Temajuk, Surga di Ekor Borneo. Begitulah tulisan kaos yang sedang disiapkan oleh Peneliti dari IAIN Pontianak untuk kembali ke Temajuk. Kaos tersebut bergambar foto, hasil jepretan Fahmi Ichwan. Foto tersebut menunjukan keindahan batu-batu di pantai dengan air dan langit cerah membiru, serta gerombolan awan putih.
Tempat ini dikenal pula dengan dunianya penyu. Maka, tidak heran Festival Pesisir 2015 lalu ada di Paloh. Bertajuk Festival Pesisir Paloh 2015 menunjukan bahwa Paloh dengan Temajuknya, menjadi tempat penting untuk kebaharian di Kalimantan Barat. Tak sekadar, sebagai tempat berkembangbiaknya Penyu, Temajuk yang memiliki tiga dusun ini, yakni Camar Bulan, Maludin, dan Sempadan ini juga menjadi tempat wisata yang indah.
Saya menyebutnya Negeri Pantai Berbatu. Bagaimana tidak begitu, batu-batu besar dengan berbagai karakter itu terdampar di pantai-pantai di Temajuk. Hanya, tak semua Dusun memiliki pantai. Dusun Maludin, menjadi dusun yang paling banyak Pantainya. Setidaknya, dari yang saya baca ada Pantai Atong dan Pantai Nenek.
Di dusun ini, pantai dan batu-batu itu bisa terlihat lebih luas dan lebih mudah untuk mendekatinya. Sebab, pantai-pantai sebelumnya hanya terlihat dari balik pohon-pohon. Pohon yang jauh dari jalan utama menuju dusun.
Jika ingin ke tempat ini, memang memerlukan kesabaran dan tenaga yang ekstra. Saya, pada Oktober lalu ke sana, berangkat dari rumah jam 10-an, sampai di Maludin sekitar setengah tiga, subu. Keesokannya.
Waktu yang dibutuhkan dari Pontianak menuju Sambas saja, lebih kurang 5 jam. Lalu, menyeberang di Sekura, lalu menyusuri Paloh, menyebrang sungai cermai, dan melanjutkan perjalan lagi. Selain jauh, jalan menuju Paloh-Temajuk kurang bagus. Di area pedesaan, atau bisa dikatakan jalan darat utama menuju Temajuk banyak ditemukan lubang, dan genagan air. Sekitar satu jam-an, akan bertemu dengan jalan tanah. Saya beurntung karena sedang musim kemarau panjang, karena jalanan menjadi kering. Hanya kekeringan membuat debu semakin mudah terbang, sedangkan daerah di sana, sebagian besar adalah tanah atau pasir.
Banyaknya pasir itu membuat orang harus berhati-hati. Gundukan pasir, tak stabil memegang stang bisa oleng. Belum lagi, alat penyebrangan sangat menyeramkan. Batang kelapa yang seadanya bersama potongan kayu lain, kuat dan rapuhnya menjadi penentu, agar tak jatuh ke lumpur.
Tetapi, sesampai di sana.... Batu-batu akan menyambut kedatangan dan menunjukan keindahannya.
Tempat ini dikenal pula dengan dunianya penyu. Maka, tidak heran Festival Pesisir 2015 lalu ada di Paloh. Bertajuk Festival Pesisir Paloh 2015 menunjukan bahwa Paloh dengan Temajuknya, menjadi tempat penting untuk kebaharian di Kalimantan Barat. Tak sekadar, sebagai tempat berkembangbiaknya Penyu, Temajuk yang memiliki tiga dusun ini, yakni Camar Bulan, Maludin, dan Sempadan ini juga menjadi tempat wisata yang indah.
Saya menyebutnya Negeri Pantai Berbatu. Bagaimana tidak begitu, batu-batu besar dengan berbagai karakter itu terdampar di pantai-pantai di Temajuk. Hanya, tak semua Dusun memiliki pantai. Dusun Maludin, menjadi dusun yang paling banyak Pantainya. Setidaknya, dari yang saya baca ada Pantai Atong dan Pantai Nenek.
Di dusun ini, pantai dan batu-batu itu bisa terlihat lebih luas dan lebih mudah untuk mendekatinya. Sebab, pantai-pantai sebelumnya hanya terlihat dari balik pohon-pohon. Pohon yang jauh dari jalan utama menuju dusun.
Jika ingin ke tempat ini, memang memerlukan kesabaran dan tenaga yang ekstra. Saya, pada Oktober lalu ke sana, berangkat dari rumah jam 10-an, sampai di Maludin sekitar setengah tiga, subu. Keesokannya.
Waktu yang dibutuhkan dari Pontianak menuju Sambas saja, lebih kurang 5 jam. Lalu, menyeberang di Sekura, lalu menyusuri Paloh, menyebrang sungai cermai, dan melanjutkan perjalan lagi. Selain jauh, jalan menuju Paloh-Temajuk kurang bagus. Di area pedesaan, atau bisa dikatakan jalan darat utama menuju Temajuk banyak ditemukan lubang, dan genagan air. Sekitar satu jam-an, akan bertemu dengan jalan tanah. Saya beurntung karena sedang musim kemarau panjang, karena jalanan menjadi kering. Hanya kekeringan membuat debu semakin mudah terbang, sedangkan daerah di sana, sebagian besar adalah tanah atau pasir.
Banyaknya pasir itu membuat orang harus berhati-hati. Gundukan pasir, tak stabil memegang stang bisa oleng. Belum lagi, alat penyebrangan sangat menyeramkan. Batang kelapa yang seadanya bersama potongan kayu lain, kuat dan rapuhnya menjadi penentu, agar tak jatuh ke lumpur.
Tetapi, sesampai di sana.... Batu-batu akan menyambut kedatangan dan menunjukan keindahannya.
Komentar