Eli, Bang Aa, Bang Ii,Kak Eni, Elsi, Esi, Hilda, Kak Ester, Esi, Ayu, Sri, Maya, Yanti, Dwi, Ayu, Heni, Dedek, dan Wawan (Alm)
-,-
Beberapa nama teman sepermainan yang saya ingat.
Eli, Bang Aa, Bang Ii mereka bertiga adalah teman yang tak terlupakan. Padahal, usia saya dan mereka cukup jauh. Tiga tahun. Elsi, Esi, Hilda, dan Sri itu usianya sepantaran. Tetapi saya lebih sering bermain dengan Eli, Bang Aa, Bang Ii, d tepan Hilda.
Eli adalah tetangga samping rumah yang merangkap sebagai keluarga. Di rumahnya lah, Bapak menghembuskan nafas terakhir -,p. Di rumah Eli pula saya sering makan dan minum. Di rumah itu, ada meja panjang tempat menyiapkan makanan. Kursinya juga panjang. Kita seakan seperi makan di lamongan. Tetapi, ini di dalam rumah dan itu di tahun 90-an lalu. Jika minum, kita akan menggunakan cawan yang bentuknya agak pendek, lebar, dan ada kotak-kotak seperti timbul yang saya rasa sudah susah menemukan gelas semacam itu.
Di rumah ini pula saya dapat menonton Televisi, Film India di TPI adalah tontonan dan chanel favorit kami. Tv masa itu masih Tv yang memiliki lemari, ada plastik warna biru yang menutupi layarnya supaya tanpak bewarna.
Rumah Eli mempunyai halaman yang luas. Berpasir halur, lembut, lembab, terdapat pohon sawo di sisi kirinya, dua tidak salah. Lebat dan satu pohon mangga yang dikelilingi dengan kursi ala anak nongrkong masa itu. Di halaman ini lah kami sering bermain, terutama bermain orang kayu,
Orang Kayu adalah permainan yang dimainkan di halaman rumah. Orang kayu disebut karena orang yang di mainkan atau yang menjadi orang di dalam permainan itu adalah ranting yang tingginya hanyalah setinggi kelinging. Rumahnya terbuat dari pasir. Pasir-pasir itu dibuat seperti made. Pasir di kumpulkan dengan tangan, bisa juga dengan sirap bekas atap rumah, lalu antara pasir di tangan kanan dan kiri di satukan seperti orang menempuk tangan, tetapi di tanah. Sehingga tanah di yang diangsar dari tangan kanan-kiri menyatu, lalu ditekan di atasnya, dan menjadi seperti balok-balok.
Bang Didi, Abangnya Eli suka menjual gambar bernomor. Membeli satu gambar dapat berkesempatan memeroleh hadiah. Hadiah paling kecil adalah geleombos. Balon yang ditiup menggunakan pipa dan balonya membentuk seperti balon tiup dari sabun. Dia menggantungnya di pohon nangka yang ada dtempat duduk anak nongkrong.
Bang Aa dan Bang Ii adalah gembar. Saking tak dapat membedakanya saya selalu mengambil jalan pintas dengan memanggil mereka Abang. Saya juga sering turun naik ke rumah mereka, makan bersama dan merasa enak sekali dengan lauk ikan yang baru "naik" dimasak kuning.
Kami bertiga terkadang bermain di halaman rumah Eli. Di bawah pohon Sawo Eli, ada sepeda-sepedaan yang terbuat dari kayu, disambung-sambung hingga membentuk sepeda.
Hilda adalah anak perempuan usia saya. Hilda adalah teman pertama saya yang berbeda agama. Kakaknya bernama Ester, dan Abangnya bernama Mun. Bapaknya bernama Pak Piter. Hilda sangat baik, kami pernah menemukan telur bersama, dan memasaknya dadar telur, dan makan bersama.
Komentar