Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2011

Menjadi Pemandu

Ya, hari ini saya menjalankan tugas saya sebagai orang yang berbisnis,, hhahahham bisnis blog maksudnya. Sebelumnya, saya sudah masuk di kelas ini, senin kemaren. Saya memandu enam mahasiswa dari kelas khusus, maksunya kelas yang mahasiswanya sudah menajdi guru, atau kuliah untuk s1 nya. Hum, ternyata memandu mereka, cukup memusingkan juga. Saya harus menajdi turor mereka, satu per satu. Menunjukan apa yang harus di klik, dan apa yang harus di isi. Meski mereka hanya enam orang, tapi suara yeng terus memanggil nam asaya, lebih dari enam rasanya. “ninda, ini apa lagi”. “mbak, nape gini”. “bu’ ape lagi”. “ninda”. “bu;”, “mbak”. Hua panggilan untuk saya juga tak cukup satu. Belum lagi. Cerita jaringan internet yang suka mandat, akhirnya mahasiswa yang sudah semangat mesti, menunggu connect nya tu internet. Hingga da yang mengeluh. Parahnya, lagi ada emailnya yang hampir jadi, eh malah hilang. Hal ini tidak dapat saya jelaskan, apakah karena emang tu program yang salah, atau mereka men

Inspirasi dari Borneo

Sabtu ini 22.01.11, di club menulis. Pertemuan kali ini, pembahasanya sama dengan minggu sebelumnya. Menulis resensi buku. Salah satu cara mudah untuk meresensi ialah membaca pengantar penulis. Karena, kita akan mendapat informasi, mengenai tujuan penulisan, kelebihan, jenis tulisan atau kekuranganya. Tapi perlu diingat. Hal ini bukan berarti kita mengambil isi pengantar sebagai tulisan dalam resensi. Setiap orang membaca pengantar buku yang telah dipilihnya. Saya membaca buku, Inspirasi dari Borneo,kumpulan suara enggang di harian Borneo metro. Buku terbitan Borneo press ini, berisi tulisan dari rubrik suara Enggang. Salah satu redaktur, di Borneo tribun penulisnya. Yusriadi. Benar, saya mendapatkan tujuan dari penerbitan buku, melalui kata pengantar itu. Buku ini memang kisah nyata, yang di alami oleh penulis. Kisah-kisah yang berasal lingkungan sekitar. Namun, kisah ini menyajikan gagasan-gagasan yang memberi inspirasi. Si penulis juga mendapat inspirasi menulis dari kisah yang di

Bisnis Blog

Terinspirasi dari salah satu komentar yang ada di group Warta STAIN. Entah siapa orang itu, pastinya ia memberi komentar yang maksudnya menyampaikan promosi. Si komentar menawarkan jasa pembuatan Blog. Rp. 20.000. Saya tertawa awalnya. Berpikir, apa sulitnya membuat blog. Saya sendiri punya blog yang saat membuatnya tidak diajarkan oleh siapapun. Saya otak-atik saja apa yang ada. Toh, tinggal “klik”. muncul. Jika salah atau ada yang tidak diminati, tinggal back. Ya begitulah cara saya. Bahkan, bisa jadi cara semua orang. Tapi, ternyata saya salah. Masih ada orang yang tidak tahu membuat blog, atau bisa saja dia tidak mau repot-repot mendaftarkan diri menjadi blogger. Maunya instans aja. Cepat. Dan, saya telah menemukan beberapa orang yang tidak pandai membuat blog. Masih ada yang bingung, apa itu blog. Di club menulis, Pak Yus pernah menyarankan mahasiswanya atau anggota club mempunyai blog. Ya, saya sependapat. Sebagai penulis, memang baik menggunakan blog sebagai sarana untuk mem

Saya senang demam

Saya sedang demam. Deman yang aneh. Jika deman saya ini dibawa ke dokter, mungkin tidak ada obatnya. Tapi, saya senang dengan penyakit yang satu ini. Demam positif. Saya menyebutnya demam blog. Ya, saya sedang geliatnya memposting tulisan di blog. Tidak hanya itu, saya juga sedang senang-senangnya menambah gadget di blog saya. Sebenarnya saya sudah lama punya blog, hanya tidak sering mengunjunginya. Salah satu penyebabnya, tidak punya banyak duit dan waktu untuk ke warnet. Internet ketika itu, masih belum merajalela seperti ini. Tidak terlalu lama, sih. Baru tiga tahun yang lalu. Tapi, biar bagaimana pun, internet lebih meriah yang sekarang. Selain itu, saya juga sedang mencoba mempatenkan bisnis membuat blog. Rp. 5.000, hanya Rp. 5.000. Saya tahu, semua orang bisa membuat blog, apalagi bergabung di situs seperti ini tidaklah sulit. Tapi saya berharap ada yang berminat. Saya yakin pasti ada. Apa saya harus, cabut saja bisnis ini?. Hah, tidak apalah. Siapa tahu ada yang berminat. Serasa

Kering!

“Keriiiiiiiiiing”. Saya pinjam kata itu untuk, mewakili perasaan saya saat ini. “Keriiiiiiing”. Ya, saya benar-benar kering motivasi. Motivasi saya tiba-tiba saja mengering di semester V. Padahal saya tahu, semester ini baiknya saya lebih serius dan lebih semangat. Tinggal tiga atau empat semester lagi, saya bisa menyelesaikan Study strata satu. Tapi, apa penyebabnya?. Semangat dan keseriusan saya mengacaukan semua yang saya impikan. Ada apa dengan saya?. Hayaaaaaaaa...... Mau diapakan lagi?. huruf D, sudah saya dapatkan. Dari seorang dosen yang saya sebut asal saja dengan Pak Raden, karena dia punya kumis. Alasanya, dia bilang kami telah melukai hatinya. Jjjaaaah, mengapa hari gini masih ada dosen yang mudah patah hati?. Apa dosa kami,?. Kami tidak pernah menyabut kumisnya, atau benar-benar melukai hatinya dengan sembilu. “Dosen juga manusia punya rasa punya hati, jangan samakan dengan pisau belati” Tapi, kami tidak pernah, tidak memperdulikan dia. “Walau badai menghadang, ku kan sela

Candy-candy

Hai!. Kenalkan, kami Candy-candy. Kami adalah lima sahabat yang berasal dari kampung yang sama. Perlu diketahui, adanya Candy-candy bukanlah unsur kesengajaan. Seseorang yang ada di kampung kami, tiba-tiba memanggil kami “Candy-candy”. Saat itu tidak ada satu pun dari kami yang menyahut. Alasanya, sederhana saja sih, kami semua suka baca komik Candy-candy. Kami juga suka coklat Candy, begitulah katanya. Meski kami bingung ketika itu. Kabar ini menjadi gempar di kampung, ini juga karena orang tua kami yang suka ngrumpi. Saat kami cerita dengan mereka, eh mereka malah cerita dengan teman-temanya. Akhirnya teman-temanya itu bercerita lagi dengan teman-teman yang lain. Begitulah berita julukan Candy-candy menyebar. Akhirnya, berjalan dengan waktu dan semakin dikenalnya kami sebagai lima gadis kecil yang selalu bersama. Kami pun menggunakan nama itu untuk menamai persahabatan kami. Apa salahnya coba?, Candy kan cantik. Hihihi. Akhirnya, tidak terasa nama Candy-candy sudah empat tahun kami

Menulis itu mengabadikan

Orang itu bilang menulis adalah pekerjaan yang mengabadikan Kemudian ada lagi yang bilang, menulis membuat hidup menjadi lebih bermakna, bahkan kita memiliki sejarah hidup karena menulis Lanjut, katanya menulis itu pengungkapan pemikiran Mengajak hasrat untuk belajar secara alami, membaca, dan bertanya kemudian menjawab Orang yang menulis juga tidak akan merasa sepi, meskipun ia sedang sendiri Karena, ia dapat bercerita dengan pikiranya yang dituangkan di dalam tulisan. Banyak cerita dari tulisan, fakta berita, paradigma berpikir, khayalan, ungkapan perasaan, kejujuran. Banyak hal yang didapat dari menulis.

Randa, Ijal, Adib, Melki, dan Siti

Ibu, kata Melki Tidak, kakak. Kataku Ibu, kata Adib Tidak, kataku lagi Kakak, kata Siti Siti benar, kataku Ibu, kakak. Kata Ijal, Randa dan Juan Emak saja, sahut Melki Emak?, tanda tanya Ok, tak apa. Aku tidak keberatan Randa anak pertama Ijal kedua Adib ketiga Melki keempat Siti, Bungsu Mereka, senang Aku punyakelurga, aku senang Randa yang manis Ijal yang suka jahil Adib, yang suka menjelirkan lidah, malu atau mengolok Melki yang gempal, dan banyak bicara Juan yang baik hati, suka menolong Siti ramah, dan sabar dijahili Randa berlomba membaca puisi Ijal pemain sepak bola Adib menjadi tentara Melki jadi guru Juan king of the best Siti, dokter Itu cita-cita mereka Aku?, aku hanya mengajak mereka menulis hari itu Di sekolah, di kelas, di kelompok mereka

Siswa Ramah

Mengenal kalian sangat menyenangkan Tawa Tanya Bicara Senyum Tatapan Ramah Bulir keringat Gigi kapak Mata sipit Mata bulat Rambut pirang Kerudung lucu Semua masih terkenang Terimakasih untuk waktu dan keramahan kalian menyenangkan

Andry dan Adong; Sama-sama ingin di BEM

Menjadi pemimpin dan berada dalam pemerintahan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) STAIN Pontianak. Dukungan dari sahabat semakin meyakinkan. Mereka bisa. Kini tidak sekedar obsesi atau cita-cita. Visi dan Misi sudah ditebarkan, berbagai program telah direncanakan. Mereka telah berhasil menggantikan pemerintahan Uji Muharji dan Ihsan Pranadega nasution. Mereka,dua mahasiswa yang berbeda jurusan itu Andry Fitryanto dan Hariyadi Eko Priatmono. Andry, mahasiswa yang berasal dari Jurusan tarbiyah ini mengaku, bahwa menjadi pemimpin adalah cita-cita. Obsesi itulah yang meyakinkan dirinya untuk mencalonkan diri sebagai Presiden mahasiswa. Namun keyakinan itu semakin kuat,dengan dukungan yang diberikan kawan-kawannya. Wajar saja, jika banyak yang mendukungnya, kepiawaiannya dalam berorganisasi telah terbukti ketika ia menjabat sebagai Ketua HMJ Tabiyah pada periode 2009.2010. Bahkan, sebelumnya ia juga pernah menjabat sebagai ketua bidang P3A, di organisasi yang sama. Dukungan tersebut, terbukti

Ih!

Benda-benda bundar itu telah lama berada disana. Tidak ada yang berniat tulus untuk menggapainya, membawanya atau memberlakukan mereka dengan adil. Bahkan, tidak pula aku. Benda-benda bulat itu ada yang tinggi memanjang, dua diantaranya berbentuk persegi empat. Ada yang bertutup warnanya bening, ada yang mengapung di dalam benda-benda putih yang cembung. Sedangkan yang satunya tipis, ada cangkir tergambar di dataran itu. Ada pula kresek hitam, ntah apa-apa saja yang ada didalamnya. Kulit pisang kering, bekas kue yang bernama lepat didalam kresek hitam. Dari semua benda-benda itu, juga ada baunya, asam, sangat tidak enak. Kami penghuni dari tempat benda-benda itu terdampar, saling tuduh, saling tunding satu diantara siapa yang bertugas berdasarkan hari yang telah ditentukan. Tepat, hari ini, sudah seminggu benda-benda itu berada disana, dan ditempeli lendir. Kisah piring mangkok di LPM.

Kaki Bang Ari.

“Click”. Pintu kamar ruangan Arwana 18.19 kubuka. Gelap!. Cayaha lampu tak sigap menerangi kamar yang kumasuki ini. Hanya ada dua tempat tidur yang diperuntukan dua pasien. Keduanya dipisahkan dengan tirai biru yang panjang. “H...?”, aku serasa mati rasa. Ia terbaring dengan sangat lemas tak berdaya dimataku. Tubuhnya sedikitpun tak kulihat. Selimut tebal bermotif bunga-bunga habis menutup seluruh tubuhnya. Handuk kecil berwarna hijau melekat diatas dahinya. “Demam k?” kataku dalam hati. Kakiku melangkah masuk, tatapan dari 7 pasang mata mengarah padaku. Mereka melihatkan sumringah yang cukup cerah. Aku tersenyum membalas keakraban yang mereka klihatkan padaku. Ada Kak Pita, bang Budin, kak Ica, Yayan, Arif, dan Enda. Setumpuk kue dan sekantong buah Langsat tepat dihadapan mereka. Aku tidak segera duduk, aku langsung menghampri kasur yang tingginya sepinggangku itu. Aku memberi senyum terbaikku malam ini untuknya. Ia memandang kearahku dan tersenyum. Tak kuat aku melihat wajahnya yang

Andai Aku Jadi Naruto

Aku masih berada di sekre LPM, menghabiskan ketikan karya siswa-siswa Mts Negeri 2. Sabtu lalu aku bersama empat anggota club menulis kampanye ke sana. Aku yang menjadi koordinasi, bertugas mengetik karya-karya tulis yang mereka buat. Semangat dengan tanggung jawabku ini. Mungkin 1 jam lagi waktunya ashar. Aku menyapa Ade rahmat. Dia teman satu kelompok saat Pekan Bakti Mahasiswa beberapa tahun yang lalu. Saat PBM dia jadi ketua kelompok, semester satu ia ketua tingkat dikelasnya, sekarang ia menjadi ketua HMJ. Memang bebakat tu anak jadi pemimpin. Kini aku menambah satu jabatan lagi untuknya, Ketua RT. LPM dulu bertetanggaan dengan UKM Olahraga sekarang menjadi tetangga HMJ Tarbiyah. Sekre yang kami pindahi ini, dulunya HMJ Dakwah. HMJ Itu kini pindah di dekat Sekre BEM dan MPM. Ada hal yang mengharuskan kami untuk pindah –pindah seperti ini. Sebagai teman lama dan tetangga barunya, aku mengajaknya bicara, mulanya hanya berbasa-basi, . Tidak menyangkan, Ade bercerita, mengenai bebera

TATAP MATA SAYA

TATAP MATA SAYA Aku manatapnya Segala yang melekat di wajahnya Lama tak kulihat wajah itu, Aku menyentuhnya Ku raba dengan sentuhan dan tarian jemari rindu Ku helus, dan berusaha ia merasa nyaman dengan itu Ku bicara padanya “Aku merindumu. Mengertikah itu?” Tapi ia diam, bungkam. Ku bicara lagi, “Kapan kau bisa ada untukku lagi?” Ia tetap, ekspresinya sama dengan yang tadi, tak berubah. Kulanjutkan pembicaraan tadi. “Mengapa kau diam?, mmm!?” Tanyaku, setengah memaksa ia bicara, kemudian aku ingat inilah, Ia “ Ya, maap aku tahu inilah dirimu. Karena diammu itulah hingga aku masih mengenangmu. Mengapa kau berharap aku yang menjelaskan?” Aku mencoba ingatkan dia tentang yang dilupakanya, tentang ketka aku masih ada dihari-nya. “Mengapa tanyakan, seberapa besar sayangku padamu, setelah tidak mungkin sayang itu kupeluk.” “Mengapa kau tanya aku, mengapa aku tak sampaikan itu padamu?” Aku menyatakan kembali kata-kata yang ia berikan padaku. Tiga tahun silam. Seharusnya jangan kau tanya siap

Mengingat Bapak (terbit di Pontianak Post)

“Hhuaaap”, kugosok mataku yang masih menyipit, memandang keadaan di luar rumah dari jendela papan yang telah dibuka Emak sebelum Adzan subuh. Kata Emak membuka jendela atau pintu lebih awal akan mendapatkan rezeki dengan mudah. Malaikat membagi rezeki ketika pagi dan rumah-rumah yang telah terbuka akan disinggahi malaikat. Entah apa maksudnya, aku tak terlalu mengerti. Yang aku tahu jika pagi tiba, yang kutunggu adalah kue-kue yang tergantung di pintu kelambu. Bapak biasanya menggantung kue dan permen di pintu kelambu itu. Maka ketika aku bangun, aku akan langsung melihat kue-kue itu. Senang rasanya. Setiap pagi aku selalu merengek memanggil emak, minta gendong, atau dihusapkan wajahku yang masih lemas karena kantuk. Aku si bungsu, saudaraku ada dua, dua-duanya perempuan. Mereka tidak tinggal dengan kami, mereka tinggal dikampung sebelah, ditempat nenek. Kakak-kakaku tidak ada di rumah, karenanya bapak sangat memanjakan aku. Kata ibu, kue yang biasa tergantung di kelambuh tak pernah di