Bukan tiba-tiba, niat ini sempat terealisasikan. Ingin kembali menjadi mahasiswa, melakukan kegiatan seru bersama teman "aktipis" aktip: tipis-tipis. Layaknya m enjadi mahasiswa S-1 yang sibuknya seru-seru. T umbuh dengan teman baru, menjelajahi waktu mengikuti langit tanpa ragu. Di situ bukan sebagai "guru" tetapi sejawat yang santai melucu tak ingat siapa aku. Menatap unggun, termangu di depan panggung, bersila membuat formasi, menelan ilmu, dan mengikat realisasi baru. Entah mengapa rentang 18 sampai 25 tampak memikat dan tulus. Ingin rasanya dapat merangkul, berjingkrak, dan aku punya takut, malu, mau, ragu yang bergumul menjadi satu. Membentuk diri menjadi kepompong, bermeta untuk kembali.
Film Petualangan Sherina 2 membuka memori perjalanan Kalimantan. Tahun 2012 adalah pengalaman pertama nan berkesan bagi anak kampung seperti saya yang cuma mendengar kisah naik pesawat. Tahun 2012 itu pula, perjalanan pertama naik pesawat ke daratan Kalimantan lain. Pulau kami, Kalimantan memang berada di daratan yang sama, tapi perjalananya sungguh tak secepat ke Jakarta. Mengapa? Setidaknya ini pengalaman pribadi saya atau mungkin ada juga yang sependapat. Kalimantan Timur adalah tujuanya. Saya bersama rombongan berangkat sekitar jam 9 atau jam 10. Kami transit ke Jakarta kemudian lanjut ke Balikpapan. Sesampainya di Balikpapan tujuan selanjutnya adalah Samarinda. Beberapa hari di sana kami ke Kutai Barat, menuju Kampung Tanjung Isuy. Perjalanan ini sudah selesai tapi ada satu keinginan belum terwujud di sana; menyusuri Mahakam dan melihat Pesut. Itu lah yang saya inginkan waktu itu. Saya penasaran bagaimana sensasinya. Mungkin itu pula yang membuat puisi Merindu Mahakam masih teras