Langsung ke konten utama

Tetap Utamakan Menulis Catatan daripada Rekaman Ketika Wawancara


Dunia teknologi memang sangat membantu untuk mengabadikan berbagai hal, termasuk mengabadikan percakapan ataupun sesuatu yang dilihat. Namun, ketika hal tersebut akan disampaikan kembali dalam bentuk wawancara, cara ini kadang tidak juga dapat dijadikan sebagai cara utama. 

Saya, secara pribadi meyakini ini. Pada tahun 2010 ketika saya menggunakan alat perekam untuk menyatat percakapan saya dengan keluarga Bugis di Dusun Melati, Punggur Kabupaten Kubu Raya, ada beberapa hal yang membuat saya kewalahan. Menggunakan perekam memang memberikan data-data sebenarnya, tanpa polesan. Hal itu juga menjadi barang bukti bahwa wawancara memang dilakukan, karenanya data tersebut rasanya tidak ingin saya lewati meski satu kata. Sebab saya tahu bahwa percakapan yang sebenarnya dapat saya kutip sebagaimana adanya.

Alsebab ingin menyalin kutipan langsung, proses penulisan yang saya lakukan menjadi lebih- lama. Saya harus mendengar berulang kali, hingga kalimat-kalimat yang disampaikan sama dengan yang ditulis. Selain itu, beberapa kali menggunakan alat perekam, juga membuat saya menganggap bahwa menyatat percakapan dan pemandangan seadanya saja, toh sudah direkam.

Hingga saya kembali menyadarkan diri bahwa tetap mempertahankan catatan lapangan daripada perekam. Sebab, perekam bisa saja tidak jernih karena ada suara-suara lain. Jika menggunakan kamera bisa saja tiba-tiba, baterai kameranya habis. Lalu, hal yang terjadi pada saya ialah data-data sering hilang :D.

Pada bulan Juli lalu, Azuz Zenfone 5 yang saya beli berhasil hilang dari ransel, ketika ransel tersebut saya pakai. Padahal, banya data wawancara yang saya lakukan yang belum saya alih menjadi tulisan. Banyak foto penting untuk mendukung tulisan. Hanya, ya mau diapakan, perekam itu hilang, dan saya membiarkan data di memori otak saya merasa tidak apa-apa melupakannya -,-.

Saat saya melakukan "Riset Wisata" di Temajok Kecamatan Paloh, Sambas saya juga lebih mengutamakan digital. Padahal, kamera bukanlah milik saya. Belum lagi, ketika saya menyatatnya dalam bentuk word di handphone, rupanya data itu eror sendiri karena tidak saya memperhatikan savingnya. 

Kemarin, Hape BB yang saya gunakan untuk wawancara seorang Dekan tiba-tiba tidak bisa hidup. Padahal, foto dan rekaman masih di situ dan saya belum pindahkan dalam bentuk tulisan. Untungnya, saya masih mempunyai catatan sehingga saya bisa menjadikannya data utama, ya selain saya masih ingat dengan komunikasi itu. Maklum baru dua hari. Dan, saya juga sudah menulisnya sebagian, jadi data pendukung pun masih dapat terselamatkan.

Saat pelatihan Narative Reporting yang dilakukan Pusat Pengembangan Bahasa IAIN Pontianak, Nur Iskandar, pemateri meminta peserta menunjukan catatan lapangannya. Menunjukan petanya (Mapping area). Namun, sebagian besar membuktikannya dengan hasil rekaman dan foto. Hal yang tidak diinginkan hasil data dalam bentuk kamera itu terkadang membuat kita lupa apa yang sebetulnya ingin dilakukan di lapangan. Maklum, merasa sudah ada di simpan direkaman, jadi waktu lainnya digunakan untuk eksis. Hal itu pula yang biasa terjadi pada saya.

Maka, saya juga menyampaikan ini kepada teman-teman saya yang biasa melakukan catatan lapangan. Jangan percaya pada rekaman. 

Lagi pula, keabadikan dari catatan lapangan itu masih sangat romantis menurutnya. Saya masih suka mengumpulkan kertas-kertas catatan saya dan saya susun dengan buku-buku lainnya. Ketika ingin dicari, saya tahu kemana tempatnya. Meski, kepastian letaknya masih suram :D.


Kenang-kenangan dari mencari bahan untuk tulisan Pontianak dalam Perubahan. Dijepret, menggunakan Hp BB :(

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pertemuan 1: Magang 1

    Assalamualaikum, ww.   Halo kawan-kawan mahasiswa. Selamat telah sampai pada level ini. Selamat sudah masuk sampai perkuliahan Magang 1. Selamat juga berhasil menyelesaikan ritme perkuliahan melalui Daring selama ini. Kalian semua hebat.   Pada perkuliahan Magang1, saya Farninda Aditya dimanahkan untuk mengampu mata kuliah ini. Bagi yang sudah pernah bertemu dengan saya pada mata kuliah sebelumnya, Bahasa Indonesia terutama, tentu sudah paham bagaimana gaya pembelajaran saya.    Menulis adalah yang Utama. Disiplin adalah Aturan. Komunikasi adalah Penyelamat.  Sebelum membahas tentang Apa itu Mata Kuliah Magang?, perkenankan saya menjelaskan cara belajar kita.   Pertama,  Media . Media utama yang digunakan adalah WhatsAap, e-Leraning, Google Meet, Youtube, Instagram, dan Blog.   Media berkomunikasi adalah WhatsAap dan pembelajaran adalah e-Learning. Jadi, segala informasi akan saya sampaikan sebelumnya melalui ...

RPS Bahasa Indonesia

Deskripsi Mata Kuliah : Mata kuliah Bahasa Indonesia adalah Mata Kuliah Umum (MKU) yang berisi materi kebahasaan yang menunjang Kompetensi pedagogik, Kompetensi kepribadian, Kompetensi sosial, Kompetensi profesional mahasiswa Tarbiyah dan Ilmu Keguruan dalam bidang sebagai calon pendidik. Materi meliputi; Hakikat dan kedudukan Bahasa Indonesia, Sejarah Perkembangan Bahasa Indonesia, Ejaan yang Disempurnakan (EyD), Analisis Kesalahan Berbahasa Indonesia secara Lisan dan Tulisan (Bahasa Indonesia yang baik dan benar), Dasar-Dasar Mengarang (Ragam, fungsi dan diksi bahasa Indonesia, Pemanfatan kamus bahasa indonesia (Bahasa Baku), Pemanfaatan kamus dan tesaurus, Ragam bahasa ilmiah lisan dan tulisan, dan demonstrasi berbahasa Indonesia RPS Bahasa Indonesia   1.     Aditya, F. (2018). Forms And Meanings Of Traditional Foods In Tanjung Village Community, Mempawah, West Kalimantan. Khatulistiwa , 8 (2). https://doi.org/10.24260/khatulistiwa.v8i2.1161 2.   ...

Daftar Riwayat Hidup: Farninda Aditya

  DAFTAR RIWAYAT HIDUP DATA PRIBADI Nama Lengkap                            : Farninda Aditya NIP                                                                  : 199008242019032012 Jabatan                                                  : Penata Muda Tk.I, (III/b) Asisten Ahli Jabatan Tambahan                             : Sekretaris Prodi PIAUD FTIK IAIN Pontianak Dosen Pengampu                ...