PERAN DEWASA MUDA DALAM PROGRAM BINA KELUARGA REMAJA (BRK) MENUJU REMAJA KALIMANTAN BARAT YANG BERKUALITAS
Pada April lalu Kalimantan Barat, Pontianak khususnya dikejutkan
dengan pemberitaan pemilik akun Facebook Nanang
Selembe. Beritanya bukan berkaitan dengan prestasi seorang remaja Pontianak
melainkan, kasus yang menjerat Nanang dikarenakan tindakannya yang
menghilangkan nyawa seseorang, yakni pacarnya. Sungguh disayangkan, remaja yang
baiknya mengembangkan potensi dirinya untuk menggapai kehidupan yang lebih baik
untuk pribadi, bangsa, dan agama di bangku sekolah malah salah dalam
memanfaatkan waktu tersebut.
Info mengenai kasus ini mudah diketahui oleh banyak orang
melalui jejaring sosial seperti Broadcats via Blackberry Mesegger, Facebook,
Twitter, atau video internet Youtube. Setelah Nanang yang sempat melarikan diri
ditangkap oleh aparat berwenang dan diusut kasusnya, salah satu Tv swasta mengangkat
kisahnya dan disiarkan di salah satu acara. Tak
hanya program berkenaan dengan acara wanita pada dini hari itu sebelumnya,
pemberitaan di program berita Tv nasional lain juga menayangkan pemberitaanya.
Pemberitaan ini membuktikan bahwa kasus Nanang menjadi bahasan di berbagai
kalangan yang tak hanya lokal tetapi menasional.
Tulisan bukan membahas kasus Nanang tetapi, efek yang
diakibatkan dari kasus tersebut terhadap remaja yang menanggapinya. Beberapa
hari sebelum aksi telarang itu dilakukan, Nanang sempat membuat status di Facebook yang kata-katanya bermakna kasar. Status itu pula
yang memancing pemilik akun lain memberikan komentar-komentar bernada pedas
pada Nanang. Kata-kata bermakna negatif ditulis di kolom komentar. Sedihnya,
sebagian besar dari mereka yang memberi komentar adalah remaja.
Remaja yang meninggalkan komentar memberikan kata-kata yang
tak layak untuk disampaikan. Kalimat-kalimat yang mengarah pada seks tampaknya
tak malu untuk dipublikasi bahkan ada satu foto
seorang perempuan tanpa busana dikirim oleh seorang komentator. Memang,
sebelum Sang Pacar meninggal, Nanang membujuk pacarnya untuk melakukan hubungan
intim. Perlakukan itu pula yang menimbulkan komentar lain berisi nama hewan,
alat kelamin serta hujatan. Entahlah
apakah komentar itu benar-benar menunjukan simpatik, amarah, atau hanya ingin
ikut-ikutan. Remaja perempuan pun seperti tak mau ketinggalan menyampaikan
gagasan mereka meski gagasan itu lebih merujuk pada cacian bahkan ada pula yang
menyebutkan alat kelamin perempuan dalam Bahasa Melayu Pontianak bermakna
kasar.
Tak berhenti di Facebook,
kicauan dengan kata-kata bermakna negatif berhamburan di Timeline Twitter penulis
pada tanggal 19 April sekitar pukul 01.20 hingga 02.00. Twitt itu membahas
tentang acara Tv yang membahas tentang kasus Nanang. Kebetulan, penulis
mengikuti beberapa Twitter remaja
Pontianak sehingga ada membaca kicauan-kicauan tak menyenangkan itu. Ada satu twit yang memprihatinkan, seorang
remaja mengatakan dirinya lebih baik menonton film dewasa daripada menonton
adegan Nanang yang melakukan tindakan asusila pada pacarnya di Tv. Sungguh tak ada lagi etika bersosial dalam
menggunakan jejaring sosial. Etika bertutur pun tak dianggap. Budaya santun
dalam besikap seakan hilang bahkan, remaja perempuan tak pula merasa sungkan
untuk berkata tak sopan. Apakah keadaan ini dapat menjadi penilaian untuk
kualitas kehidupan remaja saat ini. Kata-kata
yang mereka sampaikan seakan menunjukan bagaimana olah pikir mereka. Bahasa
adalah jiwa bangsa sebagaimana bahasan dalam Psikolinguistik. Bahasa penutur
bepengaruh pada jiwanya.
Nanang yang melakukan kesalahan fatal ini memang berada di usia
remaja, kemungkinan faktor tersebut menjadi pemicu tingginya animo teman sebayanya
untuk mengetahui keadaan sebenarnya. Melihat aktifnya remaja menggunakan
jejaring sosial melalui akses internet ini menunjukan bahwa mereka memerlukan
perhatian yang ekstra. Orang tua yang menjadi pendidik utama dan orang terdekat
mesti menyadari keadaan tersebut. Hanya saja tak semua orang tua memahami apa
yang baiknya mereka lakukan. Pemberian telepon pintar kepada anaknya mungkin
hanya diketahui untuk digunakan sebagai alat komunikasi telepon, mengirim
pesan, dan mencari informasi di internet demi pembelajaran sekolah. Orang tua
tak mengetahui bagaimana cara mengontrol telepon pintar yang diberikan sekadar
tahu situs-situs yang dibuka oleh anak mereka. Jika pun ada yang tahu, orang
tua mesti lebih jeli lagi sebab anak bisa lebih pintar untuk menghapus riwayat
kunjungan internetnya.
Jejaring sosial menjadi area banyak remaja untuk
berekspresi. Berbagai kegiatan dapat disampaikan melalui pengiriman foto maupun
video. Kegusaran dan kesenangan hati dapat dituliskan melalui status. Dan, komunikasi pada orang banyak di berbagai
negara dapat dengan mudah dilakukan melalui internet. Hal itu pula yang membuat
sahut-menyahut komentar di Facebook
maupun di Twitter terjadi. Kosakata
berkenaan dengan hubungan intim besar kemungkinan diketahui oleh mereka melalui
pencarian informasi di internet. Hingga pengetahuan yang tak terarahkan itu
dapat memunculkan keinginan untuk melakukanya. Hal itu pula yang memicu adanya
pernikahan dini dan kenaikan angka kelahiran yang diakibatkan karena pergaulan
bebas. Belum sempat orang tua melihat anaknya sukses dalam pendidikan orang tua
lebih dulu melihat anak mereka menikah dan kemudian melahirkan. Padahal
pengetahuan mereka mengenai rumah tangga masihlah sangat minim.
Remaja memerlukan arahan yang tepat. Pendidikan utama untuk
anak maupun remaja ada di lingkungan keluarga. Orang tua berperan penting dalam
memberikan arahan pada remaja. Orang tua mesti paham apa yang dibutuhkan oleh
remaja baik dari sisi moril maupun materi. Kasus Nanang dan berbagai respon yang
diberikan remaja melalui jejaring sosial tentunya menunjukan adanya dampak
negatif dari penggunaan internet.
Menjalin komunikasi pada remaja memang tidak mudah. Orang
tua tentu menginginkan yang terbaik untuk anaknya. Orang tua perlu menjalin
komunikasi pada remaja mereka, memberikan pendidikan berkenaan dengan agama,
sosial, bahkan pengetahuan tentang seksual. Hanya pengontrolan dan pemberian
arahan yang tepat itu tidak semua orang tua dapat melakukanya. Cara menjalin
komunikasi tanpa ada kesalahpahamaan memerlukan cara khusus, sebab tak semua
remaja mau mendengar nasihat orang tuanya, remaja cenderung ingin bebas. Selain
itu tak semua orang tua mendapatkan ilmu berkenaan dengan psikologi
perkembangan dan psikologi pendidikan yang sangat membantu dalam pendidikan
keluarga. Apalagi berkenaan dengan penggunaan teknologi yang semakin
berkembang.
Orang tua sebenarnya memerlukan teman untuk melakukan
tindakanya. Orang tersebut ialah mereka yang berusia tak jauh beda dengan
remaja. Masa-masa perkembangan zaman yang tidak terlalu berbeda sehingga dapat
memahami kebutuhan remaja. Orang yang dapat diandalkan sebagai teman
berkomunikasi orang tua adalah mereka yang berada di usia dewasa muda. Usia ini
menjadi sangat penting karena fase-fase remaja yang dilewati tidaklah terlalu
lama. Dewasa muda (20-24 tahun) dapat memahami keadaan. Dewasa muda dapat
memberikan pandangan pada orang tua mengenai kebutuhan remaja berdasarkan
zamanya sebab pendidikan pada anak tidak lah sama dengan pendidikan orang tua
pada zamanya.
Sebagai orang yang berada di usia dewasa muda, mesti
memahami adanya peran penting pada dirinya dalam mengarahkan adik-adik remaja.
Remaja memerlukan pengarahan orang tua begitu pula orang tua memerlukan
pengarah agar arahan yang diberikan tepat. Apabila dewasa muda berada di
lingkungan keluarga sebagai kakak atau abang, baiknya dewasa muda bekerjasama
dengan orang tua dalam memberikan arahan tersebut agar potensi remaja berkembang dan menjadi remaja yang berkualitas. Namun, jika dalam anggota keluarga tidak
memiliki kakak atau abang, orang tua dapat berkomunikasi kepada keluarga lain
dan tetangga yang dapat dipercaya menjadi teman orang tua dalam
berkomunikasi.
Dewasa muda yang menjadi teman berkomunikasi ini baiknya
pula memiliki pengetahuan yang dapat diandalkan. Dewasa muda dapat menjadi
tutor untuk orang tua dalam menggunakan ponsel pintar serta program di
dalamnya. Berbagai situs internet dan jejaring sosial dapat dikenalkan pada
orang tua sehingga orang tua dapat mengetahui aktivitas yang dilakukan anaknya di
telepon pintar. Maklum saja, telepon
pintar yang dapat mengakses internet itu bisa dimanfaatkan kapan pun dan dimana
pun. Keberadaan dewasa muda yang dirasa memiliki pengetahuan yang lebih kreatif
dan inovatif tentunya. Dewasa muda memiliki kematangan berfikir dan
mengendalikan emosi. Sangat diharapkan sosoknya
ada di setiap lingkungan masyarakat. Orang tua juga memerlukan orang
lain untuk diajak bertukar pikiran mengenai remajanya. Agar dewasa muda dapat berperan
aktif dalam hal ini baiknya dewasa muda dapat lebih tanggap dalam mencari
informasi konseling remaja.
Sebenarnya pemerintah telah menyediakan berbagai program
untuk memberikan informasi dan konseling pada remaja dan orang tua. Badan
Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN) Kalimantan Barat pada tahun 2014
ini memprioritaskan pembinaan remaja dengan berbagai program. Keberadaan
program tersebut baiknya ditanggapi dengan serius oleh berbagai lapisan
masyarakat termasuk yang berusia dewasa muda. Dewasa muda juga bisa menjadi
agen informasi berkenaan dengan program-program remaja dan keluarga agar orang
tua tahu tempat yang tepat untuk berkonseling. Satu di antara program BKKBN
Kalimantan Barat ialah Bina Keluarga Remaja (BRK).
Hal yang paling mudah untuk dilakukan oleh remaja ialah
dengan menyampaikan adanya BRK yang disediakan ole BKKBN. Bisa jadi pula,
dewasa muda menjadi penggerak untuk menyadarkan orang tua dan anak mengenai
komunikasi keluarga. Dewasa muda baiknya dapat memberikan inspirasi untuk
remaja-remaja atau anak-anak di desanya. Hanya, bagaimana Dewasa muda di tiap
desa atau kelurahan mau begerak. Program BKKBN seperti Duta Generasi Berencana
(GenRe) dan Pusat Informasi dan Konseling (PIK) remaja dan mahasiswa dapat
menjadi teman kerjasama dalam menjalankan program ini. Duta GenRe dapat
bersosialisasi ke desa-desa untuk mengikat minat dan motivasi dewasa muda.
Tentu di setiap tempat ada orang yang menginginkan daerahnya menjadi daerah
yang berkembang dengan SDM yang berkualitas hanya tidak tahu bagaimana caranya.
Jika pun tahu, bisa pula dikarenakan kurang percaya diri, khawatir tidak ada
yang mendukung, dianggap sebagai orang yang hanya “buat tahu”. Kedatangan Duta GenRe
dan PIK, tentunya akan menjadi berita angin segar untuk Keberadaan penggerak. Jia minat dan
motivasi telah muncul diikutsertakan dengan kemauan begerak, siap mengabdi
tentu saja, rasa cinta pada sesame tersebut akan terjalin dan menyiptakan BRK
di tiap lingkungan masyarakat. BRK pun menjadi berarti dan kebermaknaannya
dapat dirasakan masyarakat dengan adanya praktik di lapangan.
Jika ada Duta GenRe untuk Kabupaten, Kota, Provinsi,
rasanya akan mungkin jika Duta BRK di tiap kelurahan diadakan. Duta ini menjadi
penggerak untuk dewasa muda-muda di lingkungannya, lalu ada pula Duta Ibu dan
Ayah yang dapat menjadi figure untuk orang tua remaja sebagai panutan mendidik
anak. Kerjasama lapisan masyarakat dari remaja, dewasa muda, orang tua hingga
pemerintah dapat berjalan. Layaknya konselor, Dewasa muda BRK menjadi tempat
untuk berkonsultasi keluarga. Bercerita pada kenalan mungkin akan menghasilkan
pemikiran dan komunikasi yang lebih efektif. Orang tua juga tak sungkan
becerita pada orang yang dikenalnya. Dewasa muda yang mengenal anaknya juga
dapat memberikan perhatian dan tindakan untuk mengubah suatu sikap yang
dicemaskan oleh orang tua di lingkunganya sendiri. Dewasa muda yang menjadi
bagian dari BRK berasal dari masyarakat yang sama atau mengenal ragam
masyarakatnya. Komunikasi seperti bahasa, budaya, dan tradisi yang diketahui
oleh dewasa muda BRK memudahkan kerja sama antar orang tua dan anak. Bayangkan saja
jika di setiap desa atau kelurahan fasilitas BRK tersedia, orang tua tak susah
untuk berjalan ke kota untuk mendapatkan infomasi mengenai anak didiknya. Terutama
mereka yang berada di Pedalaman.
Komentar