![]() |
Sumber Foto: vialatropica.wordpress.com |
Surat untuk Kekasih Angsana. Kepada siapa baiknya kusampaikan. Aku tak punya alat disebut ponsel canggih, agar bisa mengatakan pada banyak orang, bahwa sejak malam hingga pagi ini, aku menemukan Angsana, memeluk dingin.
Kuperhatikan, hingga tidurku pun tak nyenyak, tapi kutahu, Angsana lebih letih dariku, sedari semalam, ia tak tidur, aku yakin itu, hingga pagi ini ia tetap gelisah, lebih parah dari sebelumnya.
Tak sengaja, aku mendengar ia berdoa, katanya ia sedang menunggu, ia sedang bersabar, tiba waktunya, dia yang menjemput, mengambil maaf, dia tahu, dia kecewa, dia tahu, dia salah, dia tahu, dia tak sabaran, tapi katanya, semua yang dilakukannya, bukan atas nama dirinya, atau jajaran silsilah sebelumnya, bukan kebimbangan, atas ketidaksempurnaan, dia bilang, dia terlalu sayang, karenanya ia tak ingin, ada saran: Tinggalkan kekasihmu Angsana.
Kudengar dari doanya, saat liurnya tertahan dalan lipatan, bahwa jika tak ada satu silsilah dan tinggal dia berdua, maka utuhlah mereka, tapi Angsana menjadi lebih bergoyang punggungnya, semakin jadi ingusnya.
Angsana
Kudengar dari aduannya, dalan doa itu, dia bilang, apa salahnya, apa alasan-alasan, dan penjelasan pada kekasihnya, masih belum jelas, pergelangan yang dipegangnya di antara daun merah, dan lagu apalah arti rindu, serta kopi dan letih, kata Angsana masih terasa, bersebelahan dengan dua insan yang memadu cinta, ditunjukan oleh kembang merah, dan Angsana serta kekasihnya berbisik mengumpat lucu dan romantisnya mereka, Angsana teringat mssih, Angsana masih ingat bahwa turutnya dunia dan kekasihnya tinggal menunggu kunci, mereka akan menyatu utuh.
Ah, sekarang kutahu, Angsana bersusahhatinya akan kekasihnya.
Setelah ingusnya reda, aku bicara padanya.
"Kau sudah baikkan, Angsana,?"
Ia menjawab. "Wahai, Pucuk Merah, pikiranku sedang dipertontonkan kekasihku", Angsana masih menyebutnua kekasih, aku bergumam.
" Aku serasa ingin mati, matilah harapanku, kini pikiranku menjadi pikiran setiap siapa yang berada di dekatnya, disebutnya ini Boomerang. Aku ingin mati. Sungguh. Pucuk Merah, aku tak kan punya ayah dari kekasihku itu, habis harapku".
Angsana beranjak, atas nama kekasihnya, ia melanjut pergi.
Komentar