Seminggu yang lalu, tepatnya pada
tanggal 10 Desember 2011, saya dan beberapa teman sepakat untuk berkunjung ke
Singkawang. Menginap, dan pergi ke tempat wisata. Tapi, dari depalan orang
termasuk saya, Buta jalan. Ahai, ini modal nekat saja. Kan, tidak pakai
pribahasa “Malu bertanya sesat di jalan”. Jika salah jalan, maka bertanyalah
solusinya. Sawan-sawannya di daerah pasar. Katanya area ini banyak sekali
tembusan dan jalanya.
Sekitar pukul 14:00 kami tiba di
kota Amoy ini. Sekitar 20 menit, kami mencari rumah keluarga dari salah satu
teman kami. Rencananya akan menginap di sana. Orang yang kami pakar tahu jalan mulanya, akhirnya
menunjukkan wajah bingung dan tidak tahu jalan. Akhirnya, kami pun berhenti di
pasar. Dan bertanya pada salah satu
abang yang menjual buah. Ada banyak lapak-lapak jual buah di sana. Tapi, saya
lupa jalan apa tempat kami berhenti itu.
Kami pun menemukan jalan Pramuka,
dan beristirahat ke rumah sepupu teman saya itu, Kak Desy kami memanggilnya.
Singkawang yang bisa dibilang dipagari oleh gunung, menjadikan suasana di sana
sejuk. Hijau karena pemandangan. Dan, kebersihannya jalan rayanya pun tampak
bersih. Wajar saya, wisatawan banyak yang memilih daerah ini.
Sorenya kami mempunyai perubahan
rencana. Kami pindah tempat menginap. Jadi, sorenya kami lanjut mencari jalan
Pahlawan. Untuk menuju jalan ini, ada
jalan pintasnya. Kami diberitahu untuk melewati Jalan Khatulistiwa tepatnya
kawasan militer. Dari jalan ini jelas sekali kami bisa melihat gunung, yang
kata teman saya itu disebut dengan Gunung Jempol.
“Itu lihat, bentuknya kayak
jempol” kata teman saya bernama Imie waktu itu, sambil menunjukkan jempol
tangannya. Si jempol juga menyentuh awan. Indah sekali.
Jalan yang kami lewati ini
sangatlah subur. Banyak warga-warga yang berkebun Jagung. Pemandangan sore
hijau hari itu benar-benar menyamankan
mata. Akhirnya, kami menemukan tikungan.
Antara belok kanan dan kiri. Jika mengambil arah kiri, ada rasa ragu di ujung
jalan ada jalan Raya, karena jalan
tersebut lebih terlihat sepi, jalannya pun masih tanah. Tapi, deretan kebun
sayur di sana membuat kami tertarik. Dan, kami pun ke sana sebentar, untuk
melihat lebih dekat, dan bertanya jalan yang tepat.
Jalan Vetran, Kecamatan Roban,
Singkawang Tengah. Begitulah nama jalan yang saya lihat di beberapa kantor yang
ada di sana.
“Oh, berada di Roban, ternyata!”.
Di pertengahan jalan, kami
melewati jalan yang menuju Danau Biru. Ceritanya danau itu bekas penambangan
emas liar . Tapi, lama-kelamaan ditinggalkan penggalian itu berubah menjadi
danau dan berwarna biru. Karena keunikkan itu, banyak pula orang yang
berkunjung ditempat ini dan menjadikannya salah satu wisata. Lumayan jauh
perjalanan, jauh karena mata kali pertama melihat.
Keindahan-keindahan Singkawang
tidak hanya gunung dan kawahnya saja. Alam singkawang juga tidak hanya untuk
hari ini saja. Menikmati keindahan alam Singkawang, tentu harus membuat kita
bergerak untuk menjaga alam. Tentu, agar Alam yang alami ini bisa dirasakan
oleh generasi berikutnya.
Kunjungan-kunjungan para wisatawan pun, baiknya tidak sekedar
menikmatinya saja. Ikut menjaga itu juga perlu. Salam Alam untuk Singkawang,
untuk Kalimantan Barat.
Komentar