Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 2010

Satria Berkarat

Aku bahkan hampir lupa bagaimana rupa Satria dulu. Jikatidak kembali ke kampung ini untuk menyambut bulan puasa, mungkin tidak kuingat bahwa aku pernah memiliki Satria. Mataku menyipit, keningku mengerut alistebalku menyatu. Aku heran dengan Satria yang sekarang. Lusuh, terlihat rapuh,tak gagah. Satria. Emaklah yang mengenalkan aku kepadanya. Kata emak Satria akan menemaniku ketika aku berjualan kue. Jika di bulan puasa, aku berjualan kue. Satria selalu membawaku tanpa mengeluh. Dia lah yang meringankan bawaanku. Aku selalu merasa nyaman ketika bersamanya. Ia selalu ikut kemana aku pergi, ia juga menurut kemauanku. Aku mau ia membawaku dengan cepat atau lambat. Ia selalu menurut. Kini ia tersandar di samping rumah, ia tak memiliki lagi kaki penunjang. Aku sedih melihat ia yang sekarang. Aku harap tulangnya tak keropos. Sungguh aku merasa bersalah. Ia pasti lara selama aku tinggalkan. Aku menghampirinya, tanganya kugenggam dengan erat. Aku rindu Satria. "Satria maafkan aku, empat t