Pagi, sekitar sekitar pukul 08:45, saya dikejutkan lagi dengan beberapa polisi di depan PCC. Khawatir lupa bawa dompet, saya pun memberhentikan motor di sebelah kiri yang sekirannya aman dari serempetan kendaraan lain. Alhamdulillah, dompet saya bawa.
Tanpa merasa khawair, saya pun langsung mengarahkan motor ke halaman PCC yang sudah banyak orang diperiksa. Orang di samping kanan saya, ternyata STNK nya sudah mati, belum diperpanjang. Tapi si pengendara hanya dinasehatkans aja. Saya kira dia bakal diminta memisahkan diri, kemudian diproses ala pemeriksa, dan dia mengelurakan uang damai. Maklum, saya pernah dengar tentang uang damai ini, jadi pas ketemu dengan keadaannya, saya langsung berpikir ke situ. Tapi, pikiran saya salah.Pengendara, nampaknya tidak diberlakukan seperti yang saya pikirkan. Eh, ternyata tidak boleh ambil tanggap dengan sesuatu yang belum kita alami sendiri.
Setelah memeriksa perlengakapan kendaraan yang disampping saya. Pak Polisi malah meninggalkans aya yang sudah siap menunjukkan STINK dan SIM.
"Mas. mas" saya melambaikan tangan, persisi memberhentikan opelet.
Setelah saya diperiksa, saya pun langsung mencari celah untuk keluar dari keramaian orang yang diperiksa. Hasulnya, tangan saya ditahan oleh sa;ahs satu petugas.
"Eh, eh udah belom"
"Eh, udah pak" saya langusng tertawa, meski tidak di depan si bapak, dan senyum-senyum melihat tampang si bapaj, bahwa saya melarikan diri,.
Selesainya saya melanjutkan perjalanan ke Kampus. Melihat beberapa orang yan putar balik, dan tak mau di periksa. Ya, mungkin mereka tidak mau diproses terlalu lama. Meski, yang benar pasti tidak akan diproses hingga masalahnya selesai.
Dalam perjalanan saya berpikir:
Berani karena benar
Takut karena salah
Tanpa merasa khawair, saya pun langsung mengarahkan motor ke halaman PCC yang sudah banyak orang diperiksa. Orang di samping kanan saya, ternyata STNK nya sudah mati, belum diperpanjang. Tapi si pengendara hanya dinasehatkans aja. Saya kira dia bakal diminta memisahkan diri, kemudian diproses ala pemeriksa, dan dia mengelurakan uang damai. Maklum, saya pernah dengar tentang uang damai ini, jadi pas ketemu dengan keadaannya, saya langsung berpikir ke situ. Tapi, pikiran saya salah.Pengendara, nampaknya tidak diberlakukan seperti yang saya pikirkan. Eh, ternyata tidak boleh ambil tanggap dengan sesuatu yang belum kita alami sendiri.
Setelah memeriksa perlengakapan kendaraan yang disampping saya. Pak Polisi malah meninggalkans aya yang sudah siap menunjukkan STINK dan SIM.
"Mas. mas" saya melambaikan tangan, persisi memberhentikan opelet.
Setelah saya diperiksa, saya pun langsung mencari celah untuk keluar dari keramaian orang yang diperiksa. Hasulnya, tangan saya ditahan oleh sa;ahs satu petugas.
"Eh, eh udah belom"
"Eh, udah pak" saya langusng tertawa, meski tidak di depan si bapak, dan senyum-senyum melihat tampang si bapaj, bahwa saya melarikan diri,.
Selesainya saya melanjutkan perjalanan ke Kampus. Melihat beberapa orang yan putar balik, dan tak mau di periksa. Ya, mungkin mereka tidak mau diproses terlalu lama. Meski, yang benar pasti tidak akan diproses hingga masalahnya selesai.
Dalam perjalanan saya berpikir:
Berani karena benar
Takut karena salah
Komentar