Kadang mendapat penolakan dari mahasiswa adalah kesempatan menyenangkan diri. Pada "insiden" itu bisa mendapat sedikit informasi tentang diri mereka.
Pada Cuti kali ini, kelas harus diadakan secara Daring. Konsep kelas sudah disampaikan sejak awal. Ya, besar kemungkinan memang terlewatkan pada pertemuan itu oleh beberapa dari mereka.
Hingga mengisi pertemuan pekan ini, penugasanya adalah kunjungan pada kegiata Festival Melayu dan Membeli buku 10 ribu. Kelas-kelas lain, aman. Tak ada komplain. Satu kelas saja yang berkali-kali menyatakan keberatan.
Eh tidak, sebagian, ada juga karena 80% adalah anak rantau sehingga keberatan soal dana.
Dari harga buku, kemudian izin asrama, lalu bepergianya. Akhirnya PJ kelas menerima mandat baru. Dia menentukan tentang penugasan
Sebab, dari kemakluman yang sudah diberikan masih ada "berat". Jadi segembira mereka saja kan? Hingga akhirnya ada yang berceletuk soal "tugas menumpuk".
Usaha dan tujuan "konsep" tak semua menerima. Ya mau bagaimana lagi kan? Tak semua harapan, sama dengan harapan.
Sederhananya, pengalaman itu memberi mereka pengalaman bahasa. Tulisan tentang Pontianak Harmonis dan Kunjungan Festival adalah cara pre test tentang narasi, deskripsi, argumentasi serta eksposisi. Membeli buku 10 ribu kalanya digunakan pada materi resensi. Utamanya adalah membuat tidak pernah menjadi pernah.
Dulu, sekitar tahun 2009/2010, saya masih kuliah S-1, saya pernah membeli buku pada kegiatan serupa di kampus. Harganya 12 ribu. Buku tersebut membuat saya mengenal Pipit Senja, mengetahui tentang Thalasemia, menyukai kata-kata yang disampaikanya. Dulu pada tahun 2009 saya membeli buku seharga 5 ribu. Buku itu mengenalkan saya pada blogger.
Buku itu menyemangati saya menulis di blog. Saya tak pernah menyangka celetukan tentang desain blog pada seorang dosen mengantarkan saya pada "kesuksesan" saat ini. Pengalaman istimewa itu memang membuat saya jatuh cinta. Rupanya jatuh cinta memilih juga kepada siapa.
Komentar