Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2012

Minggu mengumbar keringat

Jadi ceritanya saya ini sudah tidak tahan menahan kantuk. Eh ternyata setelah menghibur mata. Matanya mau diajak kompromi. Hingga saya bisa lah mengetik posting ini. Tapi saya khawatir mata saya ini jadi ngantuk lagi maklum tak boleh dipuji. Jadi diam-diam ya. Baiklah apa yang kita bahas sekarang? Hemm tentang apa yang saya lakukan hari ini? Ya... selain berbagai kegiatan yang saya sebutkan tadi itu. Di Postingan Mesti Apa Ya? Tadi pagi sehabis shalat, tiba-tiba saya kepenigin senam. Berat badan, berat pikiran (haeduh!) membuat saya meluruskan niat tersebut. Sms beberapa teman yang mungkin mau Ikut. Tapi saya lebih dulu ke lokasii. Lokasi senanmya di Gor. Di sana ada senam gratis, lumayan. Saya mau keluarkan penyakit yang ngemban lewat keringat. Sampai saana, dan masih sendiri saya memulainya dengan Joging. Kepengen awalnya saya mau senam di lokasi lansia, sebab senamnya lumayan oke untuk kesehatan tubuh. Tapi pas sampai, eh intstrukturnya memainkan lagu Dangdut dan senamnya teral

Otak No Fresh

Otak No Fresh Pagi itu waktu-waktunya otak lagi Fresh. Segar. Dingin. Cool. Pernah dengar kan “Sebaiknya masalah dihadapi dengan kepala dingin”, artinya ambil es batu, terus letakkan di atas kepala. Maka kepala dingin. Begitu kan?. Ada juga yang bilang, kalau pelajaran ngitung-ngitung itu baiknya dikasih saat pagi. Jam pelajaran pertama. Sebab, otak masih fresh. Bisa saja, hal itu berarti waktu pagi kita ambil pewangi ruangan yang berjudul fresh itu, dan semprotin di bagian dimana bisa nyerap ke otak. Kalau pun nggak ada, beli aja Fresh Tea, dan tuangkan dibagian itu juga. Biar otak kita fresh. Kalau pun tidak mempan, ambil duit Rp. 500, pergi ke warung dan beli Jess Cool. Jika biasanya pereda panas dalam, mungkin bisa juga pereda panas otak. Pagi itu, waktu-waktunya otak lagi fresh. Lagi nggak banyak pikiran. Tapi, kalau fakta yang saya lihat sekarang, sepertinya it nggak berlaku. Contohnya tadi pagi, si Ucu  sepupu saya, kerut-kerut kening, ngomel-ngomel terus mon

Mesti apa ya?

Dari tadi malam saya sudah menyusun rencana apa yang akan saya lakukan untuk menghabiskan waktu malam Minggu dan hari Minggu. Hingga semua itu berhasil dengan presentase mungkin 50%. Daftar kegiatan yang muncul di otak saya kemarin adalah: 1. Buat Tulisan 2. Buat Tugas 3. Buat Laporan 4. Buat ancang-ancang Judul Dan yang saya lakukan. 1. Buat Tulisan Ya saya benar-benar buat tulilsan, ini di postingan ini. Meski sebenarnya bukan ini yang ingin saya buat. Ada ide lain, kalau nasib bujur saya buat lah setelah postingan ini. Jika tidak, lagi saya gagal!.Sebenarnya saya tidak mau mengeluh, sebab saya menyadari bahwa saya lemah. Lemah dalam memanej diri saya sendiri. Ini bisa membuat kepala saya tiba-tiba berat, bisa jadi seberat Gunung Peniram. Jika begitu yang ada saya akan membaringkan kepala. Melihat ke atas, menerawang langis kamar dan m koenghitung segi empat dari triplek yang menjadi dek kamar. Setelah itu, kening saya mengerut dan berhasil menambah pening di kepala. Nasib!.

Detik akhir jadi Guru Palsu

Menghitung hari detik demi detik masa kunanti apa kan ada jalan cerita kisah yang panjang menghitung hari. Menghitung harinya Krisdayanti semakin sering saya nyanyikan beberapa hari ini. Tapi cuma lirik dengan kata-kata "Menghitung hari detik demi detik" sea berlanjutnya saya bernyanyi dengan kalimat yang ancur. Tidak pernah ada sebelumnya, bahkan bisa jadi Krisdayanti pun ngeri dengar saya nyanyi dengan nada lagunya. Oh... Hitung-menghitung itu bukan karena saya dengan mengalami cerita seperti lagu ini. Tapi, hitung-mengitungnya saya lebih pada hitung-menhitung waktu yang semakin hari, semakin habis berada di tempat PPL. Hem.. tidak terasa akhirnya saya selesai juga menjalani proses ini. Lega juga setelah ujian hari Selasa lalu, (17/01/2012). Senangnya lagi, pas ujian anak-anak kelas VIII D pada manis semua. Jauh berbeda saat mengajar biasanya. Biasanya juga manis, seperti itu sih!, tapi manis mereka saya paksa dengan sangar yang ada di wajah saya. Jadi, mereka manis

Proyek buku Teman (Jangkr'k)

"Pengen punya buku jg, , , ad proyek ndak??" ------------------------- 25/01/2012 19:23:39 Sms dari seorang Teman. Jangkr'k Mania (Jaringan Kerabat Nyentrik, jaringan kerabat kompak semacam itu lah. Heheheh) Teman saya ini salah satu aktivis aktif di Kampus. Pramuka adalah aktivitas yang ia geluti sekarang. Sudah banyak pengalamannya. Sudah banyak pula perjalanannya. Sampai-sampai ia sudah sampai di Perbatasan antara Malaysia dan Indonesia. Salah satu tempat yang sangat saya ingin kunjungi. Lainnya Landak, Singkawang, Tebang Kacang, Telok Pak Kedai dan beberapa daerah yang lokal yang tidak saya tahu. Hebat lagi, dia tidak hanya melakukan perjalanan di Lokal Pulau, luar pulau pun sudah, Jakarta, Lampung, Ambon atau Manado itu, lupa juga saya. Tapi banyak. Lagi, hebat, sangat, dengan kepandaiannya berbahasa Inggris dan berkarya dia berhasil menjejakkan kakinya ke Amerika. Menjadi mahasiswa Amerika selama dua bulan. Kalau sudah begini, banyak hal yang bisa ia jad

Dosa yang Sempurna

Nin Dit 19 Januari Dan, saya pun merasa dosa karena berpikir sempurna tentangmu. Suka · · Bagikan Widia Glass Flow dan Asep Wawan Saputra menyukai ini. Habibi Bungsu ah dak jg di mata ku kau begitu sempurna,,,,,,, 19 Januari pukul 14:47 · Suka Nin Dit Kamu juga sempurna di hati aku ... 19 Januari pukul 16:01 · Suka   Hahahhahah. Jangan lihat komentnya. Itu cuma Intermezo. Ada sejarah dari setiap tulisan. Sama juga dengan Status ini. Pernah berpikir tentang kesempurnaan seseorang. apa yang diinginkan, dapat ia gapai. Bahkan merasa semasa ia menarik ulur nafasnya, semua sempurna. Hingga kini,saya mengenal dia, lebih dekat. Dan, ternyata apa yang saya pikirkan itu salah. Ada masa dia pernah terpuruk. Ada masa dia penah linglung. Ada masa dia tidak sempurna. Hingga masa itu saya ketahui, saya merasa berdosa sudah menganggap hidupnya sangat sempurna. Perfect!.  Saya merasa berdosa, karena berpikir mengapa kesempurnaan itu

Emang mesti gini??

"Eh yang kayak gini pun mau dimasukkan ke tulisan? eh!" kata Emak Nada ndak terima. Jadi ingat dengan open mic nya Raditya Dika. Kalau kagak salah gini ni. "Eh, Kamu ketawa tapi jangan dimasukkan ke dalam buku ya!" Nyokapnya ngancam Raditya Dika. Terus... "Nindit selalu tanggap tentang setiap kejadian, makanya kadang kala takut juga melakukan kesalahan, salah salah bisa jadi inspirasi untuknya" Tulisan Marsita Emang mesti gini?? Senyum yang banyak aja lah! :) :) :D :D:) :) :D :D:) :) :D :D:) :) :D :D:) :) :D :D:) :) :D :D:) :) :D :D

Tamu Istimewa dari Australia

Jumat tadi (13/01/2011) saya dan beberapa anggota Club Menulis bertemu dengan tamu Istimewa.   Ceritanya tamu itu sedang mencari beberapa buku yang berhubungan Tionghoa. Beruntung, kami bisa berkenalan dengan tamu ini. Dia berasal dari Kalimantan Barat, kini menjadi dosen Studi Asia dan Indonesia di Universitas Tasmania, Australia.  “Beasiswa” katanya waktu itu. Jujur, saya bangga sekali bisa bertemu dengan dosen berkulit putih ini. Orangnya ramah dan mau berbagi pengalaman dan informasi. Ingat sekali saya, sewaktu tiba di ruangan, dosen berkacamata itu langsung   bersalaman dengan kami, dan menyebutkan namanya. “ Taufiq” jabatan tangan perkenalannya sangat   berkesan.   Tidak bisa saya gambarakan dengan jelas bagaimana suaranya. Tapi suaranya itu hem…, meyakinkan saya, dia orangnya optimis. Siang itu masih belum menunjukkan waktu shalat Jumat, namun   sudah mendekati. Kresek putih yang berasal dari Apotik ia letakkan di atas meja. Ada botol mineral terlihat di

Untuk Sang Rival

Banyak hal terjadi. Setiap hari. Banyak hal dijumpai, setiap waktu. Banyak kenalan, banyak pelajaran, banyak inspirasi, banyak luka, banyak tawa, banyak semangat, dan banyak hal lainnya. Seperti waktu-waktu yang sudah lewat banyak. Sebanyak itu, masih belum bisa mengenal kamu dengan baik. Masih belum bisa sehati dengan baik. Masih banyak keinginan untuk menjadi yang terbaik. Menjadi yang baik, juga membuat banyak rasa. Ya, banyak hal tadi. Banyak Rasa. Mesti pandai bersikap. Menjadi yang nomor satu, atau tingkatnya lebih dari satu. Mesti pandai bersikap. Keinginan, tujuan, obsesi, atau apalah itu. Ingin, perasaan, pemikiran dan diri sebagai pengambil keputusan. Bukan cuma kamu yang punya keinginan. Bukan cuma kamu yang punya perasaan. Bukan cuma saya yang juga ingin seperti kamu. Berpikir positif, saling berjabat, dan saling menyemangati. Bukan main dari belakang. Bukan menyimpannya sendiri Bersikap positif untuk menjadi Rival yang positif.

Karya yang Membuat Semuanya Senang

  Masih terasa, rasa senangnya. Meski sudah berhari-hari rasa senang itu pada menari-nari. Meski   sudah lewat banyak waktu dalam hitungan jam. Tapi, rasanya masih belum bisa juga hilang rasa senang itu. Ya, saya senang. Senang karena   13 buku yang menjadi target anggota Club Menulis terwujud.   Senang, karena launchingnya berhasil, senang juga warga kampus ikut serta dalam acara itu. Senang ini, tidak hanya sekedar senang saja, tetapi dibauri dengan rasa lega.   Seperti hal-hal tadi, lega karena 13 buku yang menjadi target terwujud. Lega karena launching berhasil.  Rasanya semua yang terwujud ini bukan hanya   untuk kesenangan saja. Tetapi, ada tanggung jawab yang juga ikut dalam proses mewujudkan itu semua. Itulah yang saya rasakan. Sebagai anggota dalam suatu komunitas, yeng pekerjaannya memang bergelut dengan dunia kepenulisan yang menghasilkan karya tulis, dalam bentuk buku utamanya.  Sebab itulah, saya juga mesti menyadari, keikutsertaan saya di komunitas ini mema

Salam Alam untuk Singkawang

Seminggu yang lalu, tepatnya pada tanggal 10 Desember 2011, saya dan beberapa teman sepakat untuk berkunjung ke Singkawang. Menginap, dan pergi ke tempat wisata. Tapi, dari depalan orang termasuk saya, Buta jalan. Ahai, ini modal nekat saja. Kan, tidak pakai pribahasa “Malu bertanya sesat di jalan”. Jika salah jalan, maka bertanyalah solusinya. Sawan-sawannya di daerah pasar. Katanya area ini banyak sekali tembusan dan jalanya.  Sekitar pukul 14:00 kami tiba di kota Amoy ini. Sekitar 20 menit, kami mencari rumah keluarga dari salah satu teman kami. Rencananya akan menginap di sana. Orang   yang kami pakar tahu jalan mulanya, akhirnya menunjukkan wajah bingung dan tidak tahu jalan. Akhirnya, kami pun berhenti di pasar.   Dan bertanya pada salah satu abang yang menjual buah. Ada banyak lapak-lapak jual buah di sana. Tapi, saya lupa jalan apa tempat kami berhenti itu. Kami pun menemukan jalan Pramuka, dan beristirahat ke rumah sepupu teman saya itu, Kak Desy kami memanggil