberuntungan saya sebagai orang yang suka sekali menyimpan kertas-kertas atau apalah yang berkaitan dengan tulisan, desain, dan hal yang saya minati. Kali ini saya akan mempublikasikan puisi yang pernah saya bacakan saat ikut LOMBA MEMBACA PUISI DI RADIO PRIMADONA. Tepuk tangaaaan, gaeees. Mariii. Jadi, waktu itu luar   biasa bukan? saya ikut lomba membaca puisi ini. Jika tidak salah pendaftarannya 20 ribu atau 25 ribu begitu lah. Ada uang pendaftaranlah. Di kertas ini tertulis bahwa nomor formulir saya 27 dan No undian 45.  Tahun itu, tahun 2009. Tertulis pula kata-kata yang baiknya saya sampaikan selain puisi, seperti: Mecom,   Comlam (HAhahahahaha), Muchlis Zya Aufa dengan karya, Muchlis Zya Aufa dengan rangkaian karya puisinya, serta simbol-simbol yang saya buat untuk menentukan intonasi di lariknya, serta kata-kata tambahan yang menjelaskan bahwa di bait tersebut

MENGINGAT: LPM, BANG NUR IS, WAK ALI, DAN WAK UDIN

Saya menemukan tulisan ini ketika membereskan tumpukan kertas di kamar. Maklum, terlalu banyak kertas penting untuk saya meski saya lupa, tapi tetap saya simpan. Hingga akhirnya, saya kembali menemukan kertas ini. Kertas yang menceritakan banyak sejarah. Tidak hanya pada diri pribadi tetapi perkenalan dan kepergian. Tulisan ini ditulis ketika pelatihan Jurnalistik Dasar yang diadakan Lembaga Pers Mahasiswa STAIN Pontianak, tahun 2009 lalu. Kegiatan itu dilaksanakna di gedung Dakwah, lantai II. Ruang apa, itu lupa saya. Saat ini, ruang ini menjadi Lab Tv IAIN Pontianak. Saya menulis ini karena pematerinya meminta kami untuk menulis. Dia, Nur Iskandar. Namanya, jikalau tidak salah semula saya kenal melalui kakak-kakak senior di LPM, mengatakan bahwa beliau pernah mengajar mereka di kelas Jurnalistik. Pokoknya, nama itu sangat dikagumi oleh kakak senior. Rupanya, orang bernama Nur Iskandar yang lalu, saya ikut memanggilnya dengan panggilan Bang Nur Is itu sangatlah asyik. S