Berita di harian Borneo Tribune pada hari Selasa(06/02/11)
rasanya lebih istimewa untuk saya. Sebab ada bahasan mengenai graffiti hasil
karya remaja Pontianak. Tidak tanggung-tanggung, ada tiga bahasan mengenai hal
tersebut yang berasal dari sajian wartawan yang berbeda, dan dari narasumber
yang berbeda. Ketiganya saya dapatkan di halaman pertama. Meskipun berita ini lebih menunjukkan bahwa
graffiti yang ada ditembok Pontianak, sebagai tempat yang salah dalam penuangan
kreatifnya dan faktor penyebab remaja melakukannya.
Berita tersebut menurut saya sangat menarik. Apalagi
mengenai berita dengan judul Pesan Coretan “I Love You Jihan” yang ditulis oleh
Omy Bintun Nahl. I Love You Jihan, seingat saya adalah coretan pertama yang ada
di tembok yang berada di samping SPBU Jalan MT. Haryono. Padahal tembok
tersebut baru saja berdiri. Kali pertama saya melihatnya, jujur saya
senyum-senyum sendiri. Saya senyum karena merasa lucu saja, baru saja tembok
mulus putih keabuan tersebut dibuat, eh sudah ada yang minat untuk memberikan
karyanya.
Coretan tersebut saya anggap sebagai karya, karya dari seseorang
untuk mengungkapkan perasaannya pada si Jihan tadi. lagi pula kata-kata
tulisannya pun masih sopan. Ini pendapat saya.
Dalam beritanya Omy Bintun Nahl, memapaparkan faktor
penyebab remaja membuat graffiti atau coretan berdasarkan pendapat Drs. H.
Rasmi Sattar, M.Pd, salah seorang pengamat pendidikan di Pontianak. Ada tiga
faktor yang yang disebutkan sebagai pengaruh melakukan hal tersebut, yakni
lingkungan, keluarga, dan sekolah.
Menurut Rasmi Sattar tiga aspek yang membentuk watak anak itu harus
bersinergi. Ya, benar tiga faktor ini harus saling berkerja sama untuk
memberikan ararah kepada remaja. Lembaga pendidikan, orang tua, tokoh agama,
dan pemerintah diharapkan Rasmi Sattar dapat bertemu untuk membicarakan hal
tersebut.
Selain Rasmi Sattar, narasumber lainnya adalah Drs. Dulhadi,
M.Pd yang disebutkan sebagai pemerhati di Kampus STAIN. Dosen yang mengampuh
mata kulisah Psikologi Agama itu memberikan tanggapan tentant latarbelakang
yang menyebabkan remaja membuat coretan di tembok. Menurut Dulhadi, hal
tersebut mungkin rasa iseng yang diluapkan melalui coretan, mencontoh apa-apa
saja yang dilihat. Dulhadi menyarankan
agar orang tua dapat melihat arah minat anak, sehingga minat tersebut dapat
disalurkannya ditempat yang benar.
Coretan dinding di Mata Psikolog Kejiwaan adalah berita yang
dibuat oleh Nur Rabiyah. Berdasarkan
judulnya, berita ini menyajikan tanggapan tentang graffiti berdasarkan psikologi.
Narasumber yang menjadi panduan Nur Rabiyah adalah Hj. Fauziah, M. Pd Kepala
Laboraturium Mikro Konseling STAIN Pontianak.
“Anak remaja yang suka menulis di tembok, bukan pada
tempatnya biasanya dilatarbelakangi untuk menunjukkan ekpresi dari ungkapan
hati, pemikiran, pengamatan yang tertekan”, jelasnya dalam berita Nur Rabiyah.
Menurut Fauziah, pesan yang disampaikan melalui graffiti
dianggapnya dapat berpengaruh pada orang lain, terutama kata-kata yang tidak
sopan, dan gaya bahasa yang menyinggung orang lain, atau perkataan kekerasan
dapat berakibat pada masyarakat, khususnya anak-anak. Pengaruh dari kata-kata
graffiti dapat diikuti dalam bentuk nyanyian.
Penempatan graffiti yang tidak sesuai ini dianggap pula
merusak pemandangan dalam lingkungan, Fauziah menyarankah orang tua untuk
membiasakan anaknya menjaga kebersihan dan lingkungan. Sedangkan sekolah
menyiapkan media untuk menyalurkan gambar kreatif siswanya.
Drs. Aswandi pemerhati Pendidikan Kalimantan Barat dalam
tulisan Widi Aryadi menganggap bahwa graffiti yang dibuat oleh remaja masih
dalam sifat kewajaran. Bahkan Aswandi mendukung adanya graffiti yang dibuat
oleh remaja tersebut, tetapi graffiti yang
memberikan motivasi pada masyarakat, terutama untuk kata-kata bijaknya.
Menurut Aswandi di beberapa daerah tempat menyalurkan graffiti memang
dipersiapkan.
Adanya tempat untuk menyalurkan bakat kreatif ini rasanya memang diperlukan.
Saya sendiri pernah menemukan salah satu graffiti yang dibuat oleh seorang
teman di dinding bangunan yang tidak terpakai lagi. Grafiti yang dibuat sangat
indah menurut saya. Bahkan ia membuat graffiti tersebut di dinding kamarnya.
Kepandaiannya itu ia dapatkan dari beberapa temannya yang ada di Pontianak.
Mereka biasanya membuat graffiti di tembok tempat mereka berkumpul, seperti
Distro. Mungkin, beberapa graffiti yang ada di tembok di Pontianak adalah hasil
teman saya itu.
Positifnya, teman-teman yang pandai membuat gambar graffiti
ini pandai menyalurkannya lagi. Gambarnya ia salurkan dalam bentuk stiker dan
baju pastinya yang seperti ini juga memerlukan bantuan program design. Asyiknya
lagi, graffiti sudah memberinya penghasilan. Baju kaos anak band di Pontianak
ada yang memakai jasanya. Lainnya dia membuat usaha sepatu lukis.
Jika ada tempat khusus untuk mereka, tentulah sangat
menyenangkan. Tembok-tembok pun jadi aman, pemerintah tak perlu lagi
mengeluarkan biaya untuk mengecat ulang. Lagi pula, semisal tembok yang di
A.Yani itu dijadikan tembok khusus graffiti
dan grafitinya dikhususkan untuk Pontianak dengan gambar, kata-kata
cinta, bijak atau symbol yang berhubungan dengan Pontianak atau Kalbar. Bisa
jadi tembok itu akan menjadi wisata.
Saya ingat, beberapa tahun lalu di tembok di depan kantor Dinas Pemuda dan Olahraga Provinsi Kalimantan Barat ada
banyak gambar mengenai budaya di sana. Gambar-gambar tersebut mempercantik
tembok yang sebelumnya berwarna keabuan, kusam. Tapi sekarang, itu gambar-gambar
sudah pudar. Bisa dibilang tak nampak lagi gambar indahnya.
Komentar