Sudah beberapa kali saya
mendengar keinginan teman-teman di luar Club melihat buku karya Club dilihat
oleh mereka di toko buku bergengsi di Pontianak. Dan akhrinya, toko buku Karisma
lah yang mewujudkannya.
Ini dikarenakan adanya acara bedah buku Kalbar Berimajinasi;
antologi Sastrawan di Kalimantan Barat. Buku ini diterbitkan oleh Club Menulis
STAIN Pontianak dan STAIN Press. Sabtu, 2 Maret 2013. Penulis dari buku yang
bertema lokal Kalimantan Barat berkumpul. Wajah-wajah para sastrawan Kalimantan Barat
melihatkan kharismanya. Kharisma dari karya yang diciptakan tampaknya berhasil
membuat peresensi melirik sisi yang menarik dari Kalbar Berimajinasi saja. Di toko buku Kharisma Mega Mal Pontianak,
kebersamaan sastrawan Kalimantan Barat melihatkan sinarnya.
Jimmy S. Mudya penulis buku puisi
Sandal Kumal mengawali kegiatan ini. Membacakan kisah seorang TKI melalui
puisi. Mengabadikan sejarah masa kecil bersama orang tua si teman yang
kehilangan sumber kehidupan. Sawah telah bercampur limbah. Orang Tua pergi
disampaikan oleh berita. Penulis terkenal seperti Pradono juga ada di sana. Penulis
dari Singkawang inilah yang menjadikan Kalbar Berimajinasi beraura Sastrawan,
tidak hanya itu semarak karya lelaki rambut gondrong itu diperlihatkan lagi
dengan performancenya membaca cerpen berjudul Kamar9B. Karyanya di halaman 117.
Memang tidak semua Sastrawan
berkumpul di sini. Seperti Saifun Arif Kojeh, E.Widiantoro, Riani Kasih, Redia
Yosianto, dan penulis lainnya. Tetapi
keberadaaan Prodono, Mardian Sagiant, Fitriani Bulovee, Zani El Kayong, Mahabbahtusy
Syuaraa telah mewakili kebersamaan sastrawan Kalbar Berimajinasi. Terlebih
dalam acara yang digelar oleh Lingkar Studi Budaya (LSB) ini ketua panitianya juga
Sastrawan, Ahmad Asma Dz. Lantai II, toko buku Karisma pun semakin mendukung
kegiatan ini. Di berbagai sudut ruangan semua adalah buku. Buku-buku Sastrawan
terkenal dari nasional dan internasional
terpajang. Sastrawan Kalbar berkumpul, peserta yang datang mendengar bagaimana
keberagaman lokalitas diceritakan oleh penulis di buku tersebut.
Kata-kata “dahsyat” juga tak sekali dua kali diucapkan oleh
pemerhati sastra Dedy Ari Asfar. Beliau yang menjadi pencetus dari adanya
Kalbar Berimajinasi tampak senang diterbitkan, dibedah, dan diapresiasinya buku
yang dieditorinya itu. Kebahagiaan
beliau semakin dahsyat dengan nama-nama penulis yang berstatus “Itu mahasiswa
saya”. Tentu itu membanggakan.
Budi Rahman, Jurnalis dari harian Borneo Tribune memberikan
beragam respon positif dari buku yang covernya menunjukkan peta Kalimantan
Barat itu. Menurutnya Kalbar Berimajinasi memberikan muata moral yang sangat
luar biasa. Penulis buku Kutukupret ini juga mengajak merenungkan kondisi alam Kalimantan Barat saat ini. Hari
ke dua bulan Maret itu memang terasa sangat panas, Kalimantan dikenal sebagai
pulau yang memiliki hutan banyak. Namun, keadaan tersebut memberikan kenyataan
yang beda. Dan cerita dalam Kalbar Berimajinasi mengingatkan bahwa manusia
sudah banyak yang tak menjaga hutannya.
Kalbar Berimajinasi menunjukkan keintelektualan di dalamnya,
itulah yang dikatakan oleh Kharul Fuad. Peneliti dari Balai Bahasa Provinsi
Kalimantan Barat ini menunjukkan adanya riset di dalam cerita-cerita salah satu
yang disebutkan ialah Parit Lintang yang ditulis oleh Ffate’. Cerita tentang
seorang gadis dan kenangannya bersama parit. Tempat ia berenang dan meluapkan
berbagai ekspresi saat bertemu air. Sejarah nama parit, warna, keadaan dan rasa air ketika pasang
atau pun surut.
Sang moderator pun juga bukan orang biasa, beliau dikenal
pula sebagai sastrawan Kalbar, motivator menulis hingga di pedalaman Kalimantan
Barat, Nano L. Basuki mengendalikan acara hingga senja tiba.
Komentar