Rabu, 06 Maret 2013, menjadi hari
bersejarah dalam dunia pendidikan saya. Hari itu adalah jadwal saya
mempertanggungjawabkan Skripsi yang telah saya buat. Dimulai dari pukul 09:00
berakhir kira-kira pukul 10:15. Hasilnya, Alhamdulillah saya lulus.
Selesainya ujian, saya tidak langsung pulang ke rumah, saya
memilih ruangan biasanya, ruang Malay Corner yang menjadi ruang bekarya kami
anggota Club Menulis STAIN Pontianak. Pembimbing Club, langsung memberi selamat.
Lalu?, lalu ia menyampaikan kabar yang tidak saya kira secepat itu. Beliau
meminta saya untuk ikut masuk mengajar di kelas Karya Tulis Ilmiah, semester
II, Jurusan Tarbiyah, Pendidikan Agama Islam (PAI).
Sesampai di rumah, saya sampaikan kabar hasil ujian saya
pada wali yang sangat menunggu moment ini. Beliau ucapkan Alhamdulillah, ucapan
selamat, dan salam hangat. Saya sampaikan pula kabar bahwa besok saya diminta
seorang dosen untuk membantunya mengajar. Wajah senang beliau tak terelak.
Besoknya, saya pun mulai mengajar, didampingi oleh dosen
pengampuh. Hingga satu jam berikutnya, saya full
di kelas. Saya menyampaikan apa yang
saya bisa, apa yang saya pahami dan alami. Pertanyaan saya ajukan pada mereka,
dan saya juga meminta mereka untuk mengajukan pertanyaan. Sampai di sini, skenario
pembelajaran saya berjalan lancar. Namun,
tahukah teman, saya sangat berusaha tidak terlihat nervous.
Sudah sangat lama saya tidak berdiri di
kelas, dan melakukan proses pembelajaran. Terakhir, ketika KKL pada bulan
Mei-Julis 2012, memberi materi tentang penggunaan laptop pada siswa-siswa kelas
IV di SDN 32, Sungai Terus, Kubu Raya.
Sebelumnya menjadi Ibu guru PPL
untuk siswa di SMP Negeri 8 Pontianak, pada
akhir tahun 2011.
Lalu, saya berhadapan kembali dengan proses pembelajaran
setelah beberapa bulan lamanya saya tidak berdiri di depan kelas untuk mengajar. Mahasiswa pula yang saya
ajar. Memang, sebelumnya saya juga
diberi kesempatan menjadi tutor pembuatan email dan blog mahasiswa ireguler pada tahun 2010-2011 lalu.
Pada awal 2011 membagi materi pada mahasiswa regular semester. Hum, tapi itu
sungguh sudah lama. Sudah lama tak berada di depan kelas, membuat saya gugup.
Saya berusaha untuk tidak menampakkannya, tapi tampaknya , saya gagal. Saya
yang dipanggil “Ibu” oleh mahasiswa semester II ini dengan terpampang nyata
rasanya melihatkan tampang ragu-ragu dalam proses pembelajaran. Hingga saya tidak
sabar, angka jam di laptop menunjukkan
09:10 dan kemudian kuliah lekas selesai. Tapi itulah, waktu bukan saya yang punya.
Minggu berikutnya, saya kembali di kelas itu, dan masih
didampingi oleh dosen pengampuh. Di kelas, minggu kedua saya ini, syukurlah saya mulai terbiasa dengan mereka. Tidak ada
lagi keinginan melihat jam di laptop.
Begitu pula ketika saya mesti masuk kelas sendiri di kelas yang lainnya.
Rasa gugup sudah memudar lebih banyak. Panggilan “Ibu” oleh mahasiswa sudah
terbiasa.
Saya pun sudah mengenal wajah dan nama mereka dengan baik,
meski pun belum semuanya. Mengingat 4 tahun yang silam ketika saya membuat
tugas seperti mereka, presentasi, mengumpulkan KHK, berlari denganc epat agar
tidak telat. Mendapatkan banyak cara dan ilmu dari “ibu” dosen . Tentu, saya harus terus belajar untuk menjadi “Ibu” mahasiswa –mahasiswa ini
seperti ibu-ibu dosen saya ketika saya menjadi mahasiswa, menempuh strata 1. Menguasai
kelas, materi, mempunyai banyak strategi dan metode pembelajaran yang
digunakan. Saya juga ingin menjadi “ibu”
yang tidak hanya bersapa gurau dengan mereka di kelas, tapi juga di ruang lainnya.
Harapan yang sangat besar, semoga saya tidak menjadi “Ibu”
yang mengecewakan.
Komentar