Pantas selama kumal belum pernah dicuci, The Master tak pernah menunjukan rajuknya. Biasanya, kalau kumal dan ada perasaan ingin membawanya ke salon, lantas tidak direalisasikan, The Master bisa murka dengan; Membocorkan diri, menghilangkan kunci, Memandulkan busi, dll.
Beberapa bulan ini dia tidak begitu, malah lampu yang sudah lama tidak diganti dia tak apa-apa, hingga akhirnya karena mesti pulang malam, pergantian dilakukan nun daerah Jungkat sanak sikit.
Satu minggu, mungkin The Master menunjukan ketidaksehatannya di lampu. Mati lagi. Jadi, kemarin merasa ada uang lebih, saat perjalanan balik ke rumah, saya bencengkrama dengannya. Mengatakan;
"Kau tenang, besok kite service, ganti oli, ganti lampu. Oke, aku pastikan kau ade jatah untuk itu. Aku minta maaf, karne udah lama ndak bawa ke bengkel, ndak nyuci eh masalah nyuci, aku ndak janji ye, tapi ganti lampu, itu pasti".
Saya menepuk-nepuk manja padanya. Di depan Gereja di dekat jalan Seram itu, saya sumringaj padanya.
Pagi ini, saya meninggalkannya di bengkel.
"Udah lamak ndak ke sini", kata abang bengkel yang saya teriaki sewaktu masuk ke pelantarannya, "kerja, kerja" kata saya kepada abang yang kalau nambaj angin, terekkan rantai selalu bilang, bawak jak. TANPA 2000
"Oli, Service, lampu", begitu saya katakan.
Pukul 10.00 saya datang menjemput. Si Abang China, bilang;
"Kanvas rem tu, mesti ganti kan kau mau balek kampong".
"Ban belakang tu, udah kayak gtu".
Saya merasa tidak enak hati, ini pasti kerjaan The Master, dia tahu cari kesempatan. Baiklah di sinilah saya membiarkan ia dimanja si Abang.
Dugaan pembayaran;
300 an kurang lah.
*masih di bengkel
Komentar