Jadi ceritanya saya disuruh masak semur telor. Jadi siang itu, Sabtu, 16 Maret 2012 langsung tancap gas beli 15 biji telor ayam seharga Rp 1150 di pasar Kemuning sementara. Disebut semenatara, karena pasar yang asli sedang direnovasi. Jadi pasarnya "ngungsi" dulu di jalan dekat SPBU Kota Baru.
Sampai dirumah, si Telor langsung dicuci dan direbus hingga matang.
. Kemudian dibuka itu kulitnya. Ya, pokoknya kesiapan dalam membuat semur telor udah saya lakukan. Tapi dalam hal ini sodara-sodara ada perasaan yang mengganjal. Ada perasaan meragu. Kira-kira semur yang saya buat bakal enak ndak ya? Hem bagusan amat pertanyaanya. Ini lebih sesuai. Kira-kira semur telor yang saya buat berhasil jadi semur ndak ya?. Sebab kalau enak dan tidak enak, urusan dudi alias urusan terakhir Ntar masih bisa dikasi bumbu yang buatnya bisa maknyos, mengutip pak Bondan.
Bumbu sudah disiapkan. Bawang merah putih, lia', keminting, kayu manis, cengkeh dan sahang.
Mulailah saya menumbuk.
Tumbuk bawang putih, lia' dan sahang yang memang sudah halus.
Bawang merah diiris
Selanjutnya. Panaskan minyak goreng, terus renangkan bawang merah yang sudah teriris kedalam minyak panas.
Saat menunggu bawang kemerahan, saya naik ke atas ambil kertas Hvs uenntuk dijadikan alas ikan asin yang tadi digoreng, dan minyakknya masih lumuran.
Kembali ke tempat semua.
Dan mari tepuk tangan.
Bawangnya berhasil berubah warna. Hitam.
Hitam sodara, bukan kecokelatan speerti biasanya. Tapi Hitam. Artinya. Hangus. Hangus. Sekali lagi, Hangus. Ditebalkan Hangus . Dimiringkan Hangus. Digarisbawahi Hangus.
Hangus.
Menyedihkan. Saya pun berhasil menimbulkan perasaan khawatir.
"Pasti diomel"
Kemudian, menyingkirkan yang hitam-hitam. Tapi sayang, tidak berhasil. Orang rumah sudah selesai shalat, dan melihat pekerjaan saya.
Asyeek.
"Itam, itamnye banyak, angus", kata orang rumah. Sayang berusaha sikap biasa saja. Dalam hati, awas lu bawang. Gara-gara lu ni, napa juga pakai acara hangus. Beuh,,kagak enak ati dah. Goreng bawang sampai hangus.
Melanjutkan pekerjaan tadi.
Kasi air banyak-banyak. Kecap, air asam, dan garam. Biarkan mendidih.
Proses ini, saya memasukkan semuanya dengan perasaan. Perasaan yang mengira-ngira saja. Segini airnya, segini garamnya, dan seterusnya.
Mendidih.
Terima kasih. Akhirnya, bumbu yang tadi saya tumbuk, memperlihatkan dirinya dan berteriaaak.
"Woy Ane semua belum halus, ini jadi ngambang".
Sodara, teryata proses penghalusan yang saya lakukan tidak memberi hasil yang sempurna apalagi memuaskan.
Akhirnya. Diantara telor-telor yang nimbul, terlihat juga bawang putih, lia' dan pastinya bawang goreng yang hitam warnanya.
Merasa selesai dengan semur yang gagal saya naik ke atas, masuk kamar, dan berniat tidur siang.
Tak lama. Saya mendengar suara sayup -sayup.
Sepertinya memberikan penilaian untuk semur yang baru saya buat.
Hadeuh, maaf dah. Hanya itu yang saya bisa.
Semur telor gagal.

Sampai dirumah, si Telor langsung dicuci dan direbus hingga matang.
Bumbu sudah disiapkan. Bawang merah putih, lia', keminting, kayu manis, cengkeh dan sahang.
Mulailah saya menumbuk.
Tumbuk bawang putih, lia' dan sahang yang memang sudah halus.
Bawang merah diiris
Selanjutnya. Panaskan minyak goreng, terus renangkan bawang merah yang sudah teriris kedalam minyak panas.
Saat menunggu bawang kemerahan, saya naik ke atas ambil kertas Hvs uenntuk dijadikan alas ikan asin yang tadi digoreng, dan minyakknya masih lumuran.
Kembali ke tempat semua.
Dan mari tepuk tangan.
Bawangnya berhasil berubah warna. Hitam.
Hitam sodara, bukan kecokelatan speerti biasanya. Tapi Hitam. Artinya. Hangus. Hangus. Sekali lagi, Hangus. Ditebalkan Hangus . Dimiringkan Hangus. Digarisbawahi Hangus.
Menyedihkan. Saya pun berhasil menimbulkan perasaan khawatir.
"Pasti diomel"
Kemudian, menyingkirkan yang hitam-hitam. Tapi sayang, tidak berhasil. Orang rumah sudah selesai shalat, dan melihat pekerjaan saya.
Asyeek.
"Itam, itamnye banyak, angus", kata orang rumah. Sayang berusaha sikap biasa saja. Dalam hati, awas lu bawang. Gara-gara lu ni, napa juga pakai acara hangus. Beuh,,kagak enak ati dah. Goreng bawang sampai hangus.
Melanjutkan pekerjaan tadi.
Kasi air banyak-banyak. Kecap, air asam, dan garam. Biarkan mendidih.
Proses ini, saya memasukkan semuanya dengan perasaan. Perasaan yang mengira-ngira saja. Segini airnya, segini garamnya, dan seterusnya.
Mendidih.
Terima kasih. Akhirnya, bumbu yang tadi saya tumbuk, memperlihatkan dirinya dan berteriaaak.
"Woy Ane semua belum halus, ini jadi ngambang".
Sodara, teryata proses penghalusan yang saya lakukan tidak memberi hasil yang sempurna apalagi memuaskan.
Akhirnya. Diantara telor-telor yang nimbul, terlihat juga bawang putih, lia' dan pastinya bawang goreng yang hitam warnanya.
Merasa selesai dengan semur yang gagal saya naik ke atas, masuk kamar, dan berniat tidur siang.
Tak lama. Saya mendengar suara sayup -sayup.
Sepertinya memberikan penilaian untuk semur yang baru saya buat.
Hadeuh, maaf dah. Hanya itu yang saya bisa.
Semur telor gagal.
Komentar