Langsung ke konten utama

Cumi Mengharap Kodok #PartII: Semua Indah pada Waktunya


Perputaran waktu melayang-layang dalam kenanganku. Di antara tumpukan kertas-kertas yang telah lama dikemas di dalam plastik besar, aku membaca halaman per halaman. Melihat apa yang baik disimpan dan kubuang. Sudah berakhir aku melalui gelombang-gelombang di antara badai selama 4.5 tahun untuk mengetahui kemampuanku melewati tahap kedewasaan. Pada masa itu berbagai kisah sudah aku lewati ada yang hilang bersih, ada yang bersisa. Hanya, seperti aku yang selalu menyukai pantulan cahaya dari bulan di malam hari sebegitu pula aku menyukai pantulan kenanganku di masa itu.

Di antara tumpukan itu pula, aku membaca kisahku dengan si kodok. Pemilik mata yang menggiurkan karena ketenangannya, karena kehebatannya membawa suasana biasa saja, keluarbiasaannya menyimpan suatu hal yang dipikirkannya. Membuat aku terlalu ingin memiliki mata itu, mata yang tak perlu banyak bicara tetapi sangat memikat.

Aku kembali mengingat masa kami yang hampir 7 tahun lalu. Di antara dingin dan tenangnya gelap di luar rumah, kami membahas sesuatu yang dalam. Aku dan kodok sering mengirim pesan. Melalui angin dan malam serta bulan, banyak kata yang berpujangga tekirim di mata dan hati kami. Aku tahu, jiwa si kodok sangat artistik, dia bisa mengguratkan keabstarakan imajinya melalui pandangannya, lalu bisa pula ia sampaikan itu melaui guratan di kertas. Dan itu juga yang membuat aku semakin menyukainya. Aku ini juga menyukai seni rupa maka jangan heran dengan karikaturnya aku pun terhela-hela di antara air asin, mengabarkan bahwa aku menemukan seniman di saudara mereka.

Saking aku mengaguminya, aku mengkiaskan rasaku melalui kata-kata yang aku titipkan pada malam, angin, dan bulan. Tak kusangka, kata-kata itu membuatnya dehidrasi hingga 6 Arwana dihabisinya, aku baru memahaminya setelah lembaran-lembaran kertas itu kutemukan. Aku tak terlalu yakin apakah analisisku itu benar atau tidak, tapi sebegitulah pemahamanku. 

Sebab dari kata yang dikirimkan oleh malam, angin, dan bulan itu, kodok mengeluarkan suara padaku. Suatu sore yang baru saja kelar dari terik tak kusangka mata kami saling tatap. Aku tentu saja tak dapat mengedipkan mataku meski akhirnya aku sadar bahwa pandangan itu tak boleh berlama-lama. Aku mencoba biasa saja, mengambang seperti biasanya di air asin. Tapi, kodok di depan komputer “kantornya” mengeluarkan suatu pertanyaan yang hampir membuat aku tak mengenal rasa dari air yang membuatku hidup. 

Hanya, aku tak terlalu ingat apa. Sebatas kata: apa maksudnya?

Itu jikalau tidak salah. Kodok bertanya tentang perihal kata-kata itu. Kata yang kukirim dengan penuh kesadaran dan suatu keputusan yang meyakinkan bahwa sebagai cumi aku hanya bisa menatapnya dari kejauhan. Tak kuat aku hidup didaratan. Bersama terik dan bermandikan air hujan. Aku mengetahui kekodratanku ada di air maha luas. Maka aku memilih untuk mengambil sikap menyampaikan daripada tidak sedikitpun, dan membiarkan aku kembali pada dasar laut dan karam-karam kapal yang menjadi tempat tenang untukku. 

Pertanyaan kodok, 100% membuat aku gagu. Aku biarkan wajahku seperti biasa, tak berekspresi. Seperti biasa pula telingaku tak terlihat maka kodok tahu aku menuli meski ia juga tahu aku mengetahui semua katanya. Kata-kata yang hampir membuat aku memilih menjadi sotong pangkong. Tanpa mengulur waktu aku menghilang secepat kilat seperti tarikkan ubur-ubur yang biasa kulihat, mengerut lalu membuncah dengan kecepatan dahsyat. Maka aku pergi sekilat mungkin dari kodok. Aku menyerahkan dia memaknai kata-kata yang terkirim itu. 

Kata-kata yang tak lagi aku ingat tetapi aku tahu bahwa aku menyampaikan bahwa rasaku sudah sangat penuh padanya namun aku membiarkanya mengalir saja, tanpa perlu ia diwadahi. Seperti aliran air sungai yang datang pada tempat kami melangsungkan hidup, mengalir saja tanpa mementingkan dimana ia bertempat. Toh tetap saja mengalir dan menjadi satu kesatuan. 

Mauku waktu itu juga begitu, satu kesatuan tanpa menunjukan dimana kekuasaan pada suatu tempatan. Rupanya hati kami tak dapat bertautan pada satu pemikiran. Paradigma kami tak sepaham. Aku pun tak memaksakan.

Maka beginilah percakapan kami tempo hari:

:sebelumnya apa yang spesial dari kodok, melata berlendir, berisik jika hujan menerpa, hingga kau inginkanya


=karena itu adalah dirimu … orang yang iri ngomong, pelit senyum, u know?


:what?


=salahmu mengapa kamu begitu, aku suka gaya itu


:my style “jadul” kadang aku heran dengan sesuatu yang simple melekat erat dalam darah ini hingga menyimpan kisah tak kunjung usai kodok selalu melompat untuk seekor nyamuk


=hahaha kau memang lucu, selalu ada yang beda darimu


:aku berpikir tentang kodokku ia licin dan sulit dipegang hingga menyimpan banyak dusta yang tak mau diungkapkan, hingga kulepas namun selalu berusaha ia melompat dan sekarang beruang, gajah, harimau, panda dan sejenisnya telah menggantikan posisi itu lega dengan keadaan itu hingga kenyang dengan nyamuk-nyamuk walau sedang musim DBD


=dapatkan kau beri alasan padaku agar aku tak memuliakan dan memulai jika memang tak ada ruang yang dapat kau beri padaku biar aku melarikannya


:apa yang kau ingin dari seorang yang berlendir dan basah apa kau ingin makan nyamuk dan meninggalkan plankton dan ikan-ikan di laut


=biarlah asal dengamu asal ada jatah hidup di sungai yang bermecuri itu, asal kau ada


:apa yang kau ingin dari seorang berlendir dan basah???????


=dasar bodoh


:aku memang bodoh ku akui itu dengan lapang dada, satu hal yang tak pernah lepas dari seorang 
kodok so?


=mengapa aku harus mendapat pertanyaan apa yang kurahapkan darimu? Sulitkah kau mengerti mauku?


:aku mengerti, yang aku ingin hanya kata EYD bukan sejuta indahnya kata manis ejaan yang disempurnakan jelas padat


=apa yang kau mengerti dari kata manis itu?


: 3

3>

Cinta..

=ia, walau kata itu berat untukku


:aku ragu untuk memberi nyamuk-nyamuk segar untukmu


=why? Apa karena aku tak seperti kodok-kodokmu?


:jangan sangkut pautkan segala macam dengan yang lain karena akan semakin menyulitkan dan menyakitkan perbedaan akan memisahkan perbedaan juga aku kodok dan dia, plagiat


=maap


:aku tak ingin memutuskan sesuatu yang menyakitkanmu tapi aku juga tak ingin jika keberadaanku akan menyakitkan, aku bingung. Kenapa kau harus mengharap kodok sedangkan kau akan dapat bangkong he


=kujauhi mereka demi menunggumu seminggu lalu mereka datang padaku tapi aku biarkan


:kenapa kau tinggalkan mereka sedangkan ia berharap lebih … sesuatu yang indah akan kau temukan “mungkin” dengannya aku menyukai keadaan seperti ini I like u tapi sesuatu akan beda jika bersama dalam kata itu


=ia kata yang aku tunggu darimu bukan paradigmaku sendiri


:so..apakah kodok masih sempurna di matamu


=aku akan berusaha menghilangkannya tapi tak kulupakan bahwa aku pernah menginginkanmu hehe tak ada yang sempurna


:kejar yang menginginkanmu sesuatu akan kau dapatkan aku akan alone sesampainya hingga 
kuinginkanmu..


=he tak mudah untuk memulai dan mengulang


:ya jika memang terbaik relakan saja …. Menunggu akan menyakitkan dan menyayat


=aku tak akan menunggu


:ingat aku hanya kodok, key


=tak ada kontrak di sini


: bukan aku menawarkan kontrak bagimu tapi untuk diriku sendiri


=thanks


:ya ^_^


=aku lega, hkhkhkk, h……………….


:ya kejarlah mimpimu di dunia baru itu aku akan bahagia jika kau bahagia


=jika cinta aku belum menemukannya saat ini, jika semangat sedikit ada, karena cinta baru kututup dan akan aku sekap, liit, jerat takkan kubiarkan ia merayap celah luka


: jangan tutup dirimu kenapa tidak kau ungkapkan dengan wajahmu, mungkin hasilnya akan berbeda kenapa kau tak menanggapi saat kuseka kata-katamu di ruaaaaaaangan itu


= karena aku tak mau berkata, karena paradigmaku sama dengan yang kau ungkapkan tadi


: aku ingin mimik, sound, suasana etc. telat untuk mengulangnya. Kenapa…………… kau menyukai ini, itu yang tak habis kupikirkan hahahaha aku dehidrasi 6 botol awarna lenyap dalam kontrak ini


=karena aku belum pernah lakukan itu


:kenapa tidak mencoba bagaimana dengan sebelumnya apakah kau lakukan hal yang sama


=selalu telat aku malas biarkan hati bebas biar saja ia menerawang dengan khayal


:itu akan membuatmu menderita


=memang tapi aku nikmati itu


:kenapa tak diubah


=ntahla, kau ada di peradaban ini


:apa kau ingin berhenti sampai di sini

 Dengan tidak mengulangi..

Aku sakit dengan kusendiri

Telah banyak kodok-kodok yang menginginkan itu

Aku hanya tak yakin bisa memberi nyamuk segar untuknya

Aku sakit atas diriku sendiri

Yak tak akan pernah bisa kau mengerti

Hiks..


=cukup kau berkata? Aku akan menganggapmu seperti apa kau menganggapku


:ya anggaplah aku jika kau masi ingin menganggapnya sesukamu mungkin aku akan makan rumput lagi


=walau kau makan rumput atau makan kodok sekalipun aku tetap menganggumimu …. Dirimu siapapun kamu


:thk

 Jalanmu masih panjang

Nama itu


=ika aku mati besok jenguklah aku, heheh


:tak akan itu akan membuat perjalanan panjangmu terhenti


=aku menyayangimu lebih dari yang ada di antara itu


: I like it, antara itu menghadirkanmu


=lamaku mengamatimu hingga aku sadar aku tak suka terdiam walau hanya kata, kau tahu karena itu tentang bagaimana aku menanggapimu cukup untukku karena itu memang harus begitu tak dapat kurubah karena perubahan itu kuserahkan pada waktu dan orang itu yang menilai, dia terima aku kusenang jika tidak tak kuharap lebih dari sarjana


:mungkin semua indah pada waktuna, apa kau tak ingin merubahnya


=ingin, tak bernyali diriku


:aku jadi … kibarkan nyalimu kodok dan … my inspirance


=…


:…


=…


:apakah aku menyakitimu….


=..


:me bubu lagi


=I lup u


:ini bukan mainan


=ote akan kulihatkan nyaliku


:aku tutup, weeek



03.40

Ya semua percakapan itu abadi dalam tumpukan. Ntah apa yang menyebabkan aku menyalin semua percakapan itu. Mungkin malam sudah menyiapkan hari ini. Dimana aku merasa ada air yang berbeda dari yang kurasa, tak sama dengan air asin yang harinya adalah udaraku. Air mengalir bukan dari dasar laut tapi dari air mataku sendiri. Kehangatannya pun beda. Pada kata aku sakit dengan diriku sendiri, pada kata biarkan aku sendiri hingga sesampainya, pada apa kau tak mau mengulangnya lagi, pada simbol :, :> dan kata cinta, pada kata sudah aku tutup. Pada ketidakpahamanku dengan apa yang kusampaikan dan kumaknai hari itu. Tak semuanya aku mengerti, mungkin benar bahwa itu bukan mainan. Aku pada hari itu mungkin sebenarnya dalam ketidaksadaranku tak mengenali jiwaku sendiri, aku masih menyamakannya dengan permainan. Penantian sebagaimana kuungkapkan pun tak selamanya benar meski hingga hari ini aku memegang bahwa tak kulupakan bahwa aku pernah menginginkan kodok. 

Andai saja waktu itu kesempatan “apa kau tak ingin mengulangnya” aku ulangi mungkin akan beda hasilnya. Aku memang tak menunjukannya dengan wajah ini, kata sebenarnya, dan suaraku. Semuanya adalah kata yang indah yak maknanya kemana-mana. 

Namun seperti yang dikatakannya “kejar yang menginginkanmu sesuatu akan kau dapatkan…” “mungkin semua indah pada waktunya”

Bangkong  kembali datang setelah lendir-lendir dari kodok hampir kesat. Bangkong datang seperti 7 tahun silam, tanpa berkata EYD, namun menunjukan suara dan wajah sebab kemengertian seperti yang kuharapkan dihadapkannya. Bangkong mengingatkan pada kalimat kodok “sesuatu akan kau dapatkan”.
Ya sekarang Bangkong dalam panggilan lain yang kusematkan seperti jelmaan dari kata-kata kodok. Dia juga memanggilku sebagaimana aku adalah cumi. Bangkong lebih berbeda jauh dari habitatku, ia berada di padang pasir yang susah airnya, dan entah bagaimana caranya setelah sahara ia lewati ia mendapatkan lautan dan menemukanku di sana. Kami saling memandang ke masa lalu, tentu saja aku mengingat kodokku dan keberadaanya yang sudah di dunia kodok yang ia cintai. Bukan karena keadaan kodok yang sekarang lalu aku membiarkan Bangkong mendampingiku tetapi karena ia tau bagaimana keadaan yang berseberangan ini dapat menjadi satu kesatuan. Tak perlu mengulang, tak perlu memulai Bangkong memilih melanjutkan. Tak perlu pula EYDku, tak perlu wajahku, tak perlu suaraku. Ia biarkan angin, malam, dan bulan yang merapalkan kesetiaanya. Sejak tahun-tahu yang berlalu ia yakin hatinya menungguku. Oh kodok, betapa yang kau katakan itu benar semua ini akan indah pada waktunya. 

Meski dalam lipatan itu aku menyesali ketidakberanianku pada keadaan kita karena kelahiranku di antara dan keterlaluannya pikiranku yang membiarkan aku menyenangi keadaan kita dan akan berbeda apabila kata itu mengiringi kebersamaan kita. Dan pada waktu-waktu kesempatan yang diberikan senja, malam, angin, dan bulan serta buah-buah kesukaan, aku tak benar-benar memanfaatkannya. Sepatah-patah katapun aku terlalu gagu.

Ah aku, si cumi yang membiarkan air laut membawaku pada banyak cerita hingga kita hanya bisa bicara dengan saling menatap saja. Pada kata-kata yang berlalu dan kuhidupkan kembali hari ini, ini hanyalah seutas cerita di masa lalu yang tak perlu diungkit sebab keindahan dan ketempatan sudah kita miliki masing-masing.

Terima kasih malam, angin, dan bulan serta lendir yang kesat.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pertemuan 1: Magang 1

    Assalamualaikum, ww.   Halo kawan-kawan mahasiswa. Selamat telah sampai pada level ini. Selamat sudah masuk sampai perkuliahan Magang 1. Selamat juga berhasil menyelesaikan ritme perkuliahan melalui Daring selama ini. Kalian semua hebat.   Pada perkuliahan Magang1, saya Farninda Aditya dimanahkan untuk mengampu mata kuliah ini. Bagi yang sudah pernah bertemu dengan saya pada mata kuliah sebelumnya, Bahasa Indonesia terutama, tentu sudah paham bagaimana gaya pembelajaran saya.    Menulis adalah yang Utama. Disiplin adalah Aturan. Komunikasi adalah Penyelamat.  Sebelum membahas tentang Apa itu Mata Kuliah Magang?, perkenankan saya menjelaskan cara belajar kita.   Pertama,  Media . Media utama yang digunakan adalah WhatsAap, e-Leraning, Google Meet, Youtube, Instagram, dan Blog.   Media berkomunikasi adalah WhatsAap dan pembelajaran adalah e-Learning. Jadi, segala informasi akan saya sampaikan sebelumnya melalui ...

RPS Bahasa Indonesia

Deskripsi Mata Kuliah : Mata kuliah Bahasa Indonesia adalah Mata Kuliah Umum (MKU) yang berisi materi kebahasaan yang menunjang Kompetensi pedagogik, Kompetensi kepribadian, Kompetensi sosial, Kompetensi profesional mahasiswa Tarbiyah dan Ilmu Keguruan dalam bidang sebagai calon pendidik. Materi meliputi; Hakikat dan kedudukan Bahasa Indonesia, Sejarah Perkembangan Bahasa Indonesia, Ejaan yang Disempurnakan (EyD), Analisis Kesalahan Berbahasa Indonesia secara Lisan dan Tulisan (Bahasa Indonesia yang baik dan benar), Dasar-Dasar Mengarang (Ragam, fungsi dan diksi bahasa Indonesia, Pemanfatan kamus bahasa indonesia (Bahasa Baku), Pemanfaatan kamus dan tesaurus, Ragam bahasa ilmiah lisan dan tulisan, dan demonstrasi berbahasa Indonesia RPS Bahasa Indonesia   1.     Aditya, F. (2018). Forms And Meanings Of Traditional Foods In Tanjung Village Community, Mempawah, West Kalimantan. Khatulistiwa , 8 (2). https://doi.org/10.24260/khatulistiwa.v8i2.1161 2.   ...

Daftar Riwayat Hidup: Farninda Aditya

  DAFTAR RIWAYAT HIDUP DATA PRIBADI Nama Lengkap                            : Farninda Aditya NIP                                                                  : 199008242019032012 Jabatan                                                  : Penata Muda Tk.I, (III/b) Asisten Ahli Jabatan Tambahan                             : Sekretaris Prodi PIAUD FTIK IAIN Pontianak Dosen Pengampu                ...