Langsung ke konten utama

Menuju Bukit Jamur Bengkayang, Kalimantan Barat







Bukit Jamur akhir bulan 2014 menjadi tempat yang sangat banyak dibicarakan di Kalimantan Barat. Bukit ini berada di Bengkayang. Saya sudah pernah ke Bengkayang pada 2013 tapi ke sana hanyalah untuk kegiatan Road Show Kalbar Menulis, selesai dari kegiatan kami makan siang lalu menuju Sintang. Tidak menginap. Tidak pula sempat mengetahui banyak hal tentang Bengkayang. Pada perjalanan menuju Bengkayang dari Sintang ini, saya bersama rombongan menggunakan mobil. Saya ikut mobil Direktur Top Indonesia, Bang Nur Is kami melewati gunung Pandereng. Hal inilah yang saya ingat dari perjalanan ke Bengkayang: melewati gunung dengan sudut lancip. Dan, ini pula yang saya salutkan pada Bang Nur Is, dia lihai sekali mengarahkan mobil yang baru saja sampai puncak lalu harus membanting ke kiri, ke kanan. Mengingat lancip dan curamnya Pandereng, saya tak berniat mengajak teman rombongan ke Bengkayang melalui jalur Singkawang.

Saya beserta teman-teman berangkat pada 3 Januari 2015. Saya menghubungi beberapa teman yang juga berniat ke sana, satu di antaranya mengatakan "Belum bisa ke Mahameru kita ke Bukit Jamur dulu". Saya rasa, ini lah yang membuat Bukit Jamur banyak didatangi. Keinginan ke Mahameru belum terwujud, belum ada kesempatan waktu juga uang menjadi alasan besar kenapa belum ke sana. Dari Kalimantan Barat menuju Jawa Timur, tentu tak sama besarnya pengeluaran ke Bukit Jamur, Kalimantan Barat dan dapat ditempuh dengan motor. 

Seakan berada lebih tinggi dari awan, itu lah keindahan yang banyak diposting oleh mereka yang ada di sana. Hal yang sama jika berada di gunung semeru :D hahaha, ya mungkin sebab saya hanya dapat melihat. Dari postingan itu pula, awan-awan putih di bawah kita memperlihatka hijau yang seakan berselimut pada mereka. Tentu saja, kekayaan hutan Kalimantan Barat juga semakin memesona di sana. Saya pun tertarik, meski mendaki belum pernah saya lakukan. 


Trend! Ya, Bukit Jamur saat itu benar-benar menjadi topik dan tempat tujuan banyak orang, terutama remaja dan dewasa muda. Ke Bukit Jamur tentu saja harus menginap, sebab pemandangan utama ialah di waktu pagi, hamparan putih seperti kapas itu menunjukan dirinya setelah penampilan matahari terbit. Saya dan teman-teman yang berangkat juga tidak pernah menginap di gunung, berkemah hanyalah pramuka-tenda sekolah, maka kami memutuskan untuk menyewa perlengkapan itu dengan orang yang dipanggil oleh Keramak (panggilan saya pada Hendra) dengan Bang Hendra.
Disimpan dari DPnya si Enu :D ramaaai kan

Rumah Bang Hendra ada di Jalan Tebu, saya lupa nama gangnya. Jelasnya Bang Hendra mempunyai perlengkapan travel, jadi mau ke gunung, laut dia punya. Dari perlengkapan badan, tidur, hingga masak ia sewakan. Hanya saja, kami telat tenda yang ingin kami sewa rupanya sudah habis, banyak yang pinjam, banyak yang ke Bukit Jamur. Akhirnya Keramak hanya meminjam tas saya lupa untuk ukuran beratnya, lalu kami meminjam matras, dan senter. Semuanya tak sampai 50 ribu tak salah.

Sandal gunung. Selain sudah masuk daftar mau dibeli, ke Bukit Jamur menjadikan daftar Sandal Gunung menjadi list pertama. Eni yang sudah ke sana juga mengabarkan sebaiknya menggunakan sandal gunung, sebab medan di sana licin. Mesti hati-hati. Di semua  Eiger yang kami kunjungi, rata semua ramai. Apalagi Eiger yang di Natakusuma dan Uray Bawadi. Tentu saja, saya dan Keramak berbisik: pasti mau ke Bukit Jamur. Saya mendapatkan Sandal saya di Eiger Sumatera, dengan uang 100 ribu milik saya dan 50 ribu dari kocek Keramak yang saya keluar paksa hahahhahahahah. 

Kirman dari Eni juga

Jumlah kami dari Pontianak ada enam orang. Kami berpasangan sebab mana kami tak mau mengambil resiko sebagai perempuan yang main tebak rute jalan. Para teman lelaki rasanya dipercaya mengenal rute lebih tajam dari perempuan, hahaha. Menuju Bukit Jamur saya tak berboncengan dengan Keramak, tetapi bersama Varly. Awalnya saya agak membawa muka kecut karena ia membawa Motor Cross, yang saya pikir saya akan letih di belakang karena posisinya yang terlalu menjungkit. Namun, setelah di perjalanan saya malah senyum-senyum, boncengannya yang datar dan ban motor untuk medan berbatu dan berlumpur itu tidak membuat sata teriak "Adddoooooh" karena menabrak lubang atau jalanan yang kasar. Terasa mulus-mulus saja. 

Ucu, sepupu yang selalu menjadi Dewi Penyelamatan untuk urusan keuangan selama bepergian juga ikut ke Bukit Jamur. Saya yang tidak tahu menahu rupanya ia sangat bersiap diri , setelah selesai keliling bersama Keramak malam itu, saya menjumpai telur rebus yang banyak, nasi di magic com penuh, dan ayam yang sudah dikelas di dapur. Ucu menyiapkan makanan. Satu pemikiran saya saat melihat itu semua: Pasti berat, bagaimana membawanya? Naik bukit nih, bukan piknik di pantai. Saya sempat tertawa dan agak menahan omelan sih :P

"Yang bawak nantikan laki-laki, kite dah nyiapkan" begitu kata Ucu.

Sekitar pukul 6.30 kami pun berangkat, menjemput Keramak di Jl. Penjara, lalu menuju Pelabuhan Bardan. Saya yang ingat bahwa rute disepakati adalah melalui Pelampong lupa bahwa perjalanan kami masih sangat pagi untuk alat angkut penyeberang Kapuas di Sabtu pagi, di masa anak-anak sekolah masih libur. Saya sempat melihat wajah bosan teman-teman karena lama menunggu. Hahaha.

Kami bertemu rombongan lain di Anjungan. Menunggu di sana, tak terlalu bosan rasanya sebab kami singgah ke warung kopi dulu. Bagi lelaki  yang merokok tentu saja menjadikan masa itu untuk merokok, sebagian lainnya memilih untuk ngopi saja.Saya yang di rumah belum sarapan, memilih nasi kuning ala  orang Anjungan. Kami sempat menumpang ke belakang karena memang sudah kebelet, si Eka sekalian berganti celana. Ibu dan kakaknya baik, hahaha karena tidak meminta bayaran lebih karena kami telah memakai air mereka :D. Kami juga belanja beberapa makanan untuk di Bukit nanti di warung tersebut, selain menjual makanan sarapan, warungnya juga menjual sembako, kue dan lainnya. 

Melihat kami ala-ala traveler dengan tas, sepatu, jaket. Seorang bapak, dengan logat madura bertanya kami akan kemana. Saya pun menjelaskan tujuan kami, Bapak pun memberi informasi, bahwa ia juga banyak melihat orang dengan membawa perlengkapan seperti kami ini lewat. Keponakannya pun juga akan ke sana katanya. Mendegar itu, saya jadi teringat dengan kata Bang Hendra, "Di sana, ramai, pasti tempatnya penuh". Saya pun mengatakan kepada teman-teman bahwa mereka yang lewat dengan perlengkapan seperti kami ini adalah: Rival. Sebab kami akan berebut tempat nantinya, tentu saja kami tak benar-benar bertempur di jalanan.

Kami pun melanjutkan perjalanan. Ke Bengkayang dengan roda dua adalah pengalaman pertama. Mungkin sebagian teman lainnya pernah ke Goa Maria di area Anjungan ini sehingga pemandangannya perjalanan tidak lah asing. Saya hanya pernah ke BPLP ah, saya lupa nama jelasnya, pastinya saya ke bukit itu untuk bermain air, gunung. Sudah lama sekal zaman SMA. Dan, itu tidak melewati menjalin, arah Anjungan belok kanan luruuuuuus. Sedangkan Bengkayang ini kami tidak berbelok, lurus saja hingga saya bertemu dengan Kecamatan Mempawah Hulu. Meski orang Mempawah, saya tidak tahu bahwa ada kecamatan Mempawah Hulu -,- (saya ingin menangis atas ketidaktahuan ini, memalukan!).

Jalan tentu saja berkelok-kelok, daerah ini pegunungan. Kami melihat banyak sekal hamparan sawah. Belum masa panen, padi baru saja ditanam sekitar dua bulanan nampaknya. Pemandangan hijau dengan langit yang cerah pagi itu membuat saya serasa menang lotre. Bagaimana tidak, kekhawatiran dari perjalanan pagi Sabtu 3 Januari ini adalah hujan. Jalanan pun mulus saja, sekiranya tak ada jalan yang membuat teriak-teriak karena mengeluh, ya mungkin kebawaan motor juga. Tetapi menurut saya mendapatkan pemandangan indah Kabupaten Landak tanpa jalan tanah atau berlubang, itu luar biasa. 

Lebar jalan cukup untuk satu Bis menuju Bengkayang-Darit dan satu atau dua motor sebelah kirinya. Jadi jika ada bis, jangan berani-berani untuk memotong, berbahaya. Apalagi tidak tahu rute, dengan jalan berbelok-belok itu. Untung saja, tidak terlalu banyak kendaraan hari itu, kecuali rombongan yang juga membawa perlengkapan seperti kami. 

Gunung Jempol atau Gunung Poteng Singkawang seakan menghadang sebagai penyampai Selamat Datang sekaligu selamat bergabung pada kehebatan alam. Gunung itu tak lagi terlihat segitiga seperti saat kita menggambar gunung di buku gambar semasa SD, gunung itu terlihat jelas dengan bentuk segitunya beserta gundunkan memanjang. Mengikuti jalur jalan, mengamati bentuk gunung sesekali melihat teman-teman seperjalanan, Gunung Poteng tak terkira seakan telah meninggalkan diri ke belakang. Ia bersiap menyambut rombongan lainnya.

Pada perjalanan yang entah di mana itu, seingat saya tak jauh dari lokasi yang ada wisata air terjun. Saya melihat ada beberapa motor di depan plang tempat wisata tersebut. Suasana daerah ini terasa lebih sejuk. Perjalanan kami diteduhi oleh pohon-pohon tinggi. Saya menyadari bahwa kami sedang berada di dataran tinggi saat melihat air jernih mengalir di parit sebelah kiri jalan. Bebatuan terlihat di sana. Lalu, ini lah yang benar-benar membuat tersenyum, saat motor mengikuti jalan berkelok itu, damai alam benar-benar terasa, ramai air dari parit terdengar, lalu suara-suara jangkrik jelas di telinga. Hidung menjadi dingin karena menghidrup udara segar. 

Saya sangat bersyukur bisa merasakanya. Jika saja izin orang rumah tak didapat saya tak akan berada dalam perjalanan. Namun semua ini adalah kesempata yang diberikan oleh Yang Maha Kuasa pada saya dan teman lainnya. Jika hari adalah mendung, angin, dan hujan tentu kami tak akan mendapatkan semua ini. Perjalanan benar-benar dimanjakan. Mata yang menikmati hamparan hijau gunung, sawah, dan kecerahan langit biru beserta jajaran-jajaran awan putih segala bentuk. Telinga yang mendengar keceriaan teman-teman yang mengatakan "cantik, indah" dan kejutan dari jangkrik dan nyanyian air, sentuhan angin yang bersahabat lalu udara khas pegunungan: segar, bearoma tanah. Mendapatkan ini semuasaya benar-benar beruntung ada di Bengkayang, bumi yang segar, bersih, asri, dan elok.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Daftar Riwayat Hidup: Farninda Aditya

  DAFTAR RIWAYAT HIDUP DATA PRIBADI Nama Lengkap                            : Farninda Aditya NIP                                                                  : 199008242019032012 Jabatan                                                  : Penata Muda Tk.I, (III/b) Asisten Ahli Jabatan Tambahan                             : Sekretaris Prodi PIAUD FTIK IAIN Pontianak Dosen Pengampu                              : Mata Kuliah Bahasa Indonesia                                           Tempat/tanggal lahir                   : Mempawah, 24 Agustus 1990 Jenis kelamin                               : Perempuan Agama                                         : Islam Ruang                                                     : 210, Lantai II,  Gedung Prof. KH Saifuddin Zuhri GOOGLE SCHOOLAR             :   https://bit.ly/3lqX6US Silakan unduh dan sitasi pada       : MODERATION OF LANGUAGE IN A DIFFERENT FAMILY ENVIRONMENT (Language Moderation in The Multi-Ethnic Family Circumstances) | IC

Pertemuan 1: Magang 1

    Assalamualaikum, ww.   Halo kawan-kawan mahasiswa. Selamat telah sampai pada level ini. Selamat sudah masuk sampai perkuliahan Magang 1. Selamat juga berhasil menyelesaikan ritme perkuliahan melalui Daring selama ini. Kalian semua hebat.   Pada perkuliahan Magang1, saya Farninda Aditya dimanahkan untuk mengampu mata kuliah ini. Bagi yang sudah pernah bertemu dengan saya pada mata kuliah sebelumnya, Bahasa Indonesia terutama, tentu sudah paham bagaimana gaya pembelajaran saya.    Menulis adalah yang Utama. Disiplin adalah Aturan. Komunikasi adalah Penyelamat.  Sebelum membahas tentang Apa itu Mata Kuliah Magang?, perkenankan saya menjelaskan cara belajar kita.   Pertama,  Media . Media utama yang digunakan adalah WhatsAap, e-Leraning, Google Meet, Youtube, Instagram, dan Blog.   Media berkomunikasi adalah WhatsAap dan pembelajaran adalah e-Learning. Jadi, segala informasi akan saya sampaikan sebelumnya melalui jaringan ini, terkait media yang akan digunakan p

Bedences

Cuci Motor Bdences. Itulah nama tempat penyucian motor yang saya lihat di daerah Bakau Besar, Kabupaten Mempawah. Di sekitar tikungan, di dekat masjid. Tidak terlalu jauh setelah jembatan yang diperbaiki tahun lalu.   Baru kali ini melihat tempat cuci tersebut   setelah hampir tiga bulan tidak balik kampung. Saya menyimpulkan, tempat ini adalah baru. Namun, yang menarik dari perhatian saya bukan gambaran tempat penyucianya, bukan fasilitasnya, bukan orang yang sedang menyuci. Tapi, Bdences yang menjadi nama tempat pencucian ini.  Bdences mengingatkan saya dengan kata populer   yang digunakan remaja-remaja di Jalan Bawal. Bawal adalah nama gang yang ada di sekitar Pasar Sayur Mempawah.   Batasan-batasan jalan ini sempat saya tanyakan pada seorang teman yang tinggal di sana. Menurutnya Jalan Bawal I berada di samping Lapangan Tenis, Bawal II   berada di seberang Jalan menuju Pasar Sayur menyeberangi jalan menuju Tol Antibar. Bawal II berada   di belakang SD Negeri 1 Mempawah atau