Langsung ke konten utama

Menulis itu Tetap Menarik dan Menarik






Menulis itu tetap menarik dan menarik. Itulah kesimpulan saya dari pertemuan dengan peserta Top Indonesia. Sabtu, 12 Januari 2013 di ruang Club Menulis-Malay Corner.  Ya, bagaimana tidak saya mengatakan hal tersebut, seorang Fatmawati yang menjadi guru teladan di Pontianak saja ikut serta dalam kegiatan perdana Top Indonesia ini. Begitu pula dengan Ruli, karyawan dari Bank Kalbar, beliau bilang pelatihan menulis fiksi dan non fiksi tersebut menjadi bekal untuk menulis buku ulang tahun Bank Kalbar. Bahkan seorang Humas dari Pemda Sintang bernama Syukur Saleh berencana untuk membuat Klub Menulis di Sintang sana. Wartawan yang setiap hari bergelut di dunia kepenulisan merasa tidak pernah bosan dengan dunia menulis, bahkan selalu merasa kurang dengan ilmu-ilmu menulis, mereka, Johan Wahyudi dan Mujidi yang menjadi kepala Biro Borneo Tribune. Menulis juga menarik untuk seorang Wardi, seorang guru yang bergabung di dunia partai, asal Bengkayang. Dan, seorang Timo Duile, mahasiswa S3, Universitas Bonn, Jerman, yang mulanya tidak pernah berpikir untuk menulis buku, kini ia menikmati rutinitas mengerjakan proyek tersebut di pelatihan Top Indonesia begitu pula dengan Pak Bambang  dibalik kesibukkannya mengurus Tesis.
Mereka bukan orang-orang yang mempunyai waktu lenggang. Mereka mempunyai kesibukan yang tiada tara dengan pekerjaannya. Namun, menulis membuat mereka rela untuk meninggalkan pekerjaan mereka sejak 7 januari hingga 12 Januari 2012, untuk ikut serta dalam Diklat Top Indonesia, di Jl Purnama Agung, Pondok Agung Permata Y35-40.
Menulis tetap menarik dan menarik. Dengan menulis, kepala SMAN 4, Fatmawati berekpresi senang ketika memegang sebuah buku berjudul Cerpen Khatulistiwa karya siswanya. Dengan Menulis, Ruli bisa mengabadikan perjalanan Bank Kalbar dalam sebuah buku nantinya. Dengan, menulis Syukur Saleh dapat menginformasikan banyak hal tentang kegiatan pemerintah daerah Sintang. Dengan menulis, Johan Wahyudi sulit melirik kegiatan lain selain Jurnalis. Dengan menulis, Mujidi bisa melihat pemaparan desa Parit Banjar, daerah asalnya di buku Bugis Perantauan karya Club Menulis. Dengan menulis, Timo mendapatkan data-data mengenai penelitiannya di Kalimantan Barat.
Menulis itu menarik dan tetap menarik. Ini dibuktikan dengan bincangan peserta Pusdiklat Top Indonesia dan Anggota Club Menulis yang tidak terputus-putus pada Sabtu ke dua, di tahun 2013 ini. Club Menulis yang pada dua tahun terakhir ini telah menerbitkan 84 buku diminta untuk berbagi cerita dalam proses tersebut. Sejarah berdiri Club, pemasaran buku, penerbitan, proses penulisan, lay out, desain cover, percetakan, menjadi pokok bahasan dalam perbincangan ini.
Menulis itu menarik dan tetap menarik. Ini dirasakan oleh pembina Club Menulis sekaligus pendiri Club pada tahun 2010 lalu, Dr. Hermansyah. Beliau bercerita banyak tentang manfaat yang dirasakannya dengan menulis. Ia mengaku, dengan menulis ia bisa pergi ke berbagai daerah di luar pulau Kalimantan Barat, dan Indonesia. Begitu pula dengan Dr. Yusriadi, yang sejak berdiri Club Menulis menjadi pembimbing Club. Beliau bisa menuliskan tentang berbagai hal mengenai lokalitas Kalimantan Barat. Hal ini pula yang dirasakan oleh Nur Iskandar, Direktur Top Indonesia, melalui menulis, berjuang lewat buku bisa berhasil membangun diri dan NKRI untuk berharga dunia-akhirat

Top Indonesia adalah Pusat Pendidikan dan Pelatihan menulis fiksi dan non fiksi yang dipimpin oleh Nur Iskandar, Penulis yang baru saja menyelesaikan buku tentang  Tim Gegana, Republik Indonesia. Pertemuan ini disebut oleh direktur Top Indonesia itu sebagai perjodohan dua kelompok menulis, dan perbincangan pun tidak beralih pada persoalan lain selain dunia tulis menulis; desain-desain ide, penerbitan, kesenangan yang didapat dari menulis, menjadikan diskusi yang dimulai pada pukul 09:00 dan berakhir pada pukul 12:00 tidak terasa.









Komentar

Postingan populer dari blog ini

Daftar Riwayat Hidup: Farninda Aditya

  DAFTAR RIWAYAT HIDUP DATA PRIBADI Nama Lengkap                            : Farninda Aditya NIP                                                                  : 199008242019032012 Jabatan                                                  : Penata Muda Tk.I, (III/b) Asisten Ahli Jabatan Tambahan                             : Sekretaris Prodi PIAUD FTIK IAIN Pontianak Dosen Pengampu                              : Mata Kuliah Bahasa Indonesia                                           Tempat/tanggal lahir                   : Mempawah, 24 Agustus 1990 Jenis kelamin                               : Perempuan Agama                                         : Islam Ruang                                                     : 210, Lantai II,  Gedung Prof. KH Saifuddin Zuhri GOOGLE SCHOOLAR             :   https://bit.ly/3lqX6US Silakan unduh dan sitasi pada       : MODERATION OF LANGUAGE IN A DIFFERENT FAMILY ENVIRONMENT (Language Moderation in The Multi-Ethnic Family Circumstances) | IC

Pertemuan 1: Magang 1

    Assalamualaikum, ww.   Halo kawan-kawan mahasiswa. Selamat telah sampai pada level ini. Selamat sudah masuk sampai perkuliahan Magang 1. Selamat juga berhasil menyelesaikan ritme perkuliahan melalui Daring selama ini. Kalian semua hebat.   Pada perkuliahan Magang1, saya Farninda Aditya dimanahkan untuk mengampu mata kuliah ini. Bagi yang sudah pernah bertemu dengan saya pada mata kuliah sebelumnya, Bahasa Indonesia terutama, tentu sudah paham bagaimana gaya pembelajaran saya.    Menulis adalah yang Utama. Disiplin adalah Aturan. Komunikasi adalah Penyelamat.  Sebelum membahas tentang Apa itu Mata Kuliah Magang?, perkenankan saya menjelaskan cara belajar kita.   Pertama,  Media . Media utama yang digunakan adalah WhatsAap, e-Leraning, Google Meet, Youtube, Instagram, dan Blog.   Media berkomunikasi adalah WhatsAap dan pembelajaran adalah e-Learning. Jadi, segala informasi akan saya sampaikan sebelumnya melalui jaringan ini, terkait media yang akan digunakan p

Bedences

Cuci Motor Bdences. Itulah nama tempat penyucian motor yang saya lihat di daerah Bakau Besar, Kabupaten Mempawah. Di sekitar tikungan, di dekat masjid. Tidak terlalu jauh setelah jembatan yang diperbaiki tahun lalu.   Baru kali ini melihat tempat cuci tersebut   setelah hampir tiga bulan tidak balik kampung. Saya menyimpulkan, tempat ini adalah baru. Namun, yang menarik dari perhatian saya bukan gambaran tempat penyucianya, bukan fasilitasnya, bukan orang yang sedang menyuci. Tapi, Bdences yang menjadi nama tempat pencucian ini.  Bdences mengingatkan saya dengan kata populer   yang digunakan remaja-remaja di Jalan Bawal. Bawal adalah nama gang yang ada di sekitar Pasar Sayur Mempawah.   Batasan-batasan jalan ini sempat saya tanyakan pada seorang teman yang tinggal di sana. Menurutnya Jalan Bawal I berada di samping Lapangan Tenis, Bawal II   berada di seberang Jalan menuju Pasar Sayur menyeberangi jalan menuju Tol Antibar. Bawal II berada   di belakang SD Negeri 1 Mempawah atau