Buku Raditya Dika, Radikus makankakus yang sebenarnya nggak ada hubungannya sama kakus ini, barusan habis saya baca. Setelah berminggu-minggu lamanya selalu saya bawa pergi. Setelah melahap bacaan yang cukup mengilangkan penatnya tugas kampus. Saya menjadi bingung. Bingung harus melakukan apa lagi. Buka Facebook, dari Hp rasanya semakin bosan. Selain malam ini, saya memang benar-benar merasa bodan. Ada yang hilang, rasanya. Saya masih dalam keadaan yang tidak stlabil. Bimbang dan tidak karuan, belum bisa mendapat kejelasan. Apa yang saya rasakan hilang itu. Tapi, untuk saat ini, yang saya tahu. Saya merasa kehilangan waktu.
Beberapa hari ini, saya cukup santai menghabiskan 24 jam yang ada. Merasa ada yang kurang bermanfaat, atau tidak merasa puas dengan apa yang saya lakukan dalam beberapa hari ini. Jika, saya pernah menulis tentang sibuk tak maksimal. Tentang kesibukan saya, yang tidak menghabiskan waktu saya untuk hal-hal yang bermanfaat dan sesuai target. Bahkan saya juga merasa saya tidak memberi waktu saya untu sahabt-sahabat saya, sehingga mereka dengan sangat polosnya memberi julukan saya si sibuk.
Kali ini, waktu yang saya punya saya gunakan bukan untuk hal-hal yang sibuk. Tapi lebih pada menghabiskan waktu itu dengan percuma. Beberapa minggu ini, waktu saya memang lebih banyak saya berikan pada sahabat-sahabat saya. Hal saya lakukan untu menembus kesalahan saya pada mereka. Saya yang tidak perhatian pada mereka, dan pastinya saya tidak mau kehilangan waktu mereka nantinya, karena mereka sibuk dengan teman-teman baru mereka. Selain itu, saya juga lebih banyak waktu untuk bisa tidur siang. Whuaaa, saya sebenarnya merasa ini adalah waktu-waktu yang dulunya saya jarang temui. Meski saya tahu, sebanarnya dulu-dulu itu, juga nggak terlalu banyak saya lakukan. Tapi masiha da yang bermanfaat, dari pada menghabiskannya untuk tidur.
Mungkin ini dikarenakan, karena bertepatan dengan waktu libur. Jadi tugas saya sebagai jurnalis kampus, juga agak longgar. Karena belum ada redaksi yang kami rapatkan sehingga belum ada liputan. Tugas saya di club juga tidak banyak. Yakni persiapan untuk penelitian untuk buku tionghoa di Kalimantan Barat saja. Dan anak-anak banyak yang mudik, sehingga club minim penghuninya.
Tapi, saya mulai sadar, atau hanya diagnosis belaka saya saja. Saya merasa bahwa saya benar-benar kehilangan banyak waktu ini, saat saya menemukan kertas karton yang panjangnya kira-kita tiga jengkal tangan saya, yang berisi peta konsep perjalanan kuliah saya. Di situ saya tulis bahwa pada tahap pertama di semester V (saat menulis itu, saya semester V) saya sudah punya masalah untuk saya jadikan penelitian tugas akhir. Maka di kolom pertama yang ada angka satu itu, dan dibawahnya ada panah kearah bawa yang menunjukan tulisan saya tentang konsep pertama, yakni Siapkan masalah. Semester V/harus. Di kolom kedua, saya menargetkan pada tahap ini saya sudah gencarnya mengumpulkan data dan saya sudah seminar proposal. Saya membuat tulisan dengan kalimat yang bernada tekanan. S.VI/mesti. Di peta konsep urutan tiga, saya sudah berada di semester VII. Dikonsep ini saya sudah mulai menulis skripsi. Jadi sambil PPl saya sambil nulis skripsi. Disitu saya tulis, Tentunya. Yang artinya semester ini tentunya saya menulis skripsi. Konsep ke empat, saya semester VIII. Saat itu, saya sudah KKL. Dan saya menggambar kuali yang nagkring di atas kompor. Diatas kuali itu saya tulis Mateng. Artinya, semester VIII skripsi saya sudah selesai. Kemudian setelah skripsi, saya pun wisuda. Saya menggambar diri saya disana. Saya yang sedang mengenakan toga. Terakhir, saya mengambar diri saya yang sedang mengajar. Ohhh so sweetnya peta konsep saya ini.
Berawal dari penemuan kertas konsep yang sempat saya lepas dari dinding, karena pindah kamar. Saya menjadi merasa bahwa saya telah gagal. Saya tidak berhasil mencapai apa yang sudah saya targetkan. Buktinya, sekarang saya semester VI, dan saya belum mencapai target untuk semester V. inilah awal dari kegalauan saya. Memang pada dasarnya tidak ada kata terlambat. Seharusnya saya tidak meratapi waktu-waktu yang hilang itu. Saya lebih baik menjalani hari-hari saya dengan semangat. Toh, jika target ini memang tidak kesampaian. Ada banyak hal yang luar biasa yang terjadi pada diri saya satu tahun ini. Misalnya saja, saya bisa melihat karya nyata saya dalam bentuk antologi cerpen, penulisan profil, dan kisah perjalanan. Bahkan, banyak hal yang tidak terduga terjadi.
Tapi, saya tidak boleh puas dengan hal yang tidak terduga atau tidak masu target jam terbang saya sebagai mahasiswa di konsep itu. Saya pernah membaca komentar seseorang di blognya Fikri Rasyid, dia bilang puas artinya akhir dari kreatifitas. Dan saya tidak mau itu terjadi pada diri saya. Banyak hal yang ingin saya capai. Banyak inspirasi yang belum saya tuangkan dalam karya nyata.
Ohh, kalian tahu. Sekarang saya sudah tidak merasa galau lagi. Saya sudah tidak merasa kehilangan lagi. Menulis tulisan ini dan sambil merenung dengana kal positif berhasil membuat saya bersemangat kembali.
NB: Menulis, dan temukan semangat kamu kembali.
Beberapa hari ini, saya cukup santai menghabiskan 24 jam yang ada. Merasa ada yang kurang bermanfaat, atau tidak merasa puas dengan apa yang saya lakukan dalam beberapa hari ini. Jika, saya pernah menulis tentang sibuk tak maksimal. Tentang kesibukan saya, yang tidak menghabiskan waktu saya untuk hal-hal yang bermanfaat dan sesuai target. Bahkan saya juga merasa saya tidak memberi waktu saya untu sahabt-sahabat saya, sehingga mereka dengan sangat polosnya memberi julukan saya si sibuk.
Kali ini, waktu yang saya punya saya gunakan bukan untuk hal-hal yang sibuk. Tapi lebih pada menghabiskan waktu itu dengan percuma. Beberapa minggu ini, waktu saya memang lebih banyak saya berikan pada sahabat-sahabat saya. Hal saya lakukan untu menembus kesalahan saya pada mereka. Saya yang tidak perhatian pada mereka, dan pastinya saya tidak mau kehilangan waktu mereka nantinya, karena mereka sibuk dengan teman-teman baru mereka. Selain itu, saya juga lebih banyak waktu untuk bisa tidur siang. Whuaaa, saya sebenarnya merasa ini adalah waktu-waktu yang dulunya saya jarang temui. Meski saya tahu, sebanarnya dulu-dulu itu, juga nggak terlalu banyak saya lakukan. Tapi masiha da yang bermanfaat, dari pada menghabiskannya untuk tidur.
Mungkin ini dikarenakan, karena bertepatan dengan waktu libur. Jadi tugas saya sebagai jurnalis kampus, juga agak longgar. Karena belum ada redaksi yang kami rapatkan sehingga belum ada liputan. Tugas saya di club juga tidak banyak. Yakni persiapan untuk penelitian untuk buku tionghoa di Kalimantan Barat saja. Dan anak-anak banyak yang mudik, sehingga club minim penghuninya.
Tapi, saya mulai sadar, atau hanya diagnosis belaka saya saja. Saya merasa bahwa saya benar-benar kehilangan banyak waktu ini, saat saya menemukan kertas karton yang panjangnya kira-kita tiga jengkal tangan saya, yang berisi peta konsep perjalanan kuliah saya. Di situ saya tulis bahwa pada tahap pertama di semester V (saat menulis itu, saya semester V) saya sudah punya masalah untuk saya jadikan penelitian tugas akhir. Maka di kolom pertama yang ada angka satu itu, dan dibawahnya ada panah kearah bawa yang menunjukan tulisan saya tentang konsep pertama, yakni Siapkan masalah. Semester V/harus. Di kolom kedua, saya menargetkan pada tahap ini saya sudah gencarnya mengumpulkan data dan saya sudah seminar proposal. Saya membuat tulisan dengan kalimat yang bernada tekanan. S.VI/mesti. Di peta konsep urutan tiga, saya sudah berada di semester VII. Dikonsep ini saya sudah mulai menulis skripsi. Jadi sambil PPl saya sambil nulis skripsi. Disitu saya tulis, Tentunya. Yang artinya semester ini tentunya saya menulis skripsi. Konsep ke empat, saya semester VIII. Saat itu, saya sudah KKL. Dan saya menggambar kuali yang nagkring di atas kompor. Diatas kuali itu saya tulis Mateng. Artinya, semester VIII skripsi saya sudah selesai. Kemudian setelah skripsi, saya pun wisuda. Saya menggambar diri saya disana. Saya yang sedang mengenakan toga. Terakhir, saya mengambar diri saya yang sedang mengajar. Ohhh so sweetnya peta konsep saya ini.
Berawal dari penemuan kertas konsep yang sempat saya lepas dari dinding, karena pindah kamar. Saya menjadi merasa bahwa saya telah gagal. Saya tidak berhasil mencapai apa yang sudah saya targetkan. Buktinya, sekarang saya semester VI, dan saya belum mencapai target untuk semester V. inilah awal dari kegalauan saya. Memang pada dasarnya tidak ada kata terlambat. Seharusnya saya tidak meratapi waktu-waktu yang hilang itu. Saya lebih baik menjalani hari-hari saya dengan semangat. Toh, jika target ini memang tidak kesampaian. Ada banyak hal yang luar biasa yang terjadi pada diri saya satu tahun ini. Misalnya saja, saya bisa melihat karya nyata saya dalam bentuk antologi cerpen, penulisan profil, dan kisah perjalanan. Bahkan, banyak hal yang tidak terduga terjadi.
Tapi, saya tidak boleh puas dengan hal yang tidak terduga atau tidak masu target jam terbang saya sebagai mahasiswa di konsep itu. Saya pernah membaca komentar seseorang di blognya Fikri Rasyid, dia bilang puas artinya akhir dari kreatifitas. Dan saya tidak mau itu terjadi pada diri saya. Banyak hal yang ingin saya capai. Banyak inspirasi yang belum saya tuangkan dalam karya nyata.
Ohh, kalian tahu. Sekarang saya sudah tidak merasa galau lagi. Saya sudah tidak merasa kehilangan lagi. Menulis tulisan ini dan sambil merenung dengana kal positif berhasil membuat saya bersemangat kembali.
NB: Menulis, dan temukan semangat kamu kembali.
Komentar