
Ini cerita tentang keponakanku bernama Keysa.
Umurnya baru jalan 3 tahun. Rambutnya lumayan tipis. Pendek sangat pendek. Pas sekali dengan tengkuknya. Kulita sawo matang. Mukanya bulat. Kalau tersenyum manis sekali. Giginya putih, bersih dan rapi. Karena Keysa sedikit lebih rajin menggosok gii dari pada kakaknya Saskia.
Si Sasa, panggilan akrab Saskia, giginya ompong didepan, plus ada warna hitamnya.

Tadi pagi. Sekitar pukul 08:00 gitulah, atau setengah Sembilan (Lupa). Si Keysa sudah ada di rumah. Alias rumah neneknya. Faktanya kan, aku nebeng tinggal ni di rumah neneknya Keysa. Si Datok Key punya .status sodara dengan emak. Huee
Aku yang rajin, sedang mencuci piring. Sambil meramu piring, sendok, gelas, panci, kuali dan segala hal dengan busa melimpahnya mama lemon, aku bebicara panjang lebar dengan si Key. Sekaligus aku mengkhayal nantinya anak kecil yang masih ingusan di depan aku itu, besarnya jadi seorang pengacara. Hehhe. Soalnya dia itu pandai sekali berbicara, terutama menjadi pembela. Dan sangat utama keysa pandai membele diri.
Si Keysa itu malas mandi. Nggak tau kenapa. Pastinya bukan keturunan. Kalau disuruh mandi si Key pasti punya 1001 alasan, untuk menyelamatkan diri biar nggak mandi. Jadi tadinya itu Nenek Key, dengan sayangnya mencium Key. Terus nenek bilang, “Wangii”.
Padahal sangat jelas key masih pakai baju batik, baju tidur dan mukannya itu masih sangat masai, lumos, alias moreng. Wajah belum mandinya Key sudah sangat memberi kabar, Key Belum Mandi.
Aku yang masih membilas cucian pun masih berbicara panjang lebar dengan Key. Misalnya, mengajari key untu bisa nyebut B atau C. Karena Key kalau ngomong, huruf pertama setiap kata berawalan H. contohnya katat Bukan. Key akan bilang Hukan. Atau Hutan. Hadi halau Homong Hame Hadek (Key) hesti .Matai huluf H lebih dahulu.
“Dedek ndak mandi’?” kataku masih membilas cucian
“Hendak, dhedhek hasih hangi”. Ndak dedek masih wangi
Alamak, alasannya Smart kan. Masih wangi. Jadi, pelajaran dan alasan pertama; kalau masih wangi nggak apa-apa nggak mandi.
“Sape yang bilang dede wangi”
“Nhenek la”
Nenek pun menyahut dari kamar mandi, “ndak.. busuk” suara nenek kedengaran hingga ke rumah sebelah. (ngasal)
Key bawa muka biasa saja.
Cucian masih didalam bak hitam. Key berjalan perlahan kea rah kamar mandi. “nhek, Dhedek hauk E’eek”. Key semakin berhati hati berjalan
Nenek pun keluar, dan Key masuk ke kamar mandi yang tumpang sari sama WC nya.
“blup..blup” (kalik) Key e’ek.
Selesai ee’ek Key dipujuk lagi biar mandi. “dedk mandi ya. Nenek masak air panas” kata nenek sambil membawa panic berisi air.
“Nhenhek jhak hulu’” Kat Key, yang masih nongkrong di WC
“Nenek udah mandi” kata nenek
“Chu Nda jak hulu’ “ Key menawarkan aku biar lebih dulu mandi
“Chu Nda dah mandi”, aku bohong.
“Cu nda, Nenek, Datok dan mandi semue”, kataku bohong lagi. Biar key mau mandi. Piker-pikir Key pasti udah ndak punya rekomendasi lain.
“Dhedek hauk Nhonton bha”. Alamak, Key punya alasan lain.
“Dhedek hauk matan kHue Bha, Nhek” lagi, punya alasan lain.
“Iya..iya..”kata Nenek. Aku rasa nenek tak kuasa, memancing emosi key. Si Key punya jurus andalan. Yakni nangis, senangis nangisnya. Hhh. Nanti “Nhek..Hendong”…..
Lagi pula, nanti Key pasti punya alasan lain. Missal habis Matan khue, Key mau mimic. Dah gitu bobo’. Jadi akhirnya sampai siang, masih nggak mau mandi. Ya.. minimal Nangiss.. hehhehe
Si Key cocok kan jadi pembela….. pembela yang baik buat nyelamatkan diri
Umurnya baru jalan 3 tahun. Rambutnya lumayan tipis. Pendek sangat pendek. Pas sekali dengan tengkuknya. Kulita sawo matang. Mukanya bulat. Kalau tersenyum manis sekali. Giginya putih, bersih dan rapi. Karena Keysa sedikit lebih rajin menggosok gii dari pada kakaknya Saskia.
Si Sasa, panggilan akrab Saskia, giginya ompong didepan, plus ada warna hitamnya.

Tadi pagi. Sekitar pukul 08:00 gitulah, atau setengah Sembilan (Lupa). Si Keysa sudah ada di rumah. Alias rumah neneknya. Faktanya kan, aku nebeng tinggal ni di rumah neneknya Keysa. Si Datok Key punya .status sodara dengan emak. Huee
Aku yang rajin, sedang mencuci piring. Sambil meramu piring, sendok, gelas, panci, kuali dan segala hal dengan busa melimpahnya mama lemon, aku bebicara panjang lebar dengan si Key. Sekaligus aku mengkhayal nantinya anak kecil yang masih ingusan di depan aku itu, besarnya jadi seorang pengacara. Hehhe. Soalnya dia itu pandai sekali berbicara, terutama menjadi pembela. Dan sangat utama keysa pandai membele diri.
Si Keysa itu malas mandi. Nggak tau kenapa. Pastinya bukan keturunan. Kalau disuruh mandi si Key pasti punya 1001 alasan, untuk menyelamatkan diri biar nggak mandi. Jadi tadinya itu Nenek Key, dengan sayangnya mencium Key. Terus nenek bilang, “Wangii”.
Padahal sangat jelas key masih pakai baju batik, baju tidur dan mukannya itu masih sangat masai, lumos, alias moreng. Wajah belum mandinya Key sudah sangat memberi kabar, Key Belum Mandi.
Aku yang masih membilas cucian pun masih berbicara panjang lebar dengan Key. Misalnya, mengajari key untu bisa nyebut B atau C. Karena Key kalau ngomong, huruf pertama setiap kata berawalan H. contohnya katat Bukan. Key akan bilang Hukan. Atau Hutan. Hadi halau Homong Hame Hadek (Key) hesti .Matai huluf H lebih dahulu.
“Dedek ndak mandi’?” kataku masih membilas cucian
“Hendak, dhedhek hasih hangi”. Ndak dedek masih wangi
Alamak, alasannya Smart kan. Masih wangi. Jadi, pelajaran dan alasan pertama; kalau masih wangi nggak apa-apa nggak mandi.
“Sape yang bilang dede wangi”
“Nhenek la”
Nenek pun menyahut dari kamar mandi, “ndak.. busuk” suara nenek kedengaran hingga ke rumah sebelah. (ngasal)
Key bawa muka biasa saja.
Cucian masih didalam bak hitam. Key berjalan perlahan kea rah kamar mandi. “nhek, Dhedek hauk E’eek”. Key semakin berhati hati berjalan
Nenek pun keluar, dan Key masuk ke kamar mandi yang tumpang sari sama WC nya.
“blup..blup” (kalik) Key e’ek.
Selesai ee’ek Key dipujuk lagi biar mandi. “dedk mandi ya. Nenek masak air panas” kata nenek sambil membawa panic berisi air.
“Nhenhek jhak hulu’” Kat Key, yang masih nongkrong di WC
“Nenek udah mandi” kata nenek
“Chu Nda jak hulu’ “ Key menawarkan aku biar lebih dulu mandi
“Chu Nda dah mandi”, aku bohong.
“Cu nda, Nenek, Datok dan mandi semue”, kataku bohong lagi. Biar key mau mandi. Piker-pikir Key pasti udah ndak punya rekomendasi lain.
“Dhedek hauk Nhonton bha”. Alamak, Key punya alasan lain.
“Dhedek hauk matan kHue Bha, Nhek” lagi, punya alasan lain.
“Iya..iya..”kata Nenek. Aku rasa nenek tak kuasa, memancing emosi key. Si Key punya jurus andalan. Yakni nangis, senangis nangisnya. Hhh. Nanti “Nhek..Hendong”…..
Lagi pula, nanti Key pasti punya alasan lain. Missal habis Matan khue, Key mau mimic. Dah gitu bobo’. Jadi akhirnya sampai siang, masih nggak mau mandi. Ya.. minimal Nangiss.. hehhehe
Si Key cocok kan jadi pembela….. pembela yang baik buat nyelamatkan diri
Komentar