Saya mengenal Benard Batubara melalui bukunya berjudul Kata
Hati. Saya membaca profil singkatnya di
halaman terakhir. Mengetahui ada orang Kalimantan Barat yang sukses di dunia
kepenulisan, tentu itu sangat membanggakan bukan? apalagi novel tersebut dialihwahanakan
menjadi film layar lebar. Bahkan, Kata Hati bukanlah buku pertama yang
dalihwahanakan, sebelumnya Radio Galau
FM: Frekuensi Patah Hati dan Cinta yang Kandas adalah film yang berasal
dari buku Bara.
Selanjutnya saya mengenal Bara di kumpulan cerpen Milana: Perempuan
yang Menunggu Senja. Dari lima belas cerpen yang ada di Milana. Bara menulis
cerpen berjudul Goa Maria. Saya yang tinggal di Kabupaten Pontianak, mengetahui
Goa Maria berada di Anjongan. Seperti cerpen Bara, Goa Maria memang sering kali
dikunjungi oleh anak muda untuk bermain air di sana. Cerita Suhana yang jatuh cinta dengan pembersih kolam
bernama Wanto sangat saya sukai. Bisa jadi karena latar lokal membuat saya
sangat dekat apalagi nama tokoh dalam cerita adalah nama-nama yang biasa
digunakan oleh penduduk setempat terutama untuk nama tokoh Wak Mahmud dan
bahasa Melayu untuk kata Merampot.
Lalu, cerpen-cerpen
lainnya? Sungguh ide yang tulisan Bara sangat luar biasa. Tentang Embun, Tikungan,
cermin, hujan, dan Senja yang beberapa kali saya temukan di cerpen lain.
Mengenai ini, cover buku yang menunjukkan senja benar-benar mewakili isi buku.
Tetapi di setiap awal judul ada gambar, yang salah seorang teman meminjam
Milana dan membukanya langsung berkomentar “Aaa seram”. Keseraman itu mungkin disengaja karena ada
beberapa cerpen yang terasa horor seperti cerpen Cermin dan Tikungan, berkisah
tentang kematian.
Mudik lebaran ini Bara,
mengadakan @kopdarfiksi, kelas menulis fiksi. Info ini saya dapatkan
melalui akun twitternya @benzbara_. Di tweetnya hari itu, 18 Agustus 2013 memberi
kabar bahwa kelas fiksi diadakan pada hari Senin, 19 Agustus 2013. Sebelumnya, di twitter pula Bara telah
menyampaikan kabar gembira itu, Ia ingin membuat kelas menulis kecil-kecilan di
Pontianak. Bara berharap kelas ini dapat memunculkan penulis-penulis muda dari
Pontianak.
Mendapat kesempatan belajar dari pakarnya, tentu suatu
kesempatan emas. Salutnya lagi, Bara mengadakan kegiatan ini tanpa pungutan
biaya. Dia mengajak siapapun yang ingin belajar,dan datang di tempat yang
ditentukan Foodcourt Vigor pukul 15.30.
Di kelas fiksi pertama, saya pun bertemu dengan Bara yang
sebelumnya saya kenal melalui buku, twitter, dan blognya Bisikanbusuk.com. Bara orang yang fokus, dia professional
sekali dalam memberi materi, benar-benar menguasai kelas. Mata Bara tidak
berhenti di satu arah. Bara berusaha agar materi yang disampaikannya dapat
tersampaikan pada peserta. Apabila ada
peserta baru, Bara akan duduk di dekat peserta itu dan menjelaskan materi apa
saja yang ditelah diberikan.
Bara orangnya ramah. Setiap peserta yang datang dijabatnya
lalu mengenalkan diri dengan nama“Bara”.
Dia akan bertanya kembali nama
peserta jika Bara lupa, “Sorry, aku lupa. Siapa namanya?” Pada
sesi yang melibatkan peserta untuk berbicara, Bara pun menyebut nama peserta.
Hal ini membuat kelas terasa akrab.
Benard Batubara memiliki nama lengkap Benard Selfry
Yamaraja, di Twitter pula, saya mengetahui bahwa nama Bara adalah nama marga ayahnya,
Batubara, dan Bara merasa senang menggunakan nama ini.
“Tapi, meskipun saya belum berkeluarga, saya tetap bawa
“batubara” ke mana-mana. Seneng dan bangga aja rasanya”, twittnya pada tanggal
09 Agustus silam. Bara juga percaya “bahwa nama juga membawa peruntungan bagi
pemiliknya”.
![]() |
Angkatan pertama kelas fiksi @kopdarfiksi #Pontianak. Foto: @adejulizar |
Komentar