Setahun sudah saya menjadi anggota keluarga kepegawaian IAIN Pontianak. Berhadapan dengan berkas-berkas, surat izin, mesin absen, dan dokumen lainnya. Semua itu lebih banyak untuk kepentingan pegawai. Ya, tentu saja saya ditempatkan di sub bagian kepegawaian yang memang mengurus kenaikan pangkat, penerimaan pegawai, izin pegawai, bahkan uang makan pegawai negeri.
Kadang, ya kadang ada jenuhnya mebghadap berkas apalagi berkas tersebut menyelip entah kemana. Apalagi saya harus membawanya ke dalam mimpi, dan di tengah malam saya haruz berteriak dan berkata, jangan mimpi itu lah.
Mimpi saya itu ya berkas dan orang-orang di ruangan, kadang ada juga Pak Dim dan Bu Ima. Hahahaha
Saya tipe orang yang berpikir, salah sedikit saya bisa khawatir dan tidak enak hati. Jika melihat wajah seseorang menunjukan ketidaknyamanannya karena saya, saya juga kepikiran. Dan berusaha untuk memperbaiki meski terkadang saya memilih diam.
Berbagai kesalahan seperti tidak teliti menulis surat serta nyelip, itu memang menjadi hal yang harus saya perbaiki. Malu, kesal, tidak pede dengan diri sendiri kadang sering saya alami.
Mico, teman seangkatan saya di ruangan juga baik, meski sering membawa muka jutek. Untunglah saya punya pemahaman dengan wajahnya itu kadang wajah sok seramnya menjadi bahan gurauan,plus suaranya yang tidak bisa kecil. Setial saya mengusilinya, Mico tak pernah marah. Dia lah yang membuat saya pede belajar di ruangan, merasa senasib saya sering meminta bantuannya. Bahkan jika printer tidak mungsi, Mico menjadi tempat mengadu.
1
Saya beruntung berada dibawah bimbingan Pak Adi. Beliau sangat.memahami kondisi kami, pegawainya. Beliau tidak pernah menunjukan kekesalan meski sering kali salah. Setahu saya, komunikasi adalah hal penting dalam sistem kerja kami.Tidak mengerti tanya, salah mengaku, bingung minta solusi. Jika tak dapat hadir langsung menyampaikan pesan pada beliau
Berkenaan dengan beliau, kadang saya takut juga dibilang ncarik muke, yip kadang jika Bayu anaknya menjadi pikihan antara rapat dan jemput saya yang unjuk tangan untuk ke sana. Pak Adi memang tak pernah memint saya awalnya, saya lah yang mengajukan. Di rumah dua bocah, diusia anaknya Pak Adi itu saya lah yang mengantar kadang menjemput mereka sekolah. Jadi jemput menjemput dan anak-anak bukan hal yang harus saya usahakan sebagai cara ncarik muke. Lagi pula, jika rapat harus diikuti dengan hati bimbang lebih baik ada solusi
Kak Sarah. Kak Sarah adalah orang yang membuat saya nyaman. Menggosip, membahas kesalahan orang lain, bukan tipenya. Kak Sarah lebih fokus dengan kerjaan dan keluarganya. Hal itu pula yang saya contoh darinya, apalagi kalau sudab menelpon lucu tapi mesra dengan si ayahnya anak-anak, aaaaaa iri hahahahaha. Kak Sarah juga selalu memberi bimbingan, tanpa diminta jika ia melihat ada kesulitan ia bisa langsung berdiri dan berkata, "cobe kakak liat lok". Hal lain yang sangat saya kagumi dari beliau, ucapan terima kasih dan kata permisi lainnya selalu kak sarah sampaikan.
"Ninda, minta tisu ya", padahal tisu diambim dari umum, untuk semua pegawai toh?
"Pinjam staples ya, terima kasih ninda".
Padahal itu semua ada di ruangan yang kebetulan ada di meja kerja saya. Aaaa~
Pak Tommy, dulu sewaktu kenal memang rada takut. Tampaknya beliau sangat memilih dengan siapa harus bicara, misalnya dengan atasan saja, atau dengan pegawai PNS lainnya.
Hahaahaha saya mengaku salah dengan tanggapan itu. Pak Tom itu baik, perhatian, pengobrol juga. Suka kasi makanan lagi, hahahaha.
Hanya, sekarang Pak Tom tak lagi di OKPP, beliau menjadi Kasubag di LPM. Saya mendapat teman kerja baru, Bang Dewa, Fitrah, dan Pak Matin. Walau Fitrah memilih berhenti karena sibuk di organisasinya.
Ya dengan siapa, dimana, kapan, dan apa pekerjaanya saya tetap harus siap menghadapi. Berkomitmen pada diri untuk memberi tanggung jawab yang baik. Diri saya adalah tanggung jawab saya.
Terima kasih OKPP, terima kasih IAIN Pontianak.
Komentar