Saya tidak suka Pink. Tapi bukan berarti saya benci Pink hingga tak mau pakai apapun yang berhubungan dengan Pink.Saya suka Fanta Milk.
Pink itu katanya melambangkan cewek feminim. Lemah-lembut. Manis.
Saya tidak suka Pink, saya juga tidak feminim. Kasar, dan kecut sekali. Saking kecutnya, jangan mencoba untuk merasa. Parah dari ketek. Asem.
Saya tidak suka dandan. Lipstik dan bedak adalah dua hal yang sangat memusuhi saya. Saya tidak tahu sebabnya apa. Pastinya, dua make up penganggu ini sering luntur dari wajah saya.
Dari kecil saya suka main sama Abang saya. Main kelayang, guli, bekubang ke parit, buat raket dari batang pisang, macing ikan di tempirai wak Eman tetangga samping rumah.
Tapi saya yakin, itu semua bukanlah hal-hal yang menyebabkan saya menjadi tidak keperempuanan. Saya hanya tidak suka Pink, dandan, dan saya suka bermain dengan Abang saya. Itu saja.
Tingkah saya, biasa saja. Biasanya membuat lelucon. berperan seperti orang bukit, pakai sepatu injak, tidak pakai kaos kaki, dan kulit saya gelap.
Saya memang tidak punya pacar. Tapi bukan berarti saya tidak tertarik dengan lawan jenis saya. Meski banyak sekali para perempuan yang mau bilang saya sayangnya. Itu cuma gurauan, tidak serius.
Saya suka bergaya seperti zombi, jelangkung, nari ketek dan nari ubur-ubur. Saya tidak bisa nari jepin, dance, atau nari piring.
Saya tidak ahli pakai sandal dan sepatu hak tinggi.
Cara jalan saya juga seperti orang sunat. Ngangkang. Tidak bisa feminim ria.
Saya suka nyengir kuda nil di depan Emak saya. Saya suka praktekkan tarian saya.
Nama saya Farninda Aditya, saya tahu ada nama Aditya, nama anak laki-laki di situ.
Cuma itu saja, tidak berlebihan.
Tapi kenapa Emak bilang "Betolkan Peel, jangan nak macam Banci"
Anehnya si Emak.
Pink itu katanya melambangkan cewek feminim. Lemah-lembut. Manis.
Saya tidak suka Pink, saya juga tidak feminim. Kasar, dan kecut sekali. Saking kecutnya, jangan mencoba untuk merasa. Parah dari ketek. Asem.
Saya tidak suka dandan. Lipstik dan bedak adalah dua hal yang sangat memusuhi saya. Saya tidak tahu sebabnya apa. Pastinya, dua make up penganggu ini sering luntur dari wajah saya.
Dari kecil saya suka main sama Abang saya. Main kelayang, guli, bekubang ke parit, buat raket dari batang pisang, macing ikan di tempirai wak Eman tetangga samping rumah.
Tapi saya yakin, itu semua bukanlah hal-hal yang menyebabkan saya menjadi tidak keperempuanan. Saya hanya tidak suka Pink, dandan, dan saya suka bermain dengan Abang saya. Itu saja.
Tingkah saya, biasa saja. Biasanya membuat lelucon. berperan seperti orang bukit, pakai sepatu injak, tidak pakai kaos kaki, dan kulit saya gelap.
Saya memang tidak punya pacar. Tapi bukan berarti saya tidak tertarik dengan lawan jenis saya. Meski banyak sekali para perempuan yang mau bilang saya sayangnya. Itu cuma gurauan, tidak serius.
Saya suka bergaya seperti zombi, jelangkung, nari ketek dan nari ubur-ubur. Saya tidak bisa nari jepin, dance, atau nari piring.
Saya tidak ahli pakai sandal dan sepatu hak tinggi.
Cara jalan saya juga seperti orang sunat. Ngangkang. Tidak bisa feminim ria.
Saya suka nyengir kuda nil di depan Emak saya. Saya suka praktekkan tarian saya.
Nama saya Farninda Aditya, saya tahu ada nama Aditya, nama anak laki-laki di situ.
Cuma itu saja, tidak berlebihan.
Tapi kenapa Emak bilang "Betolkan Peel, jangan nak macam Banci"
Anehnya si Emak.
Komentar