Beberapa hari ini saya sedang merenung tentang siklus hidup. Manusia, Hidupnya, dan Penciptanya. Entah kapan pemikiran mengarah ke sana, setidaknya yang saya ingat dua hari lalu (Kamis, 11 Desember 2014) saya masih mencoba untuk memaknai.
Mungkin ini bermula dengan perasaan saya bahwa Pencipta sedang memberi isyarat pada saya. Seperti petikan lirik lagu Ebiet G Ade yang berjudul Untuk Kita Renungkan "Ini bukan hukuman, hanya satu isyarat bahwa kita mesti banyak berbenah". Lagu yang selalu didengar kala musik di Hape dibunyikan yang masa-masa ini maknanya lebih terasa. Seperti penguatan motivasi yang disampaikan Pak Yus minggu lalu berkenaan pengalaman menarik di berbagai tempat, "Tuhan banyak memberikan kita pengalaman yang menarik, besar, isyaratnya untuk ditulis".
"Isyarat", mengetuk saya.
Saya sedang nakal, rasanya waktu itu begitulah saya mengaku kesalahan saya. Hingga ada beberapa hal terjadi pada saya, yang saya rasakan bahwa saya sedang diberi isyarat. "Nda, sudah kuberi engkau nikmat, namun tak kau maknai kenikmatan itu, hingga kau tinggalkan kewajibanmu, hingga kau terlalu lampau bereuforia".
Saya mengaku, saya mencoba membenahi. Dan, saya percaya bahwa Pencipta saya akan memberi petunjuk. Sehingga saya merasakan keikhlasan saat melihat, layar Jangpium, laptop yang menemani kemana-mana kepergian, hitam layanya karena retak. Saya menyadari, itu Isyarat. Saya mengakui, saya larut.
Benar, pengakuan saya itu membuat hal-hal bersemayam dipikiran, membuat tidak tenang langsung cerah. Luar biasa, Pencipta Maha Besar, Maha mengetahui. Dalam hitungan detik, saya menemukan sesuatu yang sedang saya cari, yang saya benar-benar hilang dalam ingatan, beberapa waktu menghasilkan resah dan curiga.
Kemudian, suasana-suasana yang dirasa tidak nyaman yang juga dimaknai sebagai isyarat sudah kembali pada kondisi awal. Hasil pekerjaan, Alhamdulillah dapat diterima dengan baik, tidak hanya pekerjaan di ruang baru saya, tapi di dunia yang selalu membahagian. Bahkan, dunia itu seakan serentak memberikan topografi-topografi baru.
Ya, apa pun yang terjadi pada diri itu adalah siklus hidup, dan bagaimana pun diri kita adalah raga yang jiwanya bukan lah milik raga.
"Kita mesti berjuang memerangi diri
Bercermin dan banyaklah bercermin
Tuhan ada di sini di dalam jiwa ini
Berusahalah agar
Dia tersenyum... oh
Berubahlah agar Dia tersenyum"
----------------------
Ebiet adalah penyanyi yang penuh kharisma dengan suara dan lirik lagu yang selalu mengena. Makna lagunya dalam, benar-benar apa adanya, benar-benar berhasil untuk membuat kita merenung. Lagu-lagunya satu di antara lagu-lagu masa 90-an yang terdengar di ruang rumah, lainnya Dewi Yull dan rekannya Boery Marantika,Titiek Sandora dan Muchsin Alatas, dan Rama Aiphama.
Komentar