Aku mengikuti klub menulis. Unik juga caraku mendaftar. Aku tidak pernah tahu, bahwa dikampusku akan membentuk klub. Karena aku Mading. Tepatnya, Malas Lihat Mading. Malunya aku dengan diriku. . He!.
Aku tahu, adanya klub ini dari tiga temanku, mereka teman Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM). Ketika aku menghampiri mereka yang ada di kelasnya, aku melihat mereka sedang mengisi formulir pendaftaran. Well!, tentu aku tanya formulir apa itu. mulanya Romi bertanya dengaku.
“ikut klub apa?”, tentu aku heran dengan pertanyaanya.
“klub?” aku menimpali dengan nada heran Romi menjelaskan. Bahwa da klub bahasa Inggris, hafiz Quran, dan Klub Menulis. Tentu aku ingin ikut, karena aku memang mencari wadah itu. Meski aku tahu aku sangat ragu dengan kemampuanku. Sangat kebetulan, Formulir yang mereka punya ada empat, tentunya satu jatah formulir untukku.
Didalam formulir, diakhir tertera pertanyaan mengenai karya. Alhamdullilah, satu karya yang bisa menyelamatkan aku dari kekosongan isi formulir, ialah cerpen “mengingat Bapak”. Satu-satunya cerpen yang di muat di kotan lokal.
Sekarang aku sudah bergabung, senang sekali apalagi aku bertemu dengan teman-teman Tarbiyah dikelas Klub. Karena identik dengan dunia tulis menulis adalah jurusan Komunikasi Penyiaran Islam (KPI), jurusan kedua dari pilihanku, tapi aku menang dipilihan pertama, Tarbiyah.
Aku diletakkan di kelompok C, berarti ada 2 kelompok selain kelompokku, tentu A dan B. Tapi belakangan ini aku tahu ada kelompok D. Menyulitkan disini, menulis cerpen Islami. Mengapa aku bilang menyulitkan, karena aku sadar, menulis Islami mesti tahu menegani seluk beluk Islam. Dan aku tidak ingin bercerita tentang ketidaktahuanku. Atau aku juga tidak ingin mengabarkan hal yang belum tentu aku lakukan. Aku merasa sulit sekali, ketika pembimbingku bilang, cerpen yang kubuat mesti ada aura Islamnya. Aku tahu, karena kami dikamapus Islami. Tapi, aku tetap kaku dengan itu, aku malu.
Semangatku sempat goyah, aku juga bingung harus melakukan apa, dan apa yang harus aku ubah dari cerpenku. Tapi, aku semangat kembali, ketika seprang pemateri berbagi Ilmunya mengenai. Cerpen Islami. Ketika salah satu dai kelompokku bertanya mengenai cerita Islami, yang ceritakan oleh orang yang kurang mengerti. Atau Islam sejati. Karen apemateri bilang, berdasarkan buku peganganya, dari negrri malaysia.
Si pengarang adalah seorang muslim dalam arti kata sebenar-benarnya. Dia benar-benar mengenal Allah dan mengenal dirinya. Dia yakin mengapa dia berada di dunia ini, yakin tentang tugasnya kepada Allah dan juga sesama manusia.
......
Aku?. Aku sangat tak PD bilang bahw aku adalah sorang yang benar-benar muslim. Hick .
Tapi, aku tak memperdulikan lagi hal itu setelah si pemateri bilang, dengan mengutip seseorang. “jangan lihat tingkahlaku ku, tapi lihat karyaku”. Dan aku ingat dengan dosen Haditsku “tak apa, Hadits palsu itu digunakan asal fadilahnya sampai, tujuan yang inginkan sampai, visi misi yang akan disampaikan dari hadits itu sampai” dan itu hanya sebagao pendukung, mungkin aku saat ini aku akan menjadi pendukung tulisan-tulisan dari anak klubku yang lebih handal mengenai cerpen Islami ini. aku akan belajar mengenai itu.
NB: Jangan berhenti hanya karena satu rintangan.
Aku tahu, adanya klub ini dari tiga temanku, mereka teman Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM). Ketika aku menghampiri mereka yang ada di kelasnya, aku melihat mereka sedang mengisi formulir pendaftaran. Well!, tentu aku tanya formulir apa itu. mulanya Romi bertanya dengaku.
“ikut klub apa?”, tentu aku heran dengan pertanyaanya.
“klub?” aku menimpali dengan nada heran Romi menjelaskan. Bahwa da klub bahasa Inggris, hafiz Quran, dan Klub Menulis. Tentu aku ingin ikut, karena aku memang mencari wadah itu. Meski aku tahu aku sangat ragu dengan kemampuanku. Sangat kebetulan, Formulir yang mereka punya ada empat, tentunya satu jatah formulir untukku.
Didalam formulir, diakhir tertera pertanyaan mengenai karya. Alhamdullilah, satu karya yang bisa menyelamatkan aku dari kekosongan isi formulir, ialah cerpen “mengingat Bapak”. Satu-satunya cerpen yang di muat di kotan lokal.
Sekarang aku sudah bergabung, senang sekali apalagi aku bertemu dengan teman-teman Tarbiyah dikelas Klub. Karena identik dengan dunia tulis menulis adalah jurusan Komunikasi Penyiaran Islam (KPI), jurusan kedua dari pilihanku, tapi aku menang dipilihan pertama, Tarbiyah.
Aku diletakkan di kelompok C, berarti ada 2 kelompok selain kelompokku, tentu A dan B. Tapi belakangan ini aku tahu ada kelompok D. Menyulitkan disini, menulis cerpen Islami. Mengapa aku bilang menyulitkan, karena aku sadar, menulis Islami mesti tahu menegani seluk beluk Islam. Dan aku tidak ingin bercerita tentang ketidaktahuanku. Atau aku juga tidak ingin mengabarkan hal yang belum tentu aku lakukan. Aku merasa sulit sekali, ketika pembimbingku bilang, cerpen yang kubuat mesti ada aura Islamnya. Aku tahu, karena kami dikamapus Islami. Tapi, aku tetap kaku dengan itu, aku malu.
Semangatku sempat goyah, aku juga bingung harus melakukan apa, dan apa yang harus aku ubah dari cerpenku. Tapi, aku semangat kembali, ketika seprang pemateri berbagi Ilmunya mengenai. Cerpen Islami. Ketika salah satu dai kelompokku bertanya mengenai cerita Islami, yang ceritakan oleh orang yang kurang mengerti. Atau Islam sejati. Karen apemateri bilang, berdasarkan buku peganganya, dari negrri malaysia.
Si pengarang adalah seorang muslim dalam arti kata sebenar-benarnya. Dia benar-benar mengenal Allah dan mengenal dirinya. Dia yakin mengapa dia berada di dunia ini, yakin tentang tugasnya kepada Allah dan juga sesama manusia.
......
Aku?. Aku sangat tak PD bilang bahw aku adalah sorang yang benar-benar muslim. Hick .
Tapi, aku tak memperdulikan lagi hal itu setelah si pemateri bilang, dengan mengutip seseorang. “jangan lihat tingkahlaku ku, tapi lihat karyaku”. Dan aku ingat dengan dosen Haditsku “tak apa, Hadits palsu itu digunakan asal fadilahnya sampai, tujuan yang inginkan sampai, visi misi yang akan disampaikan dari hadits itu sampai” dan itu hanya sebagao pendukung, mungkin aku saat ini aku akan menjadi pendukung tulisan-tulisan dari anak klubku yang lebih handal mengenai cerpen Islami ini. aku akan belajar mengenai itu.
NB: Jangan berhenti hanya karena satu rintangan.
Komentar