“Setelah ini kita pulang ya, jam sembilan setengah” kata Pak
Yus malam itu. Jumat, 09 November 2012.
Waktu sudah menunjukkan pukul 21:15. Kami di ruangan masih
sibuk dengan buku-buku yang baru “lahir”. Ini bukan kali pertama lembur di
ruangan. Maret lalu kami juga begini. Lay out, desain cover, print, potong,
mangkong, jilid,nyampul buku, potong sisi, itulah yang kami lakukan. Belum lagi
mengurus print out sertifikat.
Jika sudah begini, terasa sekali 24 jam itu kurang.
Namun apa yang dilakukan dikarenakan rasa senang. Letih,
lapar sampai tidak terasa. Bahkan jam
makan siang, makanan sudah ada di depan mata, masih menomorsatukan mengurus
buku. Jika belum melihat wujud buku, belum plong rasanya.
Wajar saja, Sulistia Ningsih, atau yang dipanggil Neng oleh
Holi itu setia sekali menunggu ruangan. Bahkan dia rela mengganti sift mengajar
bimble nya asal dia bisa pulang dengan hati lega, buku sudah ada.
Buku berwarna pink
dengan gambar rumah itu berjudul Cinta Terhalang Teras Rumah. Lucu memang
judulnya, menarik. Kami yang ada dimarkas menjadikan buku itu sebagai bahan
lelucon. Kami bilang, cerita yang ada di buku itu adalah pengalaman pribadi
Sulis. Tentang cinta lokasi, cinta dengan tetangga sebelah.
Gara-gara itu, Malay Corner yang setia menampung Club
Menulis tiba-tiba menjadi gaduh dengan lagu dangdut.
“Pacarku memang dekat, lima langkah dari rumah”.
Sahut-menyahut menyanyikan lagu itu, membuat kami tertawa.
Membuat kerjaan semakin tidak terasa lelah. Malah semakin asyik. Belum lagi
jika melihat Sulis membututi Holi Hamidin penulis buku Kakek Jahil mengurus
bukunya. Bagaimana tidak, jika Sulis merasa ada yang salah dengan layout
buku yang covernya di desain oleh Ibnu Phany Busya itu, Sulis selalu mencari
Holi.
“Bang Holi mane?”
“Bang Holi nak kemane? Balek sinik agik kan?” tampang Sulis,
khawatir sekali.
Jika mendengar Sulis mencari Holi, maka lagu” lima langkah”
tadi kembali berputar.
Sulis baru kali pertama mengurus buku. Dia memang belum
pernah menjadi editor, lay outer dan desainer cover. Jadi mahasiswi BKI ini
memerlukan bimbingan khusus ketika dia terjun ke dunia Pangkong-memangkong
buku. Jauh-jauh hari, dia selalu ada di Malay Corner, dia selalu mencari orang
yang bisa dipintanya untuk mengajarinya Page Maker. Sayang, beberapa minggu
ini, kami yang sering “melumutkan” markas jarang melihatkan tampang.
Ketika semua berkumpul, eh kami sibuk mengurus dengan
kegiatan kami, Lomba Menulis Cerpen Kilat Tingkat Mahasiswa dan SMA/Sederajat
Se-Pontianak dan Majalah Gantung antar anggota Club Menulis. Selain itu waktu
yang dimiliki oleh Sulis juga tidak banyak.
Anggota Club tahun
2011 akhir, memiliki tanggung jawab di salah satu tempat bimbingan belajar.
Ketika waktu sudah menujukkan jam 2, dia bisa segera menjadi super sibuk.
“Tak bise lamak, nak ngajar lok” begitu katanya, kemudian
menggantung tas di pundak, dan pergi.
Sejak kali pertama masuk Club, Sulis memang salah satu
anggota yang aktif. Dia juga sering bertanya tentang kepenulisan. Menulis
Opini, salah satu kepandaiannya.
Malam Sabtu itu, Sulis ikut juga lembur, tapi tidak semalam
kami. Setelah Adzan Magrib, dia bersama Marsita Riandini, penulis buku Tumpahan
Kata di Jendela Borneo pun pulang. Sulis mesti kembali ke tempatnya mengajar.
Dia pun bisa pulang dengan lega, bukunya sudah hampir
selesai. Wujudnya sudah terlihat. Tinggal disampul dan disisir saja. Buku Sulis
siap di launching. Cinta Terhalang Teras Rumah tidak akan terhalang hanya
karena sampulnya.
Komentar