Kamu ingat? Kamu bilang ini sudah tahun 2011, masih jaman
kah membicarakan si itu itu terus.
Kamu ingat? Kamu bilang, emangnya mukamu tu muka duit, muka
Bank. Kalau saya datang dan selalu minta duit seribu atau dua ribu sama kamu.
Meski kamu menggerutu, kamu tetap kasih saya seribu, dua ribu itu.
Kamu ingat? Tahun lalu,saat kamu lebaran ke rumah, pulangnya
saya langsung menelpon kamu, karena saya tahu, Air kaleng saya kamu bawa kabur.
Mengetahui saya tahu, kamu langsung tertawa terbahak-bahak.
Kamu ingat? cerita tentang kamu yang berkemas-kemas
melarikan diri pada tragedi 1999, yang pertama kamu kemaskan adalah sepatu
gunungmu yang ada lampu-lampu itu. kamu bilang, "Itu be nda, sepatu yang
ade lampu-lampunye. dulukkan agik trendnye itu" kamu tertawa.
Kamu ingat? Persahabatan kita sejak MTs, MAN dan sekarang
tidak pernah ada pertengkaran. Karena saya tahu, kamu itu sangat baik, dan kamu
tidak pernah menyakiti perasaan siapapun. Sikap, tingkahmu selalu baik. Kamu memang orang baik.
Kamu Ingat? Julukan "Kembang" yang saya beri untuk
kamu, itu karena kamu suka sekali mengenakan jilbab bunga-bunga. Mengenakan jilbab
yang seperti itu, kamu semakin cantik, cerah, dan selalu segar. Apalagi kamu
pandai sekali memadukan warna baju, rok bahkan make up an kamu. Kamu juga lihai
melangkahkan sepatu high hells. Sesuatu yang sangat tidak pandai saya lakukan.
Kamu tahu? Mak dan Bapak kamu bilang, kami ini obat untuk
sakitmu. Hari itu kami menjengukmu. Kamu tahu, saya kira kamu akan
memberikan tawa nakalmu, itu. Kamu yang
selalu memanggil saya “ndud”. Hah,
ternyata saya tidak mendapat itu. Kamu sangat jelek, bukan karena kamu tidak
mengenakan jilbab, dan berbedak. Kamu tampak jelek, karena kamu tidak tersenyum
dengan saya. Kamu tidak bicara sepatah kata pun pada saya. Padahal saya sudah
menunjukkan dua jari saya yang katanya lambing “peace” itu, dan tersenyum
seperti biasa. Parahnya, kamu tidak merespon saya. Padahal saya ingin sekali,
menjadi seperti yang Mak dan Bapak kamu inginkan, menjadi obat untuk kamu.
Dan, apakah kamu tahu? setangkai kembang ungu yang saya letakkan
di samping kamu. Berharap jika kamu sudah baikkan, kamu bisa lihat itu. Dan
kamu tersenyum. Berteriak seperti biasanya "Aaaa kau Nda-nda".
Sempatkah kamu membacanya?. Saya tulis di secarik kertas
"Untuk Kembang. SEMBUH Ya SAYONGS". Saya sengaja tidak menggunakan
Ssemoga, Lekas, cepat atau apalah. Saya sengaja tulis "SEMBUH",
karena saya tidak mau berharap. Tapi saya mau kamu sembuh. .
Saya tidak bisa berlama-lama menemani kamu semalam. Saya
mesti pergi untuk menemani orang rumah pergi undangan. Saya pulang ke rumah.
Besoknya, saya menemui kamu lagi. Kamu sudah pulang.
Pulang, sinonim dari kata yang selalu
kamu sebutkan saat kamu masih lemah di rumah sakit. “Mak, balek yok mak. Mak, balek yok mak,
balek yok”. Itu-itu terus yang kamu pinta.
Dan, permintaan kamu dikabulkan.
Saya menemui kamu. Bersama yang lain, ramai sekali. Saya dan
yang lainnya menemui kamu. Tapi,
saya gagal lagi mendapatkan senyum kamu
yang nakal itu.
Jujur, saya tidak suka mellihat kamu, saat kamu pucat. Saya
tidak suka melihat kamu yang pucat itu. Saya sangat tidak suka. Saya suka lihat
kamu dengan dandanan kamu. Wajah kamu tampak cerah. Makanya, saya suka melihat
kamu “dulu” dalam-dalam. Saya memastikan tidak ada yang pucat dari kamu. Saya
senang, lagi pula kamu pasti banyak
makan. Saya senang kalau kamu sehat-sehat saja.
Tapi, tadi saya melihat kamu dengan wajah yang sangat pucat.
sangat. Karena saya tidak suka, maka saya tidak mau melihat kamu lama-lama.
Tapi, meski tidak lama, tetap saja membuat saya menerjunkan
air mata. Air mata karena mengingat
kebersamaan kita. Kebersamaan yang tidak bisa lagi kita lanjutkan. Saya tidak
menangisi jasad kamu. Tidak. Saya menangisi kebersamaan kita yang tidak kita
lanjutkan lagi di dunia ini. Saya yang tidak akan mendengar kamu bilang:
Sudah tahun 2011, masih jaman kah membicarakan si itu itu terus.
Emangnya muke aku ni
muke duet, muke Bank.
Kalau saya datang dan
selalu minta duit seribu atau dua ribu sama kamu. Meski kamu menggerutu, kamu
tetap kasih saya seribu, dua ribu itu.
Sudah, saya tidak meminta kamu untuk mengingatnya lagi.
Komentar