Tapi, dinatara teman-teman Matematika itu, saya mempunyai teman yang saya rasa, dia juga suka dengan teman saya ini. Menulis.
Dia Tri Rosi Susanti. Teman sewaktu sekelas sewaktu kelas X yang sangat tidak saya suka. Tampangnya sinis, pilih teman, suka minta perhatian tampaknya di kelas.
Tapi, semua menjadi berbeda, ketika saya mengenal dia lebih dekat. Naik kelas XI saya malah duduk satu bangku dengan si alis tebal ini.
Ternyata benar, jangan membenci seseorang dengan berlebihan, karena bisa jadi orang yang kita benci itu menjadi orang yang baik untuk kita.
Dia saya sebut sebagai penulis "Asa". Asa adalah kata-kata yang ia suka gunakan untuk menulis bait-bait bahasa hatinya. Sajak atau puisi.
Beberapa tulisan yang ia buat, selalu saya jumpai Asa. Saya pun menyebutnya Penulis Asa.
Penulis Asa, semakin membuat saya menjadikan dia sebagai teman baik saya. Tidak sekedar sikap, tingkahnya yang baik. Tapi dia juga saya anggap sudah berteman dengan teman saya. Menulis. Penulis Asa yang menulis tentang Asa dalam hatinya.
Ternyata saya salah. Setelah tidak banyak waktu bertemu dengannya, dia mengungkapkan suatu kejujuran. Penulis Asa bilang dia tidak suka dengan teman baru saya. Ah, mungkin dia lupa, bahwa teman saya ini bukan teman baru saya. Mungkin dia lupa, dulu sewaktu duduk di meja yang sama, kita biasa bermain dengan teman ini. Mungkin dia lupa, biasa kita berbagi cerita dalam bahasa hati lewat teman ini. merangkai teman ini diatas kertas. Mungkin dia lupa.
Mungkin, saya yang salah tanggap. Meski saya pernah melihat dan membaca Penulis Asa dalam karyanya.
Kata-kata yang Penulis Asa berikan, sewaktu saya menyapanya:
Kini Asa ku masih mengantuk teman. Apalagi kini kau sibuk dengan teman barumu "menulis".
Ada tawa dalam pesan itu.
Pertanyaan dilontarkan pada Penulis Asa, bukankah ini temanmu juga?
Penulis Asa menjawab:
Tapi dia belum menjadi temanku, karena aku benci dia telah mengambil perhatianmu.
Sungguh luka terasa, ketika tahu kejujuran Sang Penulis Asa. P Penulis Asa, maukah berteman dengan dia juga. Berharap akan ada bait-bait asa yang dapat dibaca lagi. Bait dari Sang Penulis Asa.
Sang Penulis Asa bilang:
Nantilah jika dia berhasil membuatku jatuh cinta padanya. Aku mau berteman dengannya. Tapi "Asa"ku tak begitu menyukainya.
Dia tertawa lagi.
Hem.. Sang Penulis Asa masih saja dengan khasnya. Ceria.
Hem merindukan Sang Penulis Asa, merindukan bait Asanya.
Bisakah kita merangkai teman kita bersama lagi, Sang Penulis Asa?
Komentar