Minggu-minggu ini Club Menulis
dan Malay Corner kedatangan tamu Istimewa. Jika Jumat lalu Dr. Taufiq Tanasaldy
Dosen Australia yang datang, Selasanya Peneliti dari Jepang, Sachiko Yokota. Ternyata
keistimewaan itu datang lagi pada hari
Kamis, (19/01/2011). Peneliti dari Institut Teknologi Bandung (ITB), dia
seorang Arsitek. Namanya Riri, lengkapnya Seftrianti Anky Putri.
Jika dua peneliti sebelumnya mencari informasi
mengenai Tionghoa, peneliti cantik ini mencari data mengenai Melayu. Arsitektur
Melayu. Sebenarnya mahasiswa ITB angkatan 2010 ini berasal dari Pontianak. Bisa
dibilang kali ini ia sedang mudik. Tapi, kembalinya ia ke Pontianak tidak sekedar
untuk balik kampung saja atau mencari data saja. Melainkan kedatangnya ini
benar-benar untuk meneliti.
Penelitian yang sangat jauh dari
Institut tempat ia melanjutkan S-2 nya. Namun jarak tersebut tidak menjadi masalah besar. Sebab ada suatu
keinginan yang luar biasa, sehingga ia memilih daerah asalnya sebagai objek
penelitian.
“Ingin memberitahu pada
masyarakat luar bahwa di Indonesia bukan hanya Jogja” kalimat yang saya cerna
dari ungkapannya siang itu.
Mendegar ini saya pun teringat
dengan berita selebritis yang saya baca di salah satu harian local. Jikalau
tidak salah Acha Septriasa. Seingat saya diberita itu, ia mengatakan ingin
mengenalkan pada masyarakat luar bahwa Indonesia adalah Bali. Tapi Bali bagian
dari Indonesia, dan masih banyak daerah lain selain Bali di Indonesia. Cerita seleb
ini ternyata tidak jauh berbeda dengan pengalaman Riri. Indonesia hanya di
kenal dengan beberapa daerah saja.
Ada cerita unik juga. Bahasa
Melayu Pontianak yang biasa digunakan oleh Mbak Riri dan mahasiswa asal
Pontianak berkomunikasi di sana, disebut sebagai bahasanya Upin dan Ipin oleh
teman-temannya yang lain. Ternyata, teman-teman mbak Riri tidak tahu, bahwa
orang Pontianak banyak yang Melayu. Banyak yang bicaranya mirip-mirip dengan
orang Melayu Malaysia. Dari cerita ini,
saya pun merasa tidak heran mengapa Mbak Riri “mau-maunya” melakukan penelitian
di daerah asal. Kalimantan-Jawa Barat. Pontianak-Bandung. Sederhananya memang ingin mengenalkan
Kalimantan Barat, Pontianak Khususnya pada masyarakat di luar pulau, bahkan
luar Negeri.
Beting adalah daerah yang menjadi
objek penelitiannya. Beting dengan rumah khasnya tersebut menjadi daya tarik
untuk Mbak Riri teliti. Menurutnya rumah lanting di sana mempunyai arsitektur
yang unik. Rumah dengan arsitektur yang bagus, dan sebenarnya tidak perlu ada yang
dirubah. Tipologi atau karakter dari rumah tersebut. Mendengar nama daerah ini saya kembali
teringat dengan kedatangan saya kali pertama di sana.
Melangkahkan kaki di jalan-jalan
kecil yang punya banyak jalur itu, menjadikan kunjungan saya sangat bermakna.
Jika tidak hapal dengan jalan, saya rasa bisa tersesat. Selain rumah-rumah di
sana memang masih khas. Letak rumah ini sungguh sangat unik. Rumahnya tinggi dan dibawahnya perairan.
Perairan dari air sungai. Kedatangan saya waktu itu menghadiri undangan resepsi
pernikahan teman sepupu. Menakjubkan Beting mengenalkan dirinya dengan pada
gotong royong sesama warga. Rumah warga yang berhadapan namun terpisah oleh
jalur jalan dan parit besar itu membuat rumah-rumah tidak mempunyai halaman.
Sedangkan resepsi diadakan di depan rumah, beserapo kata orang Melayu di
Kampung Tanjung tempat tinggal saya, alias bertenda.
Ternyata tidak ada halaman, tidak
menghambat acara resepsi. Tenda di dirikan di atas jembatan dan perairan. Kayu
panjang menancap dari bawah untuk menahan lantai atas. Hingga papan-papan tenda
bisa di pasang. Tahukah anda, jikalau tidak salah ada delapan rumah yang
mengorbankan jalan di depan rumah mereka menjadi bagian dari tenda resepsi.
Saya memperhatikan jarak parit dan papan untuk tenda itu. Memerlukan kayu yang
panjang. Pasti perlu orang banyak mengerjakan ini semua. Pasti mereka bergotong
royong.
Mengingat kesepokkan saya setiba
di Beting waktu itu, saya langsung spontan berkata “Beting cocok untuk
dijadikan tempat wisata”. Jika menyamakan Spongspob dan Patrick yang sedang
membawa muka senang, pasti mata saya berbinar-binar dan ada telapak kaki kecil
di dalam mata ini. Hehehe.
“Iya, Penelitian saya lebih pada
kegiatan komersilnya”, seingat saya begitu kata Mbak Riri sewaktu merespon
omongan saya itu.
Penelitian arsitektur rumah
Beting ini tidak sekedar untuk di teliti. Tetapi mengarah pada kegiatan
komersil. Saya sempat bingung dengan cerita mbak Riri ini. Memperjelas
kebingungan itu saya pun bertanya apa yang dimaksud dengan kegiatan komersil.
Hemm ternyata kegiatan komersil tersebut lebih pada kegiatan yang memanfaatkan
bangunan rumah Lanting.
Rumah lanting dengan karakter
aslinya itu akan tetap dipertahankan dan
langsung ditransform menjadi kegiatan komersial. Rumah makan atau
restoran menjadi peluang yang besar di sana. Mbak Riri sempat merasakan masakan
orang di sana.
“Masakannya enak-enak” cerita
Mbak Riri sewaktu ikut Robo’-robo’ di sana “Ayo silakan-silakan, ayo masuk
mbak” kata mbak Riri menirukan. Mbak Riri juga salut dengan keramahan
masyarakat Beting. Keramahan yang tidak ia dapat ketika melakukan penelitian di
Jawa.
Keramahan warga Beting semakin
membuat Mbak Riri terkesima dengan Kampung ini. Hem kalau sudah begini misi
untuk memperkenalkan Pontianak dengan Betingnya pasti berhasil, penelitiannya
pun berjalan lancer. Beting juga semakin dinilai lebih positif. Memang harus
kita yang mengenalkan keunikan, keragaman masyarakat kita sendiri.
Sukses selalu!
Komentar