Tadi siang, sekita jam 12, saya dan rekan sudah bersiap masuk ke pesawat. Akhirnya berangkat juga. Sebelum berangkat ada delay sekitar 1 jam-an. Selama menunggu penerbangan, saya dan satu rekan perempuan berkenalan dengan seorang ibu yang bekerja di Brunai Darssalam.
Ibu yang berasal dari Cilacap itu menghampiri kami, dia bertanya kemana tujuan keberangkatan. Ternyata, kami satu pesawat, hanya berbeda urut. Beliau di L sedangkan saya di 24 A.
Suharsih namanya, beliau memiliki 4 anak itu sudah lama bekerja menjadi penjahit di negeri bagian serumpun Melayu itu. Sejak tahun 2003 lalu, dia bekerja pada majikan yang sama.
"Saya pernah dipinjam, tapi majikan saya ambil lagi". Sekitar enam bulan dia pernah bekerja dengan orang lain, namun belia tidak betah dengan majikan tersebut. Majikan pertama pun sudah senang dengan hasil kerjanya, dan mengambilnya kembali.
Ibu berkulit putih itu bermalam di sungai Jawi kemaren di tempat agen kerjanya. Dia akan ke Jakarta untuk medical. Nanti sesampainya di Bandara Sokerano-Hatta dia dipinta untuk menghubungi seseorang yang sudah disimpan nomer teleponnya. Bapak itu mungkin yang akan membawa beliau medical.
Sebenarnya beliau sudah dipinta anak-anaknya untuk berhenti kerja, namun Ibu yang sudah berusia 50 tahun ini masih merasa bisa menggunakan tenaganya menjadi penjahit. Dia tidak ingin berdiam diri, dia ingin terus bekerja. Tanggung jawab dengan tenaga tersebut menjadi pilihannya untuk menetap di Terisai, salah satu daerah pesisir di Brunai sana. Apalagi, hasil yang didapat tiap bulan pun sangat lumayan. 400 Ringgit, lebih banyak dari yang pekerja Indon lainnya di sana. Sekitar 2 juta lebih.
--- bersambung--
-ngantuk-
Ibu yang berasal dari Cilacap itu menghampiri kami, dia bertanya kemana tujuan keberangkatan. Ternyata, kami satu pesawat, hanya berbeda urut. Beliau di L sedangkan saya di 24 A.
Suharsih namanya, beliau memiliki 4 anak itu sudah lama bekerja menjadi penjahit di negeri bagian serumpun Melayu itu. Sejak tahun 2003 lalu, dia bekerja pada majikan yang sama.
"Saya pernah dipinjam, tapi majikan saya ambil lagi". Sekitar enam bulan dia pernah bekerja dengan orang lain, namun belia tidak betah dengan majikan tersebut. Majikan pertama pun sudah senang dengan hasil kerjanya, dan mengambilnya kembali.
Ibu berkulit putih itu bermalam di sungai Jawi kemaren di tempat agen kerjanya. Dia akan ke Jakarta untuk medical. Nanti sesampainya di Bandara Sokerano-Hatta dia dipinta untuk menghubungi seseorang yang sudah disimpan nomer teleponnya. Bapak itu mungkin yang akan membawa beliau medical.
Sebenarnya beliau sudah dipinta anak-anaknya untuk berhenti kerja, namun Ibu yang sudah berusia 50 tahun ini masih merasa bisa menggunakan tenaganya menjadi penjahit. Dia tidak ingin berdiam diri, dia ingin terus bekerja. Tanggung jawab dengan tenaga tersebut menjadi pilihannya untuk menetap di Terisai, salah satu daerah pesisir di Brunai sana. Apalagi, hasil yang didapat tiap bulan pun sangat lumayan. 400 Ringgit, lebih banyak dari yang pekerja Indon lainnya di sana. Sekitar 2 juta lebih.
--- bersambung--
-ngantuk-
Komentar