Barusan saya mematikan api yang menyala-nyala di kamar saya. Ini adalah pengalaman kali pertama saya berhadapan langsung dengan kebakaran dan itu dikarenakan kecerobohan saya sendiri. Saya perlu duduk tersimpuh sesaat, mengatur nafas setelah terkejut bangun tidur yang sangat nyenyak. Petualangan saya di mimpi dalam cerita Joshuafiles rupanya menghantui saya hingga kenyataan. Bisa-bisanya, saat saya terbangun kemudian melihat api menyala di meja belakang kepala, kemudian saya lari membuka pintu saat itu saya bepikir “Ini perbuatan Sekte Huracan”, sekte yang ingin membasmi masyarakat Ek Naab, masyarakat Maya kuno.
Kamar saya masih bau plastik tebakar. Radio atau tipe merk Sony yang entah dibeli tahun 90-an mungkin 80-an tebakar. Radio yang sangat saya banggakan karena kualitas dan zamanya, akhirnya habis di mata saya. Dan, itu bukan punya saya. Pemilik kamar yang lama, Bang Upik. Sekitar jam 8 malam tadi, Selasa
17 Juni 2014 listrik di daerah rumah padam. Setelah cukup menunggu saya naik ke
atas, menuju kamar dan menghidupkan lilin. Bodohnya, adalah lilin itu saya
letakan di radio, semakin bodohnya saya tinggalkan tidur setelah membaca
beberapa halaman Novel Joshuafiles yang keempat.
Saya yakin saya terbangun pukul 22: 45 atau 22:50 sebab
setelah saya berhasil mematikan api setinggi satu meter itu saya langsung
melihat jam di BB yang telah off sejak jam 8. Hal yang membuat saya
sangat-sangat terkejut adalah radio Sony sudah meleleh hingga ke dalam dan
apinya menyambar dinding dan menyala-nyala semau-maunya. Pertanyaanya, sudah
berapa lama kejadian itu? Lilin yang saya pasang memang kecil, diameter 3 cm
kira-kira. Dalam lelap saya dia habis dan berhasil melelehkan radio dan radio
berhasil menyambar dinding triplek. Sedihnya lagi, Hardisk Eksternal seharga Rp
700.000 milik Club Menulis ikut tebakar. HD Eksternal saya simpan di atas radio
jadi, jangan tanya nasibnya. Sisi kirinya, berhasil membeku karena api. Lalu,
buku Biografi Presiden Soeharto yang berderet di atas radiio. Buku tebal dengan sampul istimewa
telah mengembang dan kaku karena panas, sampulnya sudah tebakar hingga ke sampul buku, tidak lagi kotak buku. Jadi, gambar Presiden Soeharto yang keren di sampul itu sudah tidak lekang.
Di dinding triplek tergantun dua bingkao foto yang ukuran besar dan kecil. Ukuran besar adalah sertifikat dari FLP Kalbar sebagai ucapan terimakasih kepada saya telah membahas buku mereka. Bingkai kedua adalah foto anak LPM angakatan Ekspresi dan Huh-huh tahun 2009/2010. Kedua Frame, hitam.
Di dinding triplek tergantun dua bingkao foto yang ukuran besar dan kecil. Ukuran besar adalah sertifikat dari FLP Kalbar sebagai ucapan terimakasih kepada saya telah membahas buku mereka. Bingkai kedua adalah foto anak LPM angakatan Ekspresi dan Huh-huh tahun 2009/2010. Kedua Frame, hitam.
Dan, entah dimulai dari pukul berapa. Kamar saat saya bangun
sudah berasap hitam. Setelah saya belari membuka pintu kamar dan pintu teras
luar yang ada satu ember bekas cat berisi air saya angkut. Masuk ke kamar,
setengah dari air di dalamnya saya curahkan di api yang memakan radio, Hardisk,
dinding, dan buku. Saya lalu membuka jendela kamar agar asap keluar dari kamar
cantik saya.
Saat saya panik, Ucu meneriaki saya “Nda ada apa?” saya hanya diam. Fokus
dengan aksi mematika api. Udara di kamr sudah sesak. Semuanya hitam. Saya
sempat bepikir apakah lampu kamar saya belum hidup. Saya menekan saklar,
ternyata makin mati. Yeay saking hitamnya. Saat semua mulai tenang saya pun
bekaca dan melihat tampilan kumis Jojon pada diri saya. Ah, selama itukah api
itu menyala hingga hidung saya bebekas?
Saya sengaja tidak teriak kecuali saat membuka pintu kamar
yang entah kenapa sempat agak lama. Dan itu lah yang menyebabkan Ucu meneriaki
saya. “Aaaa aaaa” saya rasa begitu saja teriak kan saya. Teriakan sulit membuka
pintu. Api padam, saya mendengar suara Mak Long di bawah, lampu ruang Tv juga
masih terang. Pasti keduanya masih di ruangan. Saya sengaja tidak menyampaikan
berita ini mala mini pula,-tadi sekitar jam 11 malam-. Saya yakin, jika saya
menyampaikanya Mak Long pasti panik dan itu membuatnya tidak nyenyak dank kepikiran.
Selebihnya saya mengharuskan waktu untuk memahami apa yang baru saja saya
alami.
Saat beres kamar saya sadar saya sedang ditegur oleh Allah.
Salat Isya yang saya lewati dan puasa yang
dua hari yang belum lunas. Tentu saja kemalasan yang saya buat di kamar.
Itu adalah kesadaran positif saya. Kesadaran yang anehnya, saat mengepel
pikiran saya masih meneruskan petualangan Josh dan apa yang terjadi di kamar
adalah perbuatan Simon Madison, anggota Sekte Huracan yang bekali-kali mengancam
nyawa Josh.
Saya juga merasa bahwa ketidakfokusan, ketelitian, dan lupa
yang terjadi pada saya beberapa akhir bulan ini dikarenakan kesehatan saya.
Tidak tahu apa, tapi saya merasa tidak
fokus dengan pekerjaan saya. Sering melewati beberapa hal penting dan lupa
dengan yang harusnya sangat saya ingat. Dan, hari ini bukan soal pekerjaan dan
pendidikan, serta hubungan dengan kerabat yang terkena efeknya tapi keselamatan
jiwa saya sendiri.
Setelah insiden tadi berlalu saya baru ingat dengan: jika
api tadi menyala membakar buku-buku yang ada di sampingnya, satu rak. Jika
dinding habis tebakar artinya rak buku di balik dinding juga terancam, dan
apabila api mengenai kasur ya entah apa yang terjadi dengan tanggung jawab saya
pada rumah ini, buku-buku yang saya pinjam, pekerjaan yang diamanahkan pada
saya, dan beberapa barang orang di kamar ini.
Nyawa? Sejak dulu saya bepikir usia saya tidak lama. Mungkin
kejadian ini juga peringatan.
Komentar