Bukber, akronim dari Buka Bersama. Ntah kapan kata ini digunakan untuk acara berbuka puasa bersama-sama. Setidaknya, sejak mengenal Putih-Abu seragam sekolah, kata ini lama-lama semakin akrab.
Pontianak. Tentu bukan akronim, tetapi nama untuk kota yang sekarang ini menjadi tempat berpindah hidup, halah. Kota untuk mengenyam pendidikan dan pekerjaan. Banyak hal yang ditemukan di tanah ini, terutama teman. Di sini, dari berbagai daerah teman dikenal, kemudian membuat ikatan berharga.
Ramadan. Bulan yang penuh berkah. Bulan khusus untuk saum. Bulan yang menyadarkan manusia tentang risalah kata, pikiran, bahkan tindakan. Bulan yang memberi pembelajaran bahwa kenikmatan dari hidup tak sekadar uang, ponsel, dan kendaraan, tetapi segelas cincau dingin adalah kenikmatan luar biasa.
Katakan lah, teman kuliah dan teman kerja. Mereka adalah insan yang dalam waktu menghabiskan sehari bersama. Berbagai tawa dan singgung dada, atau berbeda pendapat mengurai. Semuanya tetap saja, teman. Pertemuan, percakapan, perjalanan, perjuangan sama-sana dirasa.
Pada pertemuan itulah kedekatan semakin terjalin.
Lalu, di kota ini. Tempat dan rasa menambah warna dalam menyusuri waktu. Bukber menarik pertemanan dari ikatan pendidikan atau kerja ada di antara mereka. Menjadi harus sebab identitas dari bukber adalah buka-makan bersama.
Ramadan meyatukan kebersamaan ikatan-ikatan di dalam suatu tempat untuk merasakan kenikmatan, kebersamaan melalui bukber. Ikatan itu lah yang menjadikan bukber sebagai hari wajib satu atau beberapa hari di antara Ramadan. Teman kuliah, teman kerja, teman dari kenalan lainnya mencetuskan bukber untuk kebersamaan.
Semoga benar-benar kebersamaan yang tulus ikhlas, bukan sekadar bukber karena yang antara kelompok lainnya juga bukber. Agar ada khidmat di sana, baik dalam memaknai Ramadan, kebersamaan, dan hikmah dari waktu yang mempertemukan.
Rumah, kedai, cafe & resto, pondok menjadi tempat untuk memenuhi identitas Bukber. Ramai, saling mencari tempat untuk menyantap makanan, memesan, menanti hidangan, berdoa, kemudian keusilan, dan percakapan mengenai masa lalu menjadi menu tambahan yang wajib disantap.
Di sini, di Pontianak, di kota tempat mengenyam pendidikan dan pekerjaan, bukber dirasa bersama, walau bukan dengan teman sekelompok dua alasan berada di sini. Wong Solo, Sutan Abdurrahman, Di meja terakhir di baris kedua, kami becengkrama membahas banyak hal, ada tawa-tawa yang benar-benar khidmat. Ciri kami, mengonyoli kesalahan dan kenangan.
Can Dedes. Nama yang tak pernah kami ciptakan, tercetus saja dari satu di antara
sesepuh kampung kami. Halnya, kami sering bersama. Kami para remaja tanggung waktu itu. Sebesar ini, kami juga mengggunakan Orok, sebagai panggilan.
Orok, adalah untuk bayi yang belum lahir. Belum dapat berjumpa dan berbagi cerita dengan bayi lainnya. Ntah apa sebabnya, ikatan kami ini disebut dengan teman orok padahal kelahiran kami tak persis sama. Kami ada yang berbeda satu tahun kelahirannya. Namun, di antara tahun itu ada di antara kami yang memiliki tahun yang sana, 1990 dan 1991. Lalu kami memiliki ikatan lain yang disebut satu keturunan, satu sekolah (untuk yang lahir di tahun yang sama), satu kelompok menari, dan satu TPA.
Selanjutnya, demi kekhidmatan di antara rinai hujan dan malam bernana satnite kami menuju tempat dan rasa yang memikat. Kongkow cafe & resto. Coconut Island, Float Winter, Hot Cappucino adalah nama di antara minuman yang dipesan.
Di situ, agenda Bukber kami benar-benar khidmat.
Komentar