Langsung ke konten utama

Terimakasih

Kami datang ingin berbagi ilmu pada mereka
Kami datang untuk menambah Ilmu lewat mereka
Kami sapa mereka dengan karya
Kami hanya mencoba berbagi dan mencari. Ilmu
Sabtu, 16 Oktober 2010.
Pagi. Aku melihat mereka bermain, berlari-lari, kesana-kemari hingga bola mataku juga ikut berjalan. Ke kanan, ke kiri. Ke kanan lagi. Ke kiri lagi. Begitu terus hingga aku mengalihkan pandangan pada satu anak yang sedang melihat temanya bermain bola basket. Oh, ya aku belum bilang, aku sekarang ada di Sekolah. Sekolah yang terkenal di kota ini dengan kebersihanya. Nanti aku akan beritahu, di sekolah mana, tapi jika sudah ada yang tahu diam-diam ya!, oke?. Sebentar saja.
Anak tadi berambut panjang, terurai sedikit berantakan, maklum ia juga tadinya bermain. Tapi, tetap saja ia gadis kecil yang manis. Aku berbicara denganya. Membicarakan tentang seragam mereka hari ini. Seragam PLH (peduli lingkungan Hidup).
“Keren!” kataku berteriak tapi tak telalu keras, hanya mencoba membaur seperti mereka saja meski aku juga tidak terlalu mengerti apa arti dari kata itu. Keren. Hem seru saja rasanya menggunakan kata keren. Mengenai PLH tadi, anak-anak juga mengerti bagaimana mengungkapkan kepedulian lingkungan. Buang sampah tidak boleh sembarangan, begitu katanya. Aku melangkah menuju sisi lapangan bola. Riang sekali teriakan mereka.
“Fasilitas, yang tercukupi,” pikirku.
Waktunya memasuki kelas, saatnya melakukan kampanye kepenulisan. Menyusuri koridor yang dindingnya banyak sekali gambar-gambar. Ada gambar peraturan lalu lintas, menjaga kebersihan, ada pula gambar-gambar bendera dunia. Hebat, mantap. Sepetinya kata itu yang terus keluar dari mulut dan hatiku. Ada pula kotak kejujuran dan kotak pengaduan yang berdiri di depan kantor kepala sekolah, ada beberapa surat di dalamnya. Wow pendidikan kejujuran, sifat terpuji.
Didalam kelas, Va. Siswa-siswanya sedang belajar dengan buku-buku yang bersampul, duduk dengan kursi yang tegap. Kelas mereka indah, ada burung-burung kertas yang berwarna bergantung. Ember besar, bekas cat menjadi ember untuk mencuci tangan, ember itu sudah ada keran airnya. Mereka tetawa, bekerjasama. Mereka mau membuat tulisan, merangkai kata-kata yang indah dari alam pikiran mereka.

Ia datang, dengan nafas yang masih belum teratur.
Ia datang, dengan peluh yang berbutir.
Ia datang dengan membawa ilmu untuk kami.
Ia datang mencari ilmu dari kami.
Pagi menjelang siang. Sekitar pukul 10:48. Di hari yang sama, Sabtu(16/10).
Ruangan telah ramai, riuh pula. Suara kami bercerita, bercanda semakin meramaikan suasana. Kami menunggunya. Menunggu Ilmunya. Meja telah penuh. Penuh dengan koran, gelas-gelas, atau tas-tas milik kami ada pula kue disana. Bahkan ada pula laptop berjejer. Ia datang. Semangat. Kami juga semangat. Hemm aku juga semangat, malah.
Beberapa waktu kemudian, aku melihat mereka. Mereka yang juga punya semangat belajar. Mereka berkumpul membentuk fondasi lingkaran, belajar sesuai dengan apa yang mereka pelajari hari itu. Mereka tidak di kelas. Mereka di sebuah lapangan, ada pohon-pohon hijau yang meneduhkan. Mereka tidak berseragam, baju biasa saja, atau baju bebas. Diantara mereka, bukan dari kumpulan yang berfondasi lingkaran itu. Ada seorang anak mendekat. Mungkin ia ingin tahu. Orang-orang yang berkumpul dilingkaran ini sedang apa. Apa yang dikerjakan?. Anak itu berdiri, mengamati. Tadinya anak kecil laki-laki ini sedang ikut ibunya mencari sayur, mungkin. Aku tidak terlalu jelas dengan apa yang ia bawa. Anak tidak berbaju, bercelana pun tidak. Menggunakan celana sebenarnya, tapi hanya celana dalam saja.
Kemudian aku melihat sekelompok anak laki-laki yang sedang berkumpul, membahas apa, aku lupa. Tapi mereka terlihat khikmat dengan yang mereka kerjakan. Aku tidak memperhatikan mereka, aku tertuju pada seorang anak laki-laki yang sedang serius belajar, Di sebrang. Tidak terlalu jauh dari kelompok anak ini. Takjub. Anak itu belajar diatas batang pohon tumbang yang besar. Belajarkah anak itu?, seriuskah ia belajar?. Tapi, aku juga sempat berpikir, pandai juga anak itu mencari tempat belajar. Pasti menyenangkan. Anak itu seperti sujud, tapi ia menulis. Begitulah gambarannya.
Selanjutnya aku lebih salut dengan pameran puisi yang terpajang di tepi jalan. Tergantung di pagar, seharusnya fungsi pagar itu untuk memagar Babi-babi yang bebas berkeliaran. Ada beberapa anak yang singgah, menatap keanehan yang ada di depan mereka. Di jalan bertanah ada karton-karton berisi tulisan, terpajang diatas pagar. Dari anak-anak itu banyak yang berminat pada kertas-kertas berisi puisi tersebut, kemudian karton itu mereka cabut, dibawa pulang. Hingga karton habis dari pajangan. Anak-anak itu ada yang masih belum tahu, kumpulan yang mereka ambil itu adalah puisi, tapi tetap saja mereka tertarik dengan rangkaian dan keunikan karton pajangan itu. salut untuk ketertarikan mereka, salut pula dengan cara orang yang membuat pameran puisi itu, kretaif.
Dia berasal dari daerah darit, jauh, desa pelosok. Kataya untuk mendapatkan satu koran mesti menempuh perjalan selama satu jam, ke nagabang mislanya. Biasanya, koran-koran bekas ia bagikan pada murid-muridnya, untuk dibaca dan dipelajari. Tapi, sayang ada yang masih tidak bisa memahami keinginannya. Muridnya lebih tertarik pada gambar-gambar yang ada dikoran. Mobil mewah atau cewek cantik. Begitu katanya menceritakan perhatian muridnya aterhadap koran.
Hari ini. Sabtu 16 Oktober 2010. Dua pengalaman yang aku rasakan. Ketika pagi aku menhadapi siswa-siswa yang tercukupi segala fasilitasnya, di kota, moderen, ilmu dimana-mana. Informasi mudah dicari.SDN 20 Pontianak Sealatan. Berbeda ketika menjelang siang, aku melihat dan mendengar cerita tentang anakanak yang jauh dari informasi pendidikan, khususnya. Belajar seadanaya. Di desa, jauh pelosok.
Pagi itu aku sendiri yang mengalaminya, sedangkan anak-anak desa aku mendengarnya dari Nano Basuki, sang guru. Terimakasih untuk pengalaman hari ini.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Daftar Riwayat Hidup: Farninda Aditya

  DAFTAR RIWAYAT HIDUP DATA PRIBADI Nama Lengkap                            : Farninda Aditya NIP                                                                  : 199008242019032012 Jabatan                                                  : Penata Muda Tk.I, (III/b) Asisten Ahli Jabatan Tambahan                             : Sekretaris Prodi PIAUD FTIK IAIN Pontianak Dosen Pengampu                              : Mata Kuliah Bahasa Indonesia                                           Tempat/tanggal lahir                   : Mempawah, 24 Agustus 1990 Jenis kelamin                               : Perempuan Agama                                         : Islam Ruang                                                     : 210, Lantai II,  Gedung Prof. KH Saifuddin Zuhri GOOGLE SCHOOLAR             :   https://bit.ly/3lqX6US Silakan unduh dan sitasi pada       : MODERATION OF LANGUAGE IN A DIFFERENT FAMILY ENVIRONMENT (Language Moderation in The Multi-Ethnic Family Circumstances) | IC

Pertemuan 1: Magang 1

    Assalamualaikum, ww.   Halo kawan-kawan mahasiswa. Selamat telah sampai pada level ini. Selamat sudah masuk sampai perkuliahan Magang 1. Selamat juga berhasil menyelesaikan ritme perkuliahan melalui Daring selama ini. Kalian semua hebat.   Pada perkuliahan Magang1, saya Farninda Aditya dimanahkan untuk mengampu mata kuliah ini. Bagi yang sudah pernah bertemu dengan saya pada mata kuliah sebelumnya, Bahasa Indonesia terutama, tentu sudah paham bagaimana gaya pembelajaran saya.    Menulis adalah yang Utama. Disiplin adalah Aturan. Komunikasi adalah Penyelamat.  Sebelum membahas tentang Apa itu Mata Kuliah Magang?, perkenankan saya menjelaskan cara belajar kita.   Pertama,  Media . Media utama yang digunakan adalah WhatsAap, e-Leraning, Google Meet, Youtube, Instagram, dan Blog.   Media berkomunikasi adalah WhatsAap dan pembelajaran adalah e-Learning. Jadi, segala informasi akan saya sampaikan sebelumnya melalui jaringan ini, terkait media yang akan digunakan p

Bedences

Cuci Motor Bdences. Itulah nama tempat penyucian motor yang saya lihat di daerah Bakau Besar, Kabupaten Mempawah. Di sekitar tikungan, di dekat masjid. Tidak terlalu jauh setelah jembatan yang diperbaiki tahun lalu.   Baru kali ini melihat tempat cuci tersebut   setelah hampir tiga bulan tidak balik kampung. Saya menyimpulkan, tempat ini adalah baru. Namun, yang menarik dari perhatian saya bukan gambaran tempat penyucianya, bukan fasilitasnya, bukan orang yang sedang menyuci. Tapi, Bdences yang menjadi nama tempat pencucian ini.  Bdences mengingatkan saya dengan kata populer   yang digunakan remaja-remaja di Jalan Bawal. Bawal adalah nama gang yang ada di sekitar Pasar Sayur Mempawah.   Batasan-batasan jalan ini sempat saya tanyakan pada seorang teman yang tinggal di sana. Menurutnya Jalan Bawal I berada di samping Lapangan Tenis, Bawal II   berada di seberang Jalan menuju Pasar Sayur menyeberangi jalan menuju Tol Antibar. Bawal II berada   di belakang SD Negeri 1 Mempawah atau