Pasti itu sangat menyenangkan.
Pergi ke tempat yang tidak biasa. Melihat-lihat hal baru, mengagumi
pemandangan, terheran-heran dengan bahasa yang digunakan kemudian
memperlajarinya, menggeleng-geleng melihat bangunan kemudian mengamatinya
memotretnya, jadi dokumentasi. Beramah-tamah dengan warga setempat. punya
kenalan. Silaturahmi semakin luas.
Tetap akan ada kesan yang berbeda
dari tempat yang didatangi itu. Melihat berbagai budaya, komunikasi, ekonomi,
agama, pendidikan dan lainnya. Pasti itu mengasyikan. Apalagi semua itu
kemudian ditulis sehingga pengalaman menarik tersebut tidak hanya menjadi
kenangan ketika jalan-jalan. Lebih mengasyikkan lagi, jalan-jalan ini untuk
penelitian.
Jalan-jalan yang tidak sekedar
untuk suka-suka, tetapi jalan-jalan untuk meneliti. Apalagi penelitian ini ditanggung oleh
panitia. Semua ditanggung. Setelah penelitian selesai, hasil penelitian
dilaporkan dalam bentuk buku. Buku, peneliti yang jalan-jalan itu akan membuat
buku. Perjalanannya akan semakin panjang tidak sepanjang penelitian yang
dilakukan. Perjalanan itu akan memberi informasi lebih luas pada masyarakat.
Penelitian-jalan-jalan ini tidak hanya dinikmasti oleh di peneliti.
Sungguh asyik sekali.
Jalan-jalan, meneliti, punya karya. Bahkan rasa senang ini tidak habis disitu
saja. Hasil penelitian yang dibukukan itu akan ditanggung oleh penyelenggara.
Peneliti yang punya buku ini tidak perlu berpikir bagaimana cara menerbitkan
bukunya. Apa penerbitnya? Dimana? Bagaimana biaya penerbitannya? Ber-ISBN atau
tidak kah?
Melakukan penelitian, berkenalan
dengan banyak orang, mendapat pengetahuan, tidak perlu mengeluarkan biaya, eh
hasilnya dijadikan buku, prosesnya gratis pula. Keberuntungan yang mengasyikkan
ini belum habis karena buku tersebut akan diseleksi untuk mengetahui apakah
buku tersebut berhak mendapatkan gelar juara I, II, III, atau harapan I dan
reward lainnya.
Bahkan sebelum ini terjadi mereka
para peneliti mendapatkan pengetahuan gratis dari pakar penelitian yang juga
mempunyai banyak buku. Dr. Hermasnyah penulis buku Ilmu Gaib di Kalimantan
Barat, buku ini menjadi buku Antropologi
yang laris, diterbitkan PT Gramedia Jakarta bekerjasama dengan Pusat Kebudayaan
Prancis (2009). Dr. Yusriadi, peneliti yang juga mempunyai banyak buku yang
baru-baru ini menerbitkan buku hasil penelitiannya bersama Tim di Kalimantan
timur yang berjudul Pengetahuan Tradisional Masyarakat Benuaq; Studi atas
Masyarakat Benuaq di Tanjung Isuy Kalimantan Timur. Begitu pula dengan Dr. Ismail
Ruslan yang namanya kerab ditemukan di media, Borneo Tribune menulis tentang
perekonomian dan juga sering melakukan penelitian yang kemudian diterbitkan
dalam bentuk buku pula, salah satunya bukunya berjudul Sosio Ekonomi dan Relasi
Gender Masyarakat Sungai Kapuas (2011). Dr. Ibrahim yang mengerti bagaimana
seluk beluk berkomunikasi, penulis buku Hidup dan Komunikasi (2010) ini akan
berbagi ilmu mengenai Membangun Komunikasi
dengan Warga.
Empat peneliti akan memberi
ilmu-ilmu mereka mengenai penelitian, mengenai bagaiamana cara turun di lapangan. Belum turun ke lapangan saja, sudah dapat
ilmu tentang penelitian. Maahsiswa semester 2 yang seharusnya mendapat mata
kuliah metode penelitian di semeter 4,5 atau 6 itu sudah mendapatkan ilmu ini
lebih dulu. Keren sekali!
Jawara ini nantinya akan mendapat
uang pembinaan yang tentunya akan menjadi imunisasi semangat dalam
berkarya. Di saat yang lain menunggu
uang kiriman dari orang tuanya di kampung sana, teman-teman ini yang menjadi
peserta lomba Menulis Buku STAIN Pontianak Tahun 2013 ini berbeda. Mereka
memilih untuk ikut lomba menulis, pergi ke tempat lain, menelitinya,
menulisknnya, menjadikannya buku, kemudian semua itu akan mengganti uang kiriman
yang tak perlu dikirim orang tuanya. Mereka punya tabungan sendiri bulan ini,
atau bulan berikutnya. Atau mungkin dengan penelitian ini penelitian berikutnya
akan mereka dapatkan lagi, dan orang tua mereka lah yang tinggal menerima
hasilnya.
Memabanggakan sekali
Mengutip Gol A Gong penulis buku
TE_WE (Travel Writer) Being Traveler, Being Writer pemilik Rumah Dunia,
di Serang, Banten sana.
“Piknik gratis. Sudah happy
melihat hal-hal baru, dapat uang pula. Bukankah itu seksi, Kawan?. (Gol A Gong:
2012, 21)
Komentar