Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2016

Tekwan Lampung: Sensasi Rawit Hijau dan Kriuknya Mentimun

Saya mendapat kesempatan untuk ikut rombongan tempat kerja ke Lampung. Tujuan kami adalah kampus Raden Intan. Di sana kami menginap di hotel berbintang. Mevvah lah. Namun, di balik kemevvahan itu kami melakukan hal seru. Carter oplet menuju kampus. Hahaha, Path menjadi seru ketikah mendapat titik baru.  Tertawa melihat sendiri dan bangga akan kenangan lama yang sudah bertahun tak naik angkot. Pecah ketika satpam kampus pun bingung, ada angkot masuk kampus. Di sana ada kue yang berbentuk pisang goreng tapi bukan pisang. Rasanya merindukan, ingin lagi tapi malu. Saat selesai kegiatan kami diajak makan malam. Saya memesan mie tek-tek kuah. Uuuuh, nikmatnya. Segar. Dicampur dengan sambal hijau tanpa minyak dan potongan mentimun. Makanan bikin rindu itu daftarnya tambah satu. Rupa-rupanya, tak cukup di situ. Kami bertamu ke rumah teman lama dari anggota perjalanan ini. Menyisir sedikit gang kecil kami pun sampai. Kami disuguhkan tekwan panas buatan sendiri dari racikan istri yang dicintai.

Angkot Android di Bandar Lampung

Jangan khawatir tidak mendapat Angkutan Kota (Angkot) di Lampung. Berdiri di pinggir jalan tak perlu memakan waktu 15 menit. Saya dan rekan Studi Banding telah membuktikannya, bahkan baru saja keluar dari halaman hotel, Angkotnya sudah standy by . Opelet kata Orang Pontianak, Sebanyak saya bepergian di luar Pontianak, lumayan masih banyak di temukan, ketika di Kaltim, tim juga menggunakan transportasi sebagai akses utama, ketika ke Sintang, masih juga ada hanya lumayan lah untuk menunggu. Di Bandung, juga masih banyak, halte-halte di sana juga tepelihara. Warna-warnanya mencolok dan Menunjukan kebaruannya, sepertinya mereka menjaga rupa opeletnya untuk menarik penumpang. Nah, sedangkan di Pontianak semakin sukar ditemukan karena anak Sekolah malah lebih banyak bersepeda motor dan diantar orang tua daripada mengeopelet . Namun masih ada yang beoperasi, meski penumpangnya tidak sebanyak tahun 90-an. Namun, sebanyak opelet yang saya tumpangi, baru di Lampung lah saya melihat

Pagi yang Dimanjakan Novotel, Bandar Lampung

Melewatkan sarapan di Novotel, Bandar Lampung tentu akan menjadi penyesalan tersendiri. Hotel yang berada di Jalan Gatot Subroto ini menyajikan beragam sarapan. Saya dan Mbak Reka turun dari lantai III sekitar pukul 07.00, menyisir sebelah kanan dengan mata nyambi membaca menu-menu yang disajikan. Saat kami sedang berpikir memilih roti-rotian atau bubur, Koki di seberang meja sibuk menggoreng telur setengah matangnya. Bulatnya kuning telur  di piring tamu saat dibawa tampak menggiurkan, tapi pagi ini saya tak berminat dengan telur tersebut. Agak khawatir  leher tidak terlalu menerimanya. Bubur Hongkong, Mie Ayam, Nasi Goreng, Mie Hokkian, Salad, jus, puding, bahkan serabi, jajanan khas Lampung tersedia di ruangan dengan meja makan yang tertata rapi ini. Setelah tahu sarapan pilihan, Koran Lampung Post yang saya bawa dari gangang pintu kamar kami bernomor 3011 saya letakkan di meja bewarna orange dan kursi empuk bewarna cream. Saya memilih bubur Hongkong, mangkuk kecil yang diambi

Kota Sejuta Siger

Kota Sejuta Siger, begitu judul artikel yang saya baca mengenai Kota Lampung. Bagaimana saya tidak penasaran dengan lambang tersebut. Hampir seluruh toko, kantor, sekolah, bahkan gang-gang atau  komplek pun saya lihat memasang lambang bewarna emas ini. Pak Rizal, Kasubag Perencananaan IAIN Raden Intan menjawab rasa penasara n saya, ternyata Walikota Lampung memang mewajibkan untuk menggunakan lambang ini. Suatu kebijakan yang sangat kreatif. Identitas dari Lampung telah dibentuk melalui mahkota pengantin perempuan Lampung ini.  Apabila melewati Jalan Gatot Subroto, di simpang Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan, patung pengantin atau pasangan yang mengenakan baju adat Lampung ini terlihat di situ. Jika perempuan mengenakan Siger, lelakinya Peci Tapis. Tapis adalah kain tenunan berbenang emas. Kain tenun asli khas Lampung juga. Jika melihat dari bentuknya yang cantik. Itu lah yang mungkin menjadikan Siger sebagai icon atau identitas. Sayangnya, masih ada toko atau kantor yang

5 Hari untuk Lampung

Saya diikutsertakan di kegiatan Studi Banding ke Lampung. Bersama 8 orang lainnua, pegawai Institut Agama Islam Negeri Pontianak. Kami akan ke IAIN Raden Intan dan STAIN Metro. Menurut Pak Sumarman, Kabag Akademik yang hari ini menjadi kepala rombongan, ada alasan penting yang menjadikan dua perguruan tinggi Islam tersebut untuk kami datangi. IAIN Raden Intan, berdasarkan informasi yang beliau dapatkan, menjadi IAIN yang tercepat dalam pemeriksaan BPK tahun lalu. Mereka hanya perlu dua hari, untuk berada di sana. Bagaimana sistemnya, itulah yang ingin kami ketahui. IAIN RI juga menjadi PTKI yang banyak diminati calon mahasiswa loh. Sedangkan STAIN Metro adalah pembawa gelar kemenangan terbanyak ketika Pionir di STAIN Pontianak beberapa tahun lalu. Hem, gitu kalai tidak salah alasannya :D. Hari ini menjadi hari pertama SB, kami berkumpul di Bandara Internasional Supadio Pontianak sekitar 5.30, ya kecuali Bang Dame yang sempat membuat semua deg-deg-an, karena telat datang, hahahahaha.

Pernah Merasa Tidak Diinginkan?

Saya pernah. Jika itu terjadi maka saya akan mudah merasa, bahwa suara, gerak, bahkan nafas orang di sekitar saya tidak ingin keberadaan saya, ada. Jika ada langkah kaki terburu-buru, bisa saya artikan, bahwa orang-orang tidak suka saya bebaring, atau duduk. Jika ada barang terjatuh, berbunyi klantang-kluntung, bisa saya artikan, orang-orang tidak ikhlas membiarkan saya diam. Jika ada suara berbisik, saya menduga mereka membicarakan saya. Jika mereka diam, itu artinya mereka tak ingin bicara dengan saya. Jika mereka banyak bicara, begerak, dan segala hal dimasalahkan, tapi bukan menyebut saya, bukam bicara dengan saya, saya mengkhianati pemikiran positif saya. Saya meyakini, bahwa orang-orang ingin menyinggung saya. Ah, ya. Kalau saya bicara, mengajak bicara, berusaha memperbaiki ketika saya merasa kejanggalan artian itu, lalu sepatah dua patah saja dibalas, kadang diam, hem itu lah membuat saya berpikir untuk pergi saja. Kemanalah. Serah! Tapi, itu semua hanya dipemikiran saya

Jodoh Pasti Bertemu

Barusan saya bongkar lemari, kotak, rak buku di kamar, setelah saya membongkar kota make up, perkakas tulis, plus obat-obatan. Saya sampai mengubah posisi banyak buku, bahkan koper untuk meletakkan buku malah untuk meletakaan koper lain yang berisi mesin ketik.. Saya mencari buku rekening, yang beberapa hari lalu, saya mengobrol dengannya tentang, ketika tidak diperlukan seakan mudah lupa. Saya bilang begitu pada buku rekening Mandiri saya. Bahwa saya sudan lama tak mengisinya, saya merasa tidak terlalu harus mebawanya, saya jaga dan  dijenguk.. Hahaha, tentu saja karena keuangan akhir tahun limit untuk ditabungkan. Setelah selesai dengan pembayaran uang semester kuliah, barulah saya tahu bahwa saya mesti menyisihkan uang lagi. Maka, setelah percakapan beberapa hari lalu, kepala saya sempat pening karena tak menemukannya. Setelah saya betekad menyudahi, eh buku rekening ini malah menunjukan wajahnya di antara kaleng obat, kaleng perkakas tulis, keranjang makeup di dalam kotak. Ou

Mengingat Masa Susah

Sudah sehat begini kepinginnya yang pedas-pedas. Waktu sakit, bilang tobaaat Lihat kopi, bilangnya mengurangi. Eh dah sehat begini warkop terasa melambai-lambai. Pas di depan mata kopinya, serupuuuut lah. Pas terbaring, dinasihatkan jangan gorengan dulu. Kepala angguk-angguk mengiyakan. Yakin bisa! Pas ada mendoan, ambil jatah dua. Pelajarannya, berjanji itu memang mudah. Praktik dan istiqomahnya itu. Incep ah!

Setelah 2008

Sejak tahun 2008 tinggal di Pontianak, baru kali ini demam yang benar, benar demam. Biasanya cuma sehari pull panasnya, batuk mah ndak sampai kepala pusing dan demam panas dingin, kalau perut keram ya cuma efek dari batuk. Lah ini, sejak tahun 2008 sampai masuk 2016, setelah perjalanan di berbagai tempat, kali pertama malam-malam tepar sendirian di kamar, kayaknya ada teriak panggil emak sih, untung pelan, hihi dimana-mana kalau dah sakit, ndak ada yang dirinduin selain Emak. Meski pas Mak datang yang diucapkan pertama adalah; Ngape Mak datang? Mak jawab, "Eh ngape pulak ngomong gituk, betol pulak kate Buyung (adik ipar emak, sekalian Cs-nya, alias sohibnya) biase budak ni kak e, kok kite datang tak suke", Mak mengutip lagi. Alasannya sih, ndak mau bikin mak jadi letih ngurusin. Bimbang juga karena beliau mesti naik-turun tangga. Masa' cuma mau masak bubur harus naik lagi ke kamar untuk nanya, mau dimasakin bubur atau ndak? Lalu naik lagi, cuma mau nanya lauknya apa? P

Sensasi Koboy ke Ketapang

Pada awal Desember 2015 lalu, saya berkesempatan pergi ke Ketapang. Daerah Kerajaan Matan ini memang menjadi satu tempat yang satu mingguan itu saya sebut-sebut ingin ke sana. Jadi, saat ada yang mengajak ke sana, tak pikir panjang, saya pun oke-kan. Saya, Bang Ilham, dan Bang Een memulai perjalanan sekitar jam setengah empat. Kami menuju Pelabuhan Rasau sekitat 25 menitan. Sesampai di sana, ternyata Palong (Pulong, atau Polong ya, hihi lupa) sudah penuh. Seseorang berseragam di dalamnya meneriaki saya dengan klotok. Rupanya dia memberi tahu agar menggunakan klotok. Klotok adalah satu di antara perahu atau sampan yang digunakan sebagai transportasi air. Klotok bentuknya besar. Diperkirakan panjangnya mencapai 10 meter dengan lebar 2,5 meter. Yang khas dari klotok adalah suara dari mesinnya yang berbahan solar, bunyinya "tok, tok" mungkin itu yang menjadi asal muasal namanya Klotok. Saya tidak tahu berapa harga tiket, namun diperkirakan setiap orang plus motor sejumlah 185