Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Juli, 2010

Novel?. Aku Malu

Dua minggu yang lalu, ehm. Tidak tiga minggu yang lalu. Seperti beberapa minggu sebelumnya, aku mengikuti klub menulis pada sabtu pagi. Pukul 07:00 WIB. Tapi, aku harus bilang aku tidak pernah tepat waktu. Banyak sekali alasanya, dan bukan alasan yang aku karang, seperti “mengantar nenek melahirkan kerumah sakit” itu alasan ejekan dari pembimbing di klub. Aku memang mengantar seseorang tapi bukan nenek, karena nenekku sudah tidak ada. Bahkan jikapun hidup, aku rasa keduanya tidak akan bisa memberiku pak usu atau mak usu. Sangat lucu punya pak mude yang umurnya sama dengan keponakanku sendiri. Aneh. Sebenarnya bukan karena telatku yang akan aku ceritakan, tapi aku ingin bilang bahwa aku sangat minder. Ini karena aku malas baca. Entah minggu keberapa, pembimbingku ini berdiskusi dengan kami mengenai cara menulis. Ia mengarahkan pikiran kami pada sebuah Novel. Kalian pasti tahu, novel itu tebal sekali, dan bisa membuat bosan, tapi jika kalian memang tidak suka baca. Aku suka baca novel,

Majalah ke-2

Ini memang mungkin menjatuhkan image anak remaja sepertiku. Aku tahu umurku sebentar lagi 20 tahun, tapi menurut psikologi yang aku tahu remaja akhir itu 21-23 tahun. Aku baru akan menuju 20 tahun, jadi aku remajakan?. Hari ini aku beli MAJALAH. Ini majalah kedua yang aku punya, seumur hidup. Mungkin aku lupa. pernah membeli atau tidak, atau karena tidak pernah. Jadi aku tidak bisa menjawab kepastianya. Yang aku ingat dulu aku biasa membeli Tabloid. Tabloid itu aku beli dari uang jajan yang aku sisihkan, tidak aku pungkiri itu karena da poster Band Peterpan, dan aku suka Ariel. Atau Poster AFI 1 yang Jumbo. Sama halnya, dengan membeli Tabloid, majalah ini aku beli dengan uang jajanku. Majalah ini sudah aku incar sebelum ia tiba di toko buku tempat aku membelinya. Karena waktu itu belum ada, jadi aku belum beli. Aku khawatir, aku tak bisa membelinya karena uang jajanku habis. Apalagi harganya aku rasa cukup merogeh dompet. Rp. 18.000. berlebihan tidak jika aku bilang itu mahal?. Terser

Klub Menulis, Cerpen Islam.

Aku mengikuti klub menulis. Unik juga caraku mendaftar. Aku tidak pernah tahu, bahwa dikampusku akan membentuk klub. Karena aku Mading. Tepatnya, Malas Lihat Mading. Malunya aku dengan diriku. . He!. Aku tahu, adanya klub ini dari tiga temanku, mereka teman Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM). Ketika aku menghampiri mereka yang ada di kelasnya, aku melihat mereka sedang mengisi formulir pendaftaran. Well!, tentu aku tanya formulir apa itu. mulanya Romi bertanya dengaku. “ikut klub apa?”, tentu aku heran dengan pertanyaanya. “klub?” aku menimpali dengan nada heran Romi menjelaskan. Bahwa da klub bahasa Inggris, hafiz Quran, dan Klub Menulis. Tentu aku ingin ikut, karena aku memang mencari wadah itu. Meski aku tahu aku sangat ragu dengan kemampuanku. Sangat kebetulan, Formulir yang mereka punya ada empat, tentunya satu jatah formulir untukku. Didalam formulir, diakhir tertera pertanyaan mengenai karya. Alhamdullilah, satu karya yang bisa menyelamatkan aku dari kekosongan isi formulir, iala