Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2010

Terimakasih

Kami datang ingin berbagi ilmu pada mereka Kami datang untuk menambah Ilmu lewat mereka Kami sapa mereka dengan karya Kami hanya mencoba berbagi dan mencari. Ilmu Sabtu, 16 Oktober 2010. Pagi. Aku melihat mereka bermain, berlari-lari, kesana-kemari hingga bola mataku juga ikut berjalan. Ke kanan, ke kiri. Ke kanan lagi. Ke kiri lagi. Begitu terus hingga aku mengalihkan pandangan pada satu anak yang sedang melihat temanya bermain bola basket. Oh, ya aku belum bilang, aku sekarang ada di Sekolah. Sekolah yang terkenal di kota ini dengan kebersihanya. Nanti aku akan beritahu, di sekolah mana, tapi jika sudah ada yang tahu diam-diam ya!, oke?. Sebentar saja. Anak tadi berambut panjang, terurai sedikit berantakan, maklum ia juga tadinya bermain. Tapi, tetap saja ia gadis kecil yang manis. Aku berbicara denganya. Membicarakan tentang seragam mereka hari ini. Seragam PLH (peduli lingkungan Hidup). “Keren!” kataku berteriak tapi tak telalu keras, hanya mencoba membaur seperti mereka saja meski

Rumput-rumput

Rumput ini punya siapa Punya siapa rumput ini Semua boleh punya Apalah arti rumput? Rumput apa artinya? Rumuat itu tumbuhan Rumput itu hijau Rumput itu dimakan, sapi misalnya Rumput itu ada yang dijadikan obat Rumput itu juga mahal, tanya saja di toko tanaman Rumput manila mungkin contohnya Rumput itu indah Rumput itu menari, menari tertiup angin Rumput itu basah, tertimpa hujan Rumput itu ada bening, bening karena embun Jadi, rumput itu? Tanyakan pada rumpu yang bergoyang.

Aku rasa

Aku rasa Aku tidak akan pernah menyesal Karena aku dilahirkan di dunia ini Meski, Aku tidak pernah meminta untuk dilahirkan Aku tahu ada yang sengsara Aku tahu ada yang tidak bahagia Aku tahu ada yang menderita Aku tahu, terkadang juga merasakanya Tapi, itulah kehidupan. Aku punya matahari, yang memberi sinar jika aku sedih Aku punya pohon untuk berteduh ketika aku meragu Aku punya awan dan memberiku air Semua itu tercipta, sempurna Dan aku punya penciptanya, yang akan memberi apa dari segala apa Apa yang harus aku sesalkan? Hanya bagaimana aku menjaganya saja.

IMANAH YANG MENGHILANG

Sebelum hari selasa, sebelum tanggal 19. Aku dan kak Rasti kehilangan Imanah. Susahnya lagi, aku lupa bagaimana rupa Imanah, sedangkan kak rasti tidak tahu sama sekali yang mana Imanah. Lengkap sudah. Kami bertanya-tanya dan belum tahu bertanya dengan siapa diantara mereka yang ada di klub. Ada niat untuk mencari di kelas-kelas semester V, tapi belum terwujud. Senin malam, aku mengotak-atik blogku, juga singgah ke blog klub menulis STAIN. Ada komentar kak Rasti di blog itu, ia menanyakan tentang hadiah majalah gantung. NATURAL, begitu nama blognya. Membaca ini aku langsung mengeposkan komentar, dan berniat mengingatkan kak Rasti bahwa kita kehilangan seseorang, satu-satunya orang yang akan melengkapi kelompok 6. Imanah. Dalam Pos komen itu aku bilang, Dimana Imanah?. Berharap Imanah membacanya dan tahu, bahwa kami sedang mencarinya. Esok harinya, aku tahu bahwa kak Rasti membuat sayembara untuk mencari jejak Imanah, dan bagi siapa yang menemukanya akan menadapat hadiah yang menarik. Be

EMAK, AYAH, AINUN. AKU PULANG!

Tak ada yang mau berbicara padaku, padahal sejak tadi aku berdiri disini, di depan mereka. Bukankah kemaren suara mereka sangat renyah dipendengaranku, bukankah mereka senang mendengar aku akan kembali. Tapi, mengapa hari ini mereka tidak menyapaku. Emak, ayah bahkan Ainun adikku yang manja juga tidak. Mengapa?. Perasaanku tidak menentu. Takut, takut mereka tidak mau menerima aku lagi. Aku tahu, aku salah karena tidak mau menuruti permintaan mereka, meninggalkan laki-laki brengsek itu. Bahkan aku memberontak, dan meninggalkan rumah, tanpa pamit, tanpa kabar. Hari ini aku pulang. Aku janji aku tidak akan pergi lagi. Aku pulang untuk Emak, ayah dan Ainun. Aku menyesal dengan apa yang telah aku perbuat, aku sadar telah mengecewakan kalian. Suara dari telepon, kalian sangat bahagia mendengar aku akan pulang, bahkan emak tidak sedikitpun membahas tentang lelaki itu. Emak bilang ia sangat merindukanku, ayah juga, Ainun pun. Aku pulang. Namun, mengapa aku disambut dengan wajah tidak dengan k