Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2012

Dari Fikri dan Geek

Ceritanya saya memang suka  baca postingannya fikrirasyid.Kalian bisa lihat  di laman blog saya, ada namanya. Tinggal klik. Pastinya dia memang keren. Keren bukan karena stylenya doang, tapi otak and prinsipnya. Hahha, sampai di sini saya taunya  saya nilai tuh orang ya kayak gitu. Sering saya mendapat inspirasi dari tulisan anak muda ini. Makanya dia saya simpan baik-baik. :) Jadi Gini, postingan hari ini tentang Balada Geek Salah Jurusan. Pas saya baca, saya emang sempat bingung, apa itu geek . saya emang nggak tau fik, sumpah. Hahahah lu ngakak aja , terserah saya terima. Ini saya lagi buat pengakuan. Dari judul postingan , saya merasa bahasannya ke arah orang yang punya keahlian, terus sukses dengan keahlian itu, tapi keahliannya bukan dikarenakan pendidikan yang dia tempuh. Dalam pemikiran yang megira-ngira, geek khusus untuk IT saja. Dan, saya lanjut membacanya. Di situ saya menemukan, Fikri membuat postingan ini setelah dia membaca tulisan tentang lulusan fakultas huku

Tujuan Menjadi Kaya

Awal cerita   saya malas mau pergi. Rasa-rasa lebih baik di rumah dan mengerjakan apa yang mesti dikerjakan. Tapi ajakan sepupu untuk bertemu dengan temannya tidak bisa ditolak. Percaya akan ada inspirasi yang di dapatkan, saya jadi hayook saja. Sepupu yang belum makan malam memilih Wong Solo sebagai tempat bertemu. Tak lama kami tiba teman Ucu (panggilan untuk sepupu saya) datang. Mengenakan kaos putih dan tas bergantung selimpang di badannya. Tampilannya fresh dan tetap sikap ramah. Dengar-dengar teman sepupu ini berkincah diberbagai bisnis. Penghasilannya sudah mencukupi. Sudah punya rumah sendiri, meski masih sendiri. Mereka bercerita banyak tentang bisnis, dari jualan kecil-kecilan, kebun, hingga property.   Ucu yang memang suka mencoba bisnis ini, bisnis itu tentu serius mendengar. Tertarik juga sepertinya. Saya yang tidak terlalu mengerti dengan apa yang mereka bicarakan, hanya manggut-manggut di bagian percakapan yang kiranya saya mengerti. Hingga akhirnya ad

Menulis, Membanggakan Orang Tua

Di ruang Malay Corner ada satu rak buku yang isinya buku autografi. Buku-buku itu   hasil dari tugas mata kuliah Bahasa Indonesia. Buku ini tidak sekedar menceritakan kehidupan penulis, tetapi   yang secara tidak langsung ciri pribadi penulis diketahui oleh Dosennya. Dari sinilah pengampuh mata kuliah bisa mengenali karakteristik mahasiswanya. Tugas menulis aoutgrafi menjadikan mahasiswa sebagai penulis. Menjadikan mahasiswa mempunyai karya sendiri. Menulis sejarah kehidupan sejak kecil hingga dia menulis buku tersebut. Menceritakan bebagai problema dan kesenangan yang pernah dialami. Merangkai kata tentang dirinya dan keluarga. Tentang orang tua.   Seumur-umur saya sendiri belum pernah membuat autograf. Menurut saya buku seperti ini mengajak kita untuk lebih menghargai makna hidup. Mengingat kembali slide-slide kehidupan yang lalu. Mengenang cinta kasih yang diberikan orang terdekat. Menyadarkan diri bahwa sesungguhnya kehadiran saat ini, tak mungkin dengan sendirinya.

Inspirasi dari Keluarga

Setelah beberapa minggu buku Membaca Sejarah Melayu terbit, saya menitipkan buku tersebut pada seorang teman untuk Mak di Kampung Sana. Ada tulisan saya tentang kampung di buku tersebut. Saya yakin, Mak pasti senang. Lama sebelumnya, saya pernah   melihatkan dan membacakan tulisan tersebut pada Emak. Emak antusias sekali mendengarnya, hingga dia bertanya “ade agik ndak?, ade agik? Bacekanlah agik”. Emak ternyata senang, saya menulis tentang Kampung. Emak merasa tidak banyak yang tahu sejarah Kampung dan menuliskannya. Emak menyarankan saya   untuk menulis tentang kampung lebih banyak.   Sebagai penyimpan dokumen terbaik keluarga, puisi Kampung yang pernah saya bacakan sewaktu SD   disarankan sebagai bahan tulisan. Emak juga yakin, Wak Eman tokoh masyarakat di kampung juga senang dengan tulisan saya ini. Mengingat hal itu, saya pun mengirim buku tersebut. Biar Mak bisa membacanya lagi. Biar Mak beli juga, hehehehhe. Emak pernah tanya “Mane bukunye? Mau gak bace, beli l

Belajar dari Dosen Kapita Selekta#PART2

“Aku dah dapat gambaran tentang bapak ini” kata salah satu teman di kelas sebelum kuliah di mulai. Teman menyebutkan salah satu nama kakak tingkat yang memberinya informasi. Saya kenal dengan kakaknya,   dia teman penghuni tetap di kelas yang semester lalu itu saya tumpangi. Hanya saya tidak selesai mengikuti perkuliahan. Penasaran, saya bertanya bagaimana gambaran yang teman tadi maksudkan. “Bapak ni, kalau diajak kenalan dia dia”, sudah pasti dia tidak akan mengajak bapak untuk berkenalan di pertemuan pertama ini. Ya, benar. Benar kata teman tadi. Di kelas kakak tingkat, dosen senior ini memilih untuk tidak mengenalkan diri, saat kakak-kakak memintanya. Sudah menjadi hal yang lumrah, pertemuan pertama ada sesi perkenalan antara dosen dan mahasiswanya. Tapi ternyata hal tersebut tidak berlaku untuk bapak yang sudah 20 tahun menjadi dosen di kampus ini. Mungkin saat itu banyak yang tidak tahu siapa dosen yang selalu mengenakan peci putih ini. Mungkin banyak yang men