Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2014

Ke Kota Fikri Rasyid

Rencananya 21 November ini, saya beserta rombongan Studi Banding kampus akan ke UPI Bandung. Saya sih sewaktu tahu akan ke sana, langsung senyum-senyum. Ini kampusnya Fikri Rasyid.Dulu sewaktu membaca tulisan-tulisan Fikri berkenaan dengan kampusnya atau melihat foto-fotonya di kampus, mikir saja: Kapan ya bisa ke sana. Seperti yang dikatakan Fikri, Dream entah bagaimana caranya akan menjadi kenyataan. Senang saja bisa berada di sana. Di kota, Inspiratornya saya hhhhh. Dan, jika keiginan ini terwujud, senang sekali jika saya bisa bertemu dengan Fikri dan Istri. Tentu akan berbahagia jadinya kunjungan saya di sana. dokumen FR

Menjadi Blogger? Nikmat yang Mana Lagi yang Mesti Didustakan?

Dulu sewaktu menjadi bocah yang sering berkeringat dan makan lebih dari dua piring -kira-kira masa makan banyak itu kelas IV, V, VI SD, saya sudah pandai menulis catatan harian. Menulis Cinta Kasih Semasa SD membuat saya rajin menulis catatan harian. Tentang cerita saya dengan teman cowok yang saya uka. Teman sekelas yang sering berkelahi di simpang tiga. Selayaknya Sherina dan Sadam, akhirnya saya mengira bahwa saya suka dengan teman tersebut. Setelahnya saya malah pandai “Acam nak yeye” menulis puisi yang semasa itu sering disebut, goresan.   Jadinya, saya sering menulis goresan di buku tulis yang saya jadikan sebagai buku catatan harian. Tidak lagi tentang cinta-cintanya Sherina dan Sadam, saya   menulis tentang salah paham dan rindunya saya dengan teman akrab. Saya mengaku kesalahan saya pada sulit saya ungkapkan dengan orang yang membuat saya bersalah, yah saya mengaku saya pengecut. Dan, mendengar curhat teman-teman membuat saya terinspirasi menulis goresan tentang cin

Dikemudian Hari

Setidaknya aku meyakinkan diri, kataku pada pohon belimbing di belakang jendela kamar. Dan, semua lalu melenyap hingga satu persatu tak lagi aku tahu. Biarkan saja semua begitu, satu atau dua waktu lagi mungkin tak begini. Mari, kita tunggu di kemudan hari.

Jadi Anak Hebat karena Bercocok Tanam

Setelah membaca Pengumuman dan Mekanisme Lomba Cerita Bloggers Tupperware dengan tema Karakter Hidup Bersih, Sehat, dan Mandiri Anak Indonesia, saya berpikir tentang anak dan bercocok tanam. Saya membayangkan anak-anak yang lucu menanam biji-bijian, menanam benih, menyiram, merawat tanamannya dan memanen. Tanaman yang mereka tanam itu adalah sejenis sayur-sayuran, seperti sawi, kangkung, bayam, dan umbi-umbian atau kacang-kacangan. Tanaman yang tidak terlalu lama untuk ditunggu hasilnya dan dapat ditempatkan di mana saja.  Anak-anak diajak berkeasi pula dengan memanfaatkan bahan bekas tersebut. Mereka diajak menata dan menyesuaikan tanaman apa yang ingin mereka tanam ditempat yang dipilih. Setiap sore misalnya, mereka akan menjenguk tanamannya dan melihat perkembangan tanaman-tanaman itu. Hal-hal yang dipikiran saya ini tentu tak dilakukan oleh anak saja. Kegiatan-kegiatan tersebut mesti didampingi oleh orang tua. Semua pun dilakukan di rumah. Di perkarangan rumah. Ada lahan

TAKUT

Saya sedang takut, dan keseringan khawatir: Pekerjaan saya tak dapat terselesaikan dengan baik dan tak memuaskan orang yang memercayai. Apa boleh saya belajar untuk berkata: Tidak?

Menancap Kenangan di Sintang Bersemi

PART#1 Naik DAMRI ke Sintang Akhirnya saya merasa juga naik Damri. Setelah saya pernah bertanya pada diri, kapan saya naik Bis tersebut dan akan kemana saya? Bis super besar itu membawa saya ke Sintang. Dan, ini juga kali pertama untuk saya merasakan ke Sintang naik Bis dalam keadaan yang tidak teler. Januari tahun 2013 lalu bersama tim Road Show Kalbar Menulis, saya ke Sintang menggunakan mobil Direktur Top Indonesia, Nur Iskandar dan kala itu saya dalam keadaan super-[ teler gegara melewati SuperTrap-nya Gunung Pendereng. Ketika pulang ke Pontianak kami melewati jalur Tayan yang lebih dekat. Tidak ingin merasakan teler seperti datang, saya menelan dua pil anti mabuk. Jadinya, saya hanya bisa melek paling lama 5 menit. Setelahnya lanjut tidur dan menikmati hentakan-hentakan jalan merah yang membawa saya tertidur nyenyak. Tau-tau berhenti di rumah makan, tapi tidak tahu itu dimana. Tahu-tahu sudah berada di Pontianak. Jadi, Jumat malam, 03 Oktober 2014 saya berusaha tidak ti