Ketika banyak orang sedih karena tak bisa mudik, saya dan suami berbeda. Ujian atau peringatan mendekat lebaran adalah diberinya sakit.
Suami, sakit karena kecelakaan.
Saya, sakit karena Cacar.
Satunya karena sesuatu yang tampak di mata, dan satunya tidak.
Suami, merasakan tempurung sebelah kiri geser, alamat teriak-teriak karena rasa sakit bahkan untuk begerak.
Saya, terkena Cacar sesuatu yang sama disebut virus.
Memang saya pernah berpikir kapan saya akan kena, kata orang Cacar itu setiap orang akan kena. Saya memang menunggu antri.
Tapi, kami berdua harus merasakanya di saat mendekat lebaran. Artinya tak ada lebaran beraya-raya untuk kami.
Kami memang termasuk orang yang menjaga jarak, menjaga protokol, jadi dengan sakit ini sebenarnya ada hikmahnya juga.
Jadi niat beraya-raya masih terjaga
Tapi, Aksara?
Sebenarnya masuk dalam kategori ambigu
Di rumah dia bisa tertular Umaknya bahkan bisa tak mendapat perhatiab karena orang tuanya sedang sakit.
Akhirnya ia diinapkan dan dengan yakin ia pasti dijaga.
Walau sedih membuncak juga karena berjarak rumah dengan Aksa.
Tapi rasa kami tentu lebih ringan dari dari yang dirasakan ummat lainya.
Semoga sakit kami menjadi pengampun dosa.
Mohon maaflahir batin
Komentar