Lega, senang,
haru, inspiratif. Banyak rasa yang saya
rasakan pada launching buku Club Menulis (CM) STAIN Pontianak beberapa hari
yang lalu. Kamis, 22 Maret 2012, hari bersejarah untuk Club Menulis. Lebih dari
22 buku yang dilaunchingkan pada acara itu. Buku yang dilaunching, memang tidak
semuanya karya CM, tapi tetep, CM
lebih banyak. Jumlahnya mencapai 17 buku, 2 buku karya penulis Malay Corner(MC),
dan 5 buku karya mahasiswa Program Pasca Sarjana STAIN Pontianak.
Beda, berbeda sekali. Berbeda dengan acara
launching sebelumnya. Selain launching kali ini tidak hanya launching buku Club
Menulis, ada banyak lagi beda-beda itu. Launching kali ini bedanya tidak di
tempat yang publiknya lebih banyak. Kami anggota Club sepakat, launching
dilaksanakan di ruang MC. Alasannya biar lebih terasa. Acara launching terasa
lebih khidmat, syahdu. Tanpa ada banyak suara.
Memang acara
launching ini tidaklah mewah. Hanya di ruang Malay Corner, duduk lesehan, dan tanpa mic pula. Bahkan undangan pun hanya
keluarga STAIN dan mitra Club menulis.
Tapi setelah kami evaluasi acara, seluruh anggota menyampaikan perasaanya
senangnya, dan menyampaikan rasa “khidmat” itu.
“Inspirasi
dari para sambutan memberi inspirasi untuk menulis”, Marsita Rd, penulis buku Wak Sauk Polling In
Lope menyampaikan rasa itu.
Marsita benar,
kebersamaan dengan senior kampus saat launching ini memang lebih terasa.
Sambutan yang diberikan, inspirasi semua. Ini benar-benar menguntungkan kami,
sambutan itu dapat menjalar ke gendang telinga lebih leluasa. Serap, angguk
kepala, senyum, tulis, itulah ekspresi dan hal kami lakukan saat mendapat
kalimat-kalimat inspiratif dari para senior. Jadi dah modal untuk nulis.
Acar ini dihadiri
oleh ketua STAIN Pontianak, Dr. Hamka Siregar, Pembantu ketua III, pendiri Club
akademik STAIN Pontianak, Dr. Hermansyah, Direktur Program Pasca Sarjana, Dr. Moh. Haitami Salim, Mitra Club
Menulis dari Balai Bahasa, Khairul Fuad dan Dedy Ari Asfar, serta Drs
Soedarto, “Perpustakaan Berjalan” kata
Hanina, senior yang selalu memberikan perhatian “khusus” untuk Club Menulis.
Usia biologis
itu tidak lah lama, tapi karya bisa melebihi usia biologis itu. Kalimat Pak
Hamka ini membuat semangat menulis semakin menjadi. Beliau pun menyebutkan
beberapa penulis, yang hingga kini namanya masih hidup, seperti Chairil Anwar
dan Al-Gazali. Beda apabila orang yang
hidup panjang, meskipun sampai 80 tahunan, mungkin setelah dua tahun orang itu
meninggal, orang sudah lupa, orang tak lagi membacakan doanya. Tapi jika
menulis, meskipun usia tak sampai setengah abad, tapi karena tulisan, usianya
lebih panjang dari usia biologisnya. Sebab banyak orang yang membaca
tulisannya, mendapatkan manfaat dari tulisanya, mengenalnya. Menulis,
memanjangkan umur.
Tulis, dan
jangan khawatir kalau tulisan itu tidak bagus. Tulis saja. Meski tulisan itu
dianggap sampah. Tulis saja, yang penting sudah ada karya, sudah ada bentuk
bukunya. Sebab, bagaimanapun isi
tulisannya, biarkan pembaca yang menilai. Pembaca yang memberi umpan balik.
Sederhananya, seperti itulah inti sari sambutan Pak Haitami yang saya serap.
Apapun isinya, ya tulis saja.
“Sudah mengikuti jejak tuhan”, ungkap Bang
Dedy. Menurut Bang Dedy, dengan menulis berarti kita telah mengikuti jejak
Tuhan. Tuhan menulis melalui firmannya di Alquran, dan manusia mengikuti
jejaknya, sebagai penulis. Ya, semoga tulisan, karya Club Menulis menjadi karya
yang memberi manfaat untuk pembacanya. Memberi inspirasi yang baik.
Semoga
buku-buku yang dilahirkan oleh Club dapat disambut baik oleh masyarakat. Sebab
kata Pak Darto, apresiasi masyarakat pada buku itu sebelumnya tergolong kurang.
Beliau mencotohkan buku yang karya Pak Hermansyah, buku yang ditulis oleh anak
Kalbar ini, telah mendapatkan posisi di salah satu toko terkemuka di Ibu Kota,
Gramedia ,dideretan buku Antropologi. Karya
tersebut memanggakan.
Ya, pada
mulanya banyak karya buku dipandang sebelah mata. Mesti ada cara untuk
memberikan apresiasi terhadap penulis buku.
Perbedaan lainnya,
launching buku kali ini tidak hanya karya buku yang dihasilkan secara
keroyokan. Beberapa anggota telah berhasil menaikkan levelnya. Menerbitan buku
pribadi. Buku-buku tersebut diantaranya, Izinkan Aku Menjadi Surgamu karya
Mahmud Alfikri, Puisi di Bawah Normal karya Umi Rahayu, Tuhan Baru Karya
Mahadaya Senja, Masyarakat Pesisir karya Hanina, Penaku menari dalam cerpen dan
puisi karya Sisi Nurhasanah S.F, dan dua buku karya Farninda Aditya, Otakku
Cenat-cenut dan Sebelah Tangan.
Buku keroyokan
lainnya adalah Hermansyah Sang Penuntut Ilmu Sejati editor Mahmud Alfikri,
Ngintip editor Holi Hamidin, Planet Gulali editor Rita Sri Erviani, Kubater
editor Lina Herliyanti, Novel cinta beda etnik, Kelenteng Merah Jambu editor
Yusriadi. Selain Kelenteng Merah Jambu, Yusriadi juga menjadi editor untuk buku
Pernak-pernik Melayu Pontianak, buku yang lainya adalah Cerita Sahabat dan Cinta
Kasih Ibu diedit oleh Hanina, serta Aku Anak Kampong dan Sejarah Pertelevisian
di Kalimantan Barat editor Farninda Aditya.
Selamat untuk
Club Menulis, dan selamat untuk penulis yang mendapatkan penghargaan Anugerah
Student Award Club Menulis. Mereka diantaranya Holi Hamidin sebagai editor
terbaik untuk buku Opera Van Java dengan penghargaan Pena Sarjana, Romi Yati
sebagai Pekarya Terbaik melalui karyanya novel berjudul Hati yang Terbingkai
mendapat penghargaan Tinta Sarjana, serta karya terbaik yang dieditori oleh
Yursiadi dan Nur Azizah mendapat penghargaan Titah Sarjana. Selain Anugerah
anggota, Club Menulis juga menyerahkan Anugerah Jentera Sarjana dan Lentera
Sarjana. Jentera Sarjana diberikan pada Dr. Hermansyah, sedangkan Lentera
Sarjana diberikan kepaad Fahmi Ichwan. Dua anugerah ini diberikan kepada orang
yang berjasa untuk kemajuan dan perkembangan Club Menulis. Selain lima anugerah
ini, panitia Launching Club menulis sepakat memberikan penghargaan Bapak
Kepenulisan kepada Dr. Yusriadi, sebagai motivator kepenulisan.
Komentar