Kamis, 1 Agustus 2013
Saya baru menyadari pergantian tanggal, bulan setelah akan
membaca tulis Bara. Saat akan membaca,
saya melihat tanggal postingan. 1 Agustus 2013. Gara-gara tanggal itu, saya
tidak jadi membaca isi dari cerita, "Cerita Dari Dalam Kamar",nya
Bara. Saya mengalihkan kursor menuju blog saya, dan menyelam di entri baru.
Di sana saya menyeritakan tentang tanggal istimewa atau moment berharga pada Juli. Selesai dari sana. Saya kembali di layar
bisikanbusuk.com.
Saya pun membacanya. Saya mengiyakan idenya. Saya ikut
idenya, sebelum membaca ajakan itu. Keren sekali, ide ini.
Menulis Cerita Dari Dalam Kamar, proyek menulis 1 benda 1 hari 1 cerita, berlangsung selama bulan
Agustus 2013.
Baiklah, saya
memulai dari Laptop yang sangat memberi pengaruh besar dalam diri saya.
Saya tidak ingat
kapan tepatnya, tapi saya ada menulisnya di blog ini. Maaf, saya sedang malas
untuk membongkar. Laptop ini saya beli dari honor menjadi tutor atau istilah
kerennya Asdos TIK. Waktu itu saya semester 6 jikalau tak salah. Aduh parahnya ingatan saya hari ini. Tapi saya ada menulis bagaimana perjuangan membelinya, dari keinginan kredit hingga duit yang kurang berapa ratus ribu rupiah.
Dosen yang mengajak saya menjadi tutor di kelas TIK menghadiahi saya sebesar Rp 2.000.000, itu adalah uang yang terbesar yang saya punya. Tentu saja, dari mana saya bisa mendapatkan penghasilan sendiri sebesar itu. Itu sangat menakjubkan. Harga ini ini Rp. 2.900. 000 sisanya saya dapatkan dari
beasiswa Klub Akademik di Kampus, sebagai mahasiswa yang aktif di Club Menulis
beasiswa Klub Akademik di Kampus, sebagai mahasiswa yang aktif di Club Menulis
Sewaktu saya membeli ini, saya dan rekan saya
dilayani oleh seorang pria peranakan cina yang istilah panggilannya adalah Jang,
saya membelinya di Imporium. Seketika saya memberi nama laptop,
Jangpium. Jang untuk orang yang mengenalkan saya pada Jangpium dan Pium berasal dari kata nama toko, Imporium. Spalagi saya ditemani oleh teman yang sangt menyukai korea, mungkin terpengaruh juga dari dia.Saya rasa, nama Jangpium rada-rada seperti nama korea :)). Petingnya ini sebagai sejarah darimana Jangpium berasal.
Sejak tahun 2011 lalu saya semakin aktif menulis.Saya jadi sering posting tulisan di blog, hingga akhirnya tulisan di blog selama tahun 2011 itu saya bukukan, yang judul bukunya Otakku Cenat-cenut.
Dari Jangpium pula saya jadi aktif menulis untuk harian Borneo Tribune Pontianak, dari tulisan-tulisan di BT juga saya bukukan dengan judul Merantau di Khatulistiwa, Pengalaman ke 4 Tahun.
Lainnya saya bisa lebih belajar mendesai buku dengan program Page Maker, saya bisa membantu dan melayout buku sendiri.
Dari Jangpium juga, saya bisa belajar kapan saya untuk mendesain cover. Senang rasanya jika ada yang bilang "Nda buatkan cover buku...". Jangpium membuat saya semakin PD dengan kehidupa saya di dunia desain cover, walaupun standar desainan saya masih abal-abal, tapi saya selalu belajar bersama Jangpium.
Belum lagi, saya mendapatkan kabar sangat Istimewa. Saya terpilih sebagai mahasiswa yang menerima beasiswa dari Bang Mandiri. #TerimakasihbankMandiri yang direkomendasikan oleh Puket III. Ini, beasiswa ini menggelembungkan rekening bank yang biasanya paling besar Rp 500.000. Beasiswa ini saya simpan, walaupun akhirnya ada juga saya saya tarik-tarik untuk penyusunan dan penyelesaian skripsi.
November, saya dimasukan sebagai asisten peneliti yang membawa saya ke Kalimantan Timur. Bisa naik pesawat gratis, yang sebelumnya saya berpikir kapan saya bisa naik pesawat ya? jika menunggu uang sendiri, kapan, kapan?
Dari Jangpium pula saya jadi aktif menulis untuk harian Borneo Tribune Pontianak, dari tulisan-tulisan di BT juga saya bukukan dengan judul Merantau di Khatulistiwa, Pengalaman ke 4 Tahun.
Lainnya saya bisa lebih belajar mendesai buku dengan program Page Maker, saya bisa membantu dan melayout buku sendiri.
Dari Jangpium juga, saya bisa belajar kapan saya untuk mendesain cover. Senang rasanya jika ada yang bilang "Nda buatkan cover buku...". Jangpium membuat saya semakin PD dengan kehidupa saya di dunia desain cover, walaupun standar desainan saya masih abal-abal, tapi saya selalu belajar bersama Jangpium.
Belum lagi, saya mendapatkan kabar sangat Istimewa. Saya terpilih sebagai mahasiswa yang menerima beasiswa dari Bang Mandiri. #TerimakasihbankMandiri yang direkomendasikan oleh Puket III. Ini, beasiswa ini menggelembungkan rekening bank yang biasanya paling besar Rp 500.000. Beasiswa ini saya simpan, walaupun akhirnya ada juga saya saya tarik-tarik untuk penyusunan dan penyelesaian skripsi.
November, saya dimasukan sebagai asisten peneliti yang membawa saya ke Kalimantan Timur. Bisa naik pesawat gratis, yang sebelumnya saya berpikir kapan saya bisa naik pesawat ya? jika menunggu uang sendiri, kapan, kapan?
Saya pergi ke kampung orang. Apalagi jika bukan bantuan Jangpium, hasil tulisan berasal dari Jangpium. Sesampai di Kalimantan Timur, dari bandara Soeta hingga Samarinda dan di Kampung Dayak Benuaq, Tanjung Isuy, Kecamatan Jempang, Kutai Barat saya menulis kisah saya melalui Jangpium, dan tentu hasil penelitian di sana. Kisah perjalanan di sana juga dibukukan dengan judul Dayak Benuaq di Pedalaman Mahakam. Dari penelitian ini saya mendapatkan modal untuk melanjutkan pendidikan. Sungguh, bersyukur sekali memiliki Jangpium.
Belum lagi saya bisa menuntaskan
beberapa makalah dengan cepat karena Jangpium selalu bekerja bersama
saya. Jangpium juga menjadi saksi ketika saya duduk di antara orang
hebat diacara Seminar Internasional Melayu Gemilang.
Hanya saja beberapa bulan ini saya tidak terlalu efektif lagi bekerja bersama Jangpium, mungkin karena pola tidur yang sudha saya rubah, dan sibuk dengan hal lain ketika pagi-sore. Saya sering meninggalkan Jangpium bercahaya sendiri sepanjang malam, hingga pagi, bahkan ia sering stand by hingga 2 hari. Itu karena saya lupa bahkan sudha tak sanggup mematikannya ketika kantuk sudah menghadang, padahal saya baru saja mengajaknya untuk bermain bersama, membuat tulisan, melayout, atau menyelesaikan tugas-tugas lain.
Saking sering standby, tampaknya Jangpium kesal, sekarang dia sudah malas untuk meng-standby-diri dengan otomatis. Dia memilih untuk terus menyala. Saya tidak menyebutnya Jangpium sedang sakit, dia hanya ngambek, merajuk.
Sewaktu pulang ke Mempawah, Jangpium tidak saya bawa. Biasanya dia selalu bawa dan menemani saya di malam hari. Hari itu saya pulang siang dan subuhnya kembali lagi ke Pontianak. Pulang dengan wkatu singkat, saya yakin tidak bisa bermain dengan Jangpium. Hem, rupayan Jangpium kesal pada saya. Senin, ketika saya akan ke Kampus, Jangpium masih terbaring di kasur, persis seperti saya tinggalkan. Hem.. biasanya jikalaupun saya tinggalkan Jangpium saya simpan di lemari atau di tempat yang layak untuk barang istimewa lainnya, terlebih Jangpium. Ini mungkin yang semakin membuatnya kesal. Hanya disimpan di atas kasur, dan ditinggal pergi begitu saja.
Jangpium melampiaskan amarahnya dengan menghilangkan Kekasihnya. Cas. Kekasihnya Jangpium menghilang. Kebetulan di rumah ada cas milik sepupu, saya merasa itu bukan kekasihnya Jangpium. Mengetahui sang kekasih tidak ada, saya bingung, Pikiran kacau. Cari di kamar, ke tempat sampah, di bawah lemari, di dalam guci, di balik horden, di kota vacum cleaner, di keranjang pakaian kotor-bersih. Saya tidak menemukannya.
Jangpium melampiaskan amarahnya dengan menghilangkan Kekasihnya. Cas. Kekasihnya Jangpium menghilang. Kebetulan di rumah ada cas milik sepupu, saya merasa itu bukan kekasihnya Jangpium. Mengetahui sang kekasih tidak ada, saya bingung, Pikiran kacau. Cari di kamar, ke tempat sampah, di bawah lemari, di dalam guci, di balik horden, di kota vacum cleaner, di keranjang pakaian kotor-bersih. Saya tidak menemukannya.
Saya benar-benar mencari di tempat-tempat itu, karena terakhir saya bermain bersama mereka ketika mereka menyanyikan lagu di ruang tamu, saat itu saya sedang membersihkan ruma. Mengelap dinding, kaca, mengganti horden dan memvacumnya, juga mengelap guci. Koran-koran bekas mengelap saya buang di tempat sampah. Saya juga menyuci baju rasanya.
Selama tiga hari, tiga malam pikiran saya penat. Saya sempat membenci kamar yang tidak bisa memberi jawaban pada saya kemana kekasihnya Jangpium. Selama tiga hari, saya meminjam cas laptop milik sepupu, saya tidak bermaksud mengajarkan Jangpium mencintai yang lain hanya saja ini terpaksa.
Semalam, kakak sepupu datang. Saya bertanya apakah cas laptop yang dipakai datok masih ada di rumahnya.
Selama tiga hari, tiga malam pikiran saya penat. Saya sempat membenci kamar yang tidak bisa memberi jawaban pada saya kemana kekasihnya Jangpium. Selama tiga hari, saya meminjam cas laptop milik sepupu, saya tidak bermaksud mengajarkan Jangpium mencintai yang lain hanya saja ini terpaksa.
Semalam, kakak sepupu datang. Saya bertanya apakah cas laptop yang dipakai datok masih ada di rumahnya.
"Kakak rase, kakak memang ndak ade bawakan casnye, kayaknye ade di rumah".
Malam itu juga, saya langsung ke rumahnya. Memastikan cas yang lain. Benar, saya menemukan cas laptop sepupu yang sebenarnya.
Sepanjang jalan. Saya bernyanyi dan menggoyangkan badan.
"Hatiku gembira, riang tak terkira cas laptopku dapat".
Kebetulan membawa keponakan dan menemaninya membeli kembang api, masih di kios kembang api saya masih bernyanyi.
Sepanjang jalan. Saya bernyanyi dan menggoyangkan badan.
"Hatiku gembira, riang tak terkira cas laptopku dapat".
Kebetulan membawa keponakan dan menemaninya membeli kembang api, masih di kios kembang api saya masih bernyanyi.
"Ucu ni ngape, nyanyi jak teros" keponakan komen, dan abang penjual kembang api, tersenyum-senyum. Saya yakin dia menahan tawa.
Aaaaaaaaaaaaa Jangpium sungguh saya sangat mencintai kamu
Muuuaaaaccchhh
Selalu bersama saya.
:*
#CeritaDariKamarPart1(hari petama agustus hanya saja modem kembali eror)
#Menuju23Part1
Komentar