Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2012

Kehilangan

Tidak lama mungkin, tapi tetap saja sulit seperti sudah berdarah daging, meski tak lama Tak ada hak suara, tapi ingin Jangan pergi dulu Terlalu cepat dan tanpa ada tanda bahkan tawa melebar dengan mata yang sipit Ha............ Tidak rela untuk saat ini Tanpa berita Tiba-tiba Hilang Masih jelas Mesin karat itu kita jadikan ledekan Reffil itu kita jadikan acuan Pohon natal kita jadikan sorotan Ayam goreng hangat bersama kita makan Kacamata hitam selesai tontonan Dan, menghantar bingkisan dengan jalan pelan-pelan Tidak ada rasa yang lain Hanya hilang Hilang untuk berbagai keakraban Untuk seseorang yang melihatkan kesederhanaanya menjadi kenalan, teman, dan candaan Brother

SIM dan STNK

Pagi, sekitar sekitar pukul 08:45, saya dikejutkan lagi dengan beberapa polisi di depan PCC. Khawatir lupa bawa dompet, saya pun memberhentikan motor di sebelah kiri yang sekirannya aman dari serempetan kendaraan lain. Alhamdulillah, dompet saya bawa. Tanpa merasa khawair, saya pun langsung mengarahkan motor ke halaman PCC yang sudah banyak orang diperiksa. Orang di samping kanan saya, ternyata STNK nya sudah mati, belum diperpanjang. Tapi si pengendara hanya dinasehatkans aja. Saya kira dia bakal diminta memisahkan diri, kemudian diproses ala pemeriksa, dan dia mengelurakan uang damai. Maklum, saya pernah dengar tentang uang damai ini, jadi pas ketemu dengan keadaannya, saya langsung berpikir ke situ. Tapi, pikiran saya salah.Pengendara, nampaknya tidak diberlakukan seperti yang saya pikirkan. Eh, ternyata tidak boleh ambil tanggap dengan sesuatu yang belum kita alami sendiri. Setelah memeriksa perlengakapan kendaraan yang disampping saya. Pak Polisi malah meninggalkans aya yang s

Perang Rasa

Beberapa hari yang lalu saya dapat kabar gembira. Kabar yang sangat manis sekali. Semanis ubi kayu rebus yang dikasi gula ditambah lagi madu asli. Santaapan suatu sore di puket III. Hum sangat manis. Manis yang saya rasa ternyata tidak sama ketika saya mau minta tanda tangan transkip di Prodi. Saya yang apesnnya Jumat itu ingat kalau mau minta transkip tapi tak ingat harus pakai kostum yang sesuai dengan aturan Prodi. tidak boleh sandal jepit baju kaos celana lepis. Hari itu, sorenya saya akan membimbing peserta Perjusami yang diadakan anak Pramuka di Kampus. Jadi saya pikir, saya pakai baju yang santai saja. Hem ternyata, pikiran saya sangat dangkal. Tidak memikirkan yang lain lagi. Saya kok jadi pelupa sekali ya. Beuh gara-gara penyakit ini, kalau saya kelupaan sesuatu atau apa pun, teman dekat ak ekan bilang "hem, ape si yang tadak kau lupakan tu?" mukanya sambil manyun, bibirnya akan lebarkan sedikit, tapi bibirnya tetap mengatup. Matanya menjadi mata yang sanga

Ungkap

"Jika perasa, pasti akan salah rasa" ungkap seorang teman. Mengungkap itu sulit. Bicara dengan kata-kata sedikit juga sulit. Menjelaskan apa lagi. Sulit. Hingga kemudian berubah, menjadi biasa, sangat biasa, bermuka tak ada apa-apa. Seperti itu. Begini setelah akhir dari 2007. Menjadikan diri sebagai awan yang berjalan perlahan, layaknya ikut arah angin. Hingga kemudian ikut dengan segala prosesnya, bertemu berbagai tumpukan kecil air yang beterbangan. Lalu menjadi hujan. Sayang saat itu, pelangi dilarang hadir. Tidak ada yang indah, kecuali resah. Kemudian banyak berkata-kata. Tidak lagi ingin dipersulit. Berucap banyak, tidak ingin lagi dipasung. Melepas banyak rasa yang kiranya menjanggal, dan buat tak bebas. Hingga menjadi begini. Banyak berkata-kata. Tak ingin dipersulit. Berucap banyak, tidak ingin lagi dipasung. Melepas banyak rasa yang kiranya menjanggal, dan buat tak bebas. Hingga akhirnya berubah. Berubah dalam banyak cara mengungkap. Hingga

Roda Kehidupan

Status saya itu, mengingat saya pada beberapa orang. Bukan ingin membicarakan masalah orang lain sih. Tapi ini juga berkaca pada diri sendiri, dan tentang kehidupan. Tentang masa lalu, tentang masalah lalu, tentang orang-orang lama. Seperti diri saya. Beberapa bulan ini, hubungan saya dengan LPM tidak seromantis dulu, ya akui keberadaan saya di Club ternyata lebih sibuk dari pada di LPM. Tapi, jujur ketidakberadaan di sana sangat menyakitkan, saya merasa menjadi orang yang tidak berguna, apalagi beberapa dari saya juga begitu, sudah tidak biasa melangkahkan kaki di sana. Saya kadang menggunakan alasan bahwa "ini memang sudah tradisi kalik, sebab saya dulu juga pernah merasakan begitu, ditinggalkan oleh orang-orang yang dirasa penting di rumah. Tapi dengan alasan bahwa ini cara mendidik untuk menjadikan yang ditinggalkan lebih dewasa, tidak bergantung pada yang lebih tua" itu alasan yang saya pakai. Tapi sakitnya minta ampun. Perbedaannya, di Club tidak lebih d