“Nama saya Fatmawati, maaf ya,
suara saya mau habis, soalnya banyak menulis” beliau pun tertawa saat
memperkenalkan dirinya di ruang malay Corner hari itu pada anggota Club
Menulis.
Guru teladan Pontianak ini adalah wanita tercantik dari peserta Top
Indonesia, beliau adalah satu-satunya wanita yang ikut serta dalam pelatihan
menulis ini.
Hari itu, Sabtu.
12 januari 2013, beliau mengaku senang dengan kedatanganya di Club Menulis,
bahkan beliau ingin kegiatan-kegaitan kepenulisan yang dilakukan oleh Club
menulis untuk bisa melibatkan sekolahnya. Sebab beliau tahu bahwa dari 900-an siswa di SMA 4 ada siswa yang
memiliki minat dan bakat di dunia kepenulisan, sebab siswa dari SMA ini pernah
menyabet juara nasional dalam lomba menulis cerpen. Bahkan beliau juga berniat
untuk mengajak sswa-siswanya untuk mengunjungi Club menulis suatu ketika saat
pelaran bahasa Indonesia. Beliau ingin
siswa-siswanya mendapatkan pengalaaman baru mengenai di dunia kepenulisan dari
Club Menulis. Sungguh, beliau memang
guru yang sangat perhatian.
Bu Fatma terlihat
sebagai guru yang periang, dia selalu melihatkan ekpresi senangnya, apalagi
ketika beliau tahu bahwa dua siswanya dari SMA Negeri 4 menulis di buku Cerpen Khatulistiwa
yang diselenggarakan oleh Borneo Tribune yang dibimbing oleh Yusriadi, Dedy Ari
Asfar, Ubay KPI dan Koordinator Club Menulis, Farninda Aditya.
Mengetahui itu,
Ibu Fatma pun langsung memesan 10 buku yang diperuntukkan di perpustakaan
sekolah di SMAN 4. Dua diantaranya untuk 2 siswanya yang menulis dibuku
tersebut. Beliau merancang, ketika buku itu diserahkan ketika pelaksanaan
dengan upacara hari Senin, beliau juga ingin menginfokan penemuan buku karya siswanya
ini itu pada siswa-siswa lain di SMAN 4. Beliau ingin informasi tersebut
menjadi motivasi pada siswa yang lain. Semangat menulis dan kemauan menulis
menyebar luas di sekolah yang
terpilih sebagai sekolah Adiwiyata tingkat nasional pada tahun 2011.
Menulis, diakui
olehnya sebagai bagian dari kesenangannya. Membuat buku hasil karyanya adalah
cita-cita yang sudah sangat diimpikannya, sejak dulu, sejak puluhan tahun yang
lalu. Pengakuan ini tidak sekedar diucapkannya di ruang pertemuan bersama Club
Menulis, tetapi ketika launching buku, kumpulan cerpennya yang berjudul Lima Hari, Ia berkata kembali bahwa mempunyai
buku adalah impiannya sejak dulu.
Dari kumpulan
cerpen karya guru yang pernah mengabdi di salah satu sekolah di Siantan, memuat
satu cerpen yang nama tokohnya diambil dari seorang siswanya sekolah siantan. Nama
siswanya itu diabadikannya dalam cerpen
tersebut, karena menurutnya sangatlah berkesan untuknya, Dabo sangatlah pintar.
Selain kumpulan
cerpen ini bu Fat juga menulis buku tentang dirinya sendiri, atau autograf.
Terlihat sekali
wajah senangnya ia ia menceritakan tentang latar belakang bukunya. Ia juga
merasa senang dengan mengikuti pelatihan Top Indonesia, kesenangan itu ia
ucapkan dengan kata “Super duper.
Komentar