Langsung ke konten utama

Hadiah untuk Emak dan Bapak


Ada yang menyesak dalam hati

Ada rasa haru yang menodongnya

Ada rasa rindu ingin kembali

Ada rasa.. ada banyak rasa

Hem,,, tiba-tiba rindu keluarga. Rindu emak, dan rindu bapak. Tadi siang ada amplop putih yang saya masukan di dalam kocek baju. Sejumlah uang. Ini bisa dikatakan honor memandu. Senang, tapi lebih senang saya bisa membantu. Ya, beberapa waktu lalu, saya dipinta oleh seorang dosen untuk memandu guru-guru PAI se Kalimantan Barat, mengoperasikan komputer dan internet. Saya memang tidak ahli. Saya mengakui itu. Saya sekedar tahu, itu pun masih sangat sedikit.

Ya, uang yang ada di amplop itu rencananya, ingin saya sisihkan untuk memberlikan mak hadiah. Saya hanya ingin memberi sesuatu yang memang bisa dikatakan, hasil kerja saya. Jika nanti itu terwujud , itu bukan berarti itu adalah hadiah yang pertama yang saya berikan untuk emak. Saat lebaran saya kadang juga menyisihkan uang untuk memberli sesuatu yang melengkapi perlengkaapan lebaran. Bersama-sama memberi yang terbaik untuk hari raya. Hehe paling tidak ini bisa membantu emak. Boleh lah dianggap hadiah. He!. Tapi, hadiah-hadiah itu, saya rasa tidak lebih istimewa dari hasil kerja saya yang ini.

Ha—emak adalah orang tua kandung satu-satunya yang saya punya sekarang. Setelah bapak lebih dulu meninggalkan kami, saat itu saya berusia empat tahu setengah. Tahun 1995. Sebenarnya semasa kecil, sebelum bapak meninggal. Waktu saya memang lebik banyak bersama emak, itulah yang saya rasakan. Tapi, entah mengapa, saat itu yang lebih saya sayang adalah bapak. Saya hanya bisa menjawab. Bapak memang lebih memanjakan saya dari pada emak. Jika biasanya, emak lah yang lebih memanjakan anak-anak mereka. Maka, sedikit berbeda dengan saya saat itu.

Meski usia saya masih empat tahunan, saya masih ingat bagaimana manjanya saya pada bapak. Allah memang adil, Ia benar-benar tidak mengambil bapak seutuhnya dari saya. Allah memberi saya ingatan yang kuat, sehingga saya masih mempunyai bapak, dalam kenangan saya. Saya masih ingat, rambut bapak yang lebat, dan mulai memutih waktu itu. Bapak punya kumis, yang juga cukup tebal. Bila bapak memberi ciuman sayangnya, maka kumis itu terasa tajam di wajah saya. Kulit bapak hitam, tapi tidak sehitam orang negro. Kulit bapak hitam karena tersengat matahari. Bapak bekerja di ladang, kadang ke laut mencari batang pohon, kadang bapak juga jadi tukang. Tukang bangunan. Bapak punya postur tubuh yang cukup keren dimataku. Bapak tinggi dalam penglihatan saya waktu itu, apakah karena saya sangat kecil, atau bapak memang tinggi. Dalam pandangan saya bapak tidak kurus, pastinya bapak juga tidak gemuk. Pokoknya ideal.

Jika kami ke ladang padi, bapak tidak segan-segan menggendong saya dengan pundaknya. Saya akan menjadi sangat tinggi, melebihi bapak. Saya juga dengan santai mengacak-acak rambut bapak waktu itu. ha.. saya memang tidak sopan ya?. Saat malam, saya dan bapak banyak menghabiskan waktu bersama. Setelah pulang dari ladang, kami bersiap-siap shalat ke masjid yang kiranya 200 meter dari rumah kami. Rumah kami ini, biasanya disebut dengan gubuk. Ya, wajar saja. Rumah kami sangat kecil. Berdinding papan dan beratap daun nipah. Mak dan bapak biasa membuatnya atap itu. Batang dahan kelapa, daun nipah, dan kulit bemban. Mak dan bapak hebat.

Kami bertiga akan pergi ke masjid. Shalat berjamaah disana. Saya suka memperhatikan bapak shalat. Jika sudah pada tahyatul akhir, bapak pasti menundukkan kepalanya. Dan saat dizikir, bapak juga menggeleng-gelengkan kepalanya. Khusyuk, mungkin.

Biasanya saat pagi, saya mendapatkan kejutan luar biasa dari bapak. Dulu kami tidur dalam kehangatan kelambuh yang cukup tebal, dan pastinya menjauhi nyamuk-nyamuk. Maklum, kami ini tinggal di pematang lading. Di kelambuhan itulah, biasanya saya akan menemukan sekantong kue, yang bergantung di ikatan pintu kelambuh. Anak mana yang tidak senang, bangun-bangun tidur sudah melihat ada sekantong kue di depannya. Jika tidak ada yang senang dengan hal ini, maka saya lah orang yang paling senang dan beruntung mempunyai bapak yang telah mengawali hari saya dengan kebahagiaan.

Saya tahu, kami bukan dari keluarga yang mampu. Bapak, bukanlah orang yang mempunyai pekerja tetap. Emak, saat itu ikut berladang, sambil menjual kue. Roti sagu dan Roti Kap. Waktu itu, saya tidak tahu bagaimana isi hati saya yang sebenarnya, apa saya ini memang orang yang pengertian, sehingga memahami kondisi ekonomi keluarga kami. Atau saya memag sudah terbiasa dengan hal-hal yang biasa. Jadi jika saya tidak punya boneka yang dari pabrik itu, saya pun biasa, biasa saja. Jadi saya memang tidak terbiasa untuk meminta barang-barang yang mahal. Seingat saya, saya punya boneka Barbie, boneka itu emak yang belikan. Tapi, sebelum boneka itu ada, boneka yang saya andalkan, hanyalah guling kecil yang saya punya. Itulah boneka saya. Guling boneka itu, saya ajak bermain di dalam rumah. Jika mak sibuk mengadon Roti-rotinya, saya sibuk bermain dengan guling boneka. Jadi, kami sama-sama sibuk.

Sejak kecil saya tidak hanya bermain dengan anak-anak perempuan. Saya juga bermain dengan anak laki-laki yang umurnya lebih tua dari saya. Anak laki-laki, kadang tidak jauh dari mainan mobil-mobilan. Saya suka mainan ini. Bapak yang mengetahui bahwa anak perempuannya menyukai mainan beroda empat itu, bapak pun berusaha membuat anaknya senang dengan menghadiahkan mainan mobil-mobilan. Mobil yang saya punya, memang tidak dengan ban empat yang berwarna hitam. Tidak ada besi-besi. Tidak ada warna-warna, apalagi merknya. Mobil yang bapak, berikan pada saya adalah mobil rancangan bapak sendiri. Bapak yang membuatnya. Ahh senangnya punya bapak yang bisa bertukang. Bapak, membuat mobil itu dengan papan. Mobil berbentuk persegi empat. Ban dari mobil itu juga dari papan. Bapak sangat lihai mengubahnya menjadi roda. Mobil saya antik, dan tentu berbeda dari yang lain. Sebut mobil buatan bapak ini, truk. Karena tidak ada pelindung diatasnya.

Dengan truk buatan bapak, saya pun dengan bangga menentengnya bermainan bersama-sama kawan-kawan saya waktu itu. Siapa yang sangka, truk buatan bapak menjadi mobil favorit anak laki-laki lainya. Mereka berebutan ingin meminjam truk buatan bapak. Kami pun dengan semangatnya memasukan pasir kedalam bak truk buatan bapak. Kemudian menariknya dengan tali yang sudah bapak ikatkan di depan truk.

Saya memang sayang bapak. Saya juga sayang emak. Namun, sayangnya kebersamaan saya lebih singkat bersama bapak. Maka, waktu-waktu yang saya punya bersama bapak, adalah hal yang sangat berharga sekali. Saya memang beruntung, masih mempunyai kenangan itu. Saya juga tidak ingin kenangan itu, hanya menjadi kenangan. Jujur saya tidak percaya dengan ingatan saya untuk kemudian hari. Saya tidak yakin, saya bisa mengenang kebersamaan saya dan bapak sama seperti saya mengenangnya hari ini. Untuk itulah, saya selalu berusaha menyimpannya dalam bentuk yang bisa mengingatkan saya tanpa batas. Saya menyimpannya di dalam tulisan. Saya juga ingin menceritakan kebahagiaan saya bersama bapak saya. Paling tidak untuk anak-anak saya kemudian. Mereka harus mengenal datoknya. Mereka harus tahu, bahwa datoknya sangat menyayangi saya. Mereka juga bisa bangga punya datok seperti bapak. Tulisan-tulisan saya tentang kebersamaan saya dan bapak ini, saya sebut ; hadiah saya untuk bapak.

Untuk saat ini, saya masih bisa berusaha untuk memberi hadiah-hadiah untuk emak. Hadiah yang nanti saya berikan, bisa emak lihat, emak raba, dan emak rasakan. Bahkan, saya juga berjanji ,sukses saya, tujuan hidup saya, salah satunya membuat emak bahagia. Semoga saya bisa memberi hadiah-hadiah itu untuk emak. Hadiah yang tidak sekedar berbentuk barang.

Mereka adalah inspirasi saya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pertemuan 1: Magang 1

    Assalamualaikum, ww.   Halo kawan-kawan mahasiswa. Selamat telah sampai pada level ini. Selamat sudah masuk sampai perkuliahan Magang 1. Selamat juga berhasil menyelesaikan ritme perkuliahan melalui Daring selama ini. Kalian semua hebat.   Pada perkuliahan Magang1, saya Farninda Aditya dimanahkan untuk mengampu mata kuliah ini. Bagi yang sudah pernah bertemu dengan saya pada mata kuliah sebelumnya, Bahasa Indonesia terutama, tentu sudah paham bagaimana gaya pembelajaran saya.    Menulis adalah yang Utama. Disiplin adalah Aturan. Komunikasi adalah Penyelamat.  Sebelum membahas tentang Apa itu Mata Kuliah Magang?, perkenankan saya menjelaskan cara belajar kita.   Pertama,  Media . Media utama yang digunakan adalah WhatsAap, e-Leraning, Google Meet, Youtube, Instagram, dan Blog.   Media berkomunikasi adalah WhatsAap dan pembelajaran adalah e-Learning. Jadi, segala informasi akan saya sampaikan sebelumnya melalui ...

RPS Bahasa Indonesia

Deskripsi Mata Kuliah : Mata kuliah Bahasa Indonesia adalah Mata Kuliah Umum (MKU) yang berisi materi kebahasaan yang menunjang Kompetensi pedagogik, Kompetensi kepribadian, Kompetensi sosial, Kompetensi profesional mahasiswa Tarbiyah dan Ilmu Keguruan dalam bidang sebagai calon pendidik. Materi meliputi; Hakikat dan kedudukan Bahasa Indonesia, Sejarah Perkembangan Bahasa Indonesia, Ejaan yang Disempurnakan (EyD), Analisis Kesalahan Berbahasa Indonesia secara Lisan dan Tulisan (Bahasa Indonesia yang baik dan benar), Dasar-Dasar Mengarang (Ragam, fungsi dan diksi bahasa Indonesia, Pemanfatan kamus bahasa indonesia (Bahasa Baku), Pemanfaatan kamus dan tesaurus, Ragam bahasa ilmiah lisan dan tulisan, dan demonstrasi berbahasa Indonesia RPS Bahasa Indonesia   1.     Aditya, F. (2018). Forms And Meanings Of Traditional Foods In Tanjung Village Community, Mempawah, West Kalimantan. Khatulistiwa , 8 (2). https://doi.org/10.24260/khatulistiwa.v8i2.1161 2.   ...

Daftar Riwayat Hidup: Farninda Aditya

  DAFTAR RIWAYAT HIDUP DATA PRIBADI Nama Lengkap                            : Farninda Aditya NIP                                                                  : 199008242019032012 Jabatan                                                  : Penata Muda Tk.I, (III/b) Asisten Ahli Jabatan Tambahan                             : Sekretaris Prodi PIAUD FTIK IAIN Pontianak Dosen Pengampu                ...