Langsung ke konten utama

Serasa Ilmuwan


“Serase bekawan dengan Ilmuwan Aku, Nda”, celetuk seorang sahabat pada saya. Ya, saat itu saya yang sedang sibuk mengetik di rumahnya, meminta dia meminjamkan saya buku. Buku yang mungkin bisa saya gunakan sebagai petunjuk mendesain buku. Padahal saya hanya meminjam buku, bukan sedang melakukan penelitian di rumahnya. Buku yang saya pinjam, juga bukan buku Ilmiah. Hanya buku cerita, atau buku motivasi lainnya yang bertema remaja.

Tetapi, karena teman saya itu bukanlah tipe orang yang suka membaca, dia menjadi kebingungan untuk meminjamkan buku apa dengan saya. Jadilah, dia sibuk mencari buku yang tepat untuk dipinjamkan dengan saya. Sekali dapat, sebuah buku bersampul putih untuk mengenai Psikologi Perkembangan. Sayang, buku itu tidak tepat untuk saya jadikan panduan.

Masuk kamar, keluar kamar. Teman saya mencoba mendapatkan buku yang dapat dipinjamkan dengan saya. Hingga akhrinya ia membawa buku, yang buku itu ternyata milik saya. Buku yang dipinjam oleh teman saya yang lain, yang kebetulan satu rumah dengan teman saya kebingungan tadi.

Saya pun tersenyum, mendengar celetukannya. “Serasa bekawan dengan Ilmuwan Aku, Nda”.
“Aku memang sudah merasa menjadi Imuwan”, kata Saya menyahut setelah bebarapa menit tidak merespon celetukanya.Teman saya, diam juga.

Saya berkata seperti itu, karena saya pernah ikut Riset Wisata bersama Club Menulis dan Malay Corner. Yakni kunjungan ke Dusun Melati atau lebih dikenal dengan Parit Banjar, di Punggur Kabupaten Kubu raya. Seperi namanya, kunjungan itu tidak sekedar wisata, lagi pula kampung tempat kami datangi, memang bukan tepat berwisata, tetapi kami kesana untuk melakukan penelitian. Penelitian tentang masyarakat Bugis yang masih kental dengana tradisinya. Bersama, dosen-dosen yang sudah bergelar Magister dan Doktor serta orang-orang dari Balai Bahasa saya ikut melakukan penelitian itu. Saya rasa, saya tidak salah jika menyebut mereka yang beriset wisata itu sebagai ilmuwan.

Saya pun menjelaskan pada teman saya, mengapa saya berkata bahwa saya sudah merasa menjadi Ilmuwan. Ya, karena saya ikut berkumpul dengan mereka yang memang lmuwan. Bukanya sok, tapi saya hanya mencoba menyemangati diri. Saya pernah membaca sebuah tulisan di majalah remaja. Pengasuh majalah itu bilang, kita harus menjadi orang yang selalu bersosialisasi dengan orang-orang yang memberi peluang. Saya yang suka menulis, maka saya mesti berkumpul dengan orang-orang yang suka menulis, karena dengan berkumpul dengan orang-orang itu tentu akan memberi peluang untuk memperkaya tulisan, dalam bentuk karya.

Saat ini, saya sedang bersosialisasi dengan orang-orang yang akan melakukan penelitian tentang orang Tiong Hoa di Kalimantan Barat. Tentu, dengan sosialisasi ini saya akan mendapat peluang untuk memperkaya karya saya bersama mereka. Menyenangkan sekali bisa berkumpul dengan mereka yang Ilmuwan itu. berkumpul dengan mereka membuat saya serasa menjadi. Meski hanya serasa.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Daftar Riwayat Hidup: Farninda Aditya

  DAFTAR RIWAYAT HIDUP DATA PRIBADI Nama Lengkap                            : Farninda Aditya NIP                                                                  : 199008242019032012 Jabatan                                                  : Penata Muda Tk.I, (III/b) Asisten Ahli Jabatan Tambahan                             : Sekretaris Prodi PIAUD FTIK IAIN Pontianak Dosen Pengampu                              : Mata Kuliah Bahasa Indonesia                                           Tempat/tanggal lahir                   : Mempawah, 24 Agustus 1990 Jenis kelamin                               : Perempuan Agama                                         : Islam Ruang                                                     : 210, Lantai II,  Gedung Prof. KH Saifuddin Zuhri GOOGLE SCHOOLAR             :   https://bit.ly/3lqX6US Silakan unduh dan sitasi pada       : MODERATION OF LANGUAGE IN A DIFFERENT FAMILY ENVIRONMENT (Language Moderation in The Multi-Ethnic Family Circumstances) | IC

Pertemuan 1: Magang 1

    Assalamualaikum, ww.   Halo kawan-kawan mahasiswa. Selamat telah sampai pada level ini. Selamat sudah masuk sampai perkuliahan Magang 1. Selamat juga berhasil menyelesaikan ritme perkuliahan melalui Daring selama ini. Kalian semua hebat.   Pada perkuliahan Magang1, saya Farninda Aditya dimanahkan untuk mengampu mata kuliah ini. Bagi yang sudah pernah bertemu dengan saya pada mata kuliah sebelumnya, Bahasa Indonesia terutama, tentu sudah paham bagaimana gaya pembelajaran saya.    Menulis adalah yang Utama. Disiplin adalah Aturan. Komunikasi adalah Penyelamat.  Sebelum membahas tentang Apa itu Mata Kuliah Magang?, perkenankan saya menjelaskan cara belajar kita.   Pertama,  Media . Media utama yang digunakan adalah WhatsAap, e-Leraning, Google Meet, Youtube, Instagram, dan Blog.   Media berkomunikasi adalah WhatsAap dan pembelajaran adalah e-Learning. Jadi, segala informasi akan saya sampaikan sebelumnya melalui jaringan ini, terkait media yang akan digunakan p

Bedences

Cuci Motor Bdences. Itulah nama tempat penyucian motor yang saya lihat di daerah Bakau Besar, Kabupaten Mempawah. Di sekitar tikungan, di dekat masjid. Tidak terlalu jauh setelah jembatan yang diperbaiki tahun lalu.   Baru kali ini melihat tempat cuci tersebut   setelah hampir tiga bulan tidak balik kampung. Saya menyimpulkan, tempat ini adalah baru. Namun, yang menarik dari perhatian saya bukan gambaran tempat penyucianya, bukan fasilitasnya, bukan orang yang sedang menyuci. Tapi, Bdences yang menjadi nama tempat pencucian ini.  Bdences mengingatkan saya dengan kata populer   yang digunakan remaja-remaja di Jalan Bawal. Bawal adalah nama gang yang ada di sekitar Pasar Sayur Mempawah.   Batasan-batasan jalan ini sempat saya tanyakan pada seorang teman yang tinggal di sana. Menurutnya Jalan Bawal I berada di samping Lapangan Tenis, Bawal II   berada di seberang Jalan menuju Pasar Sayur menyeberangi jalan menuju Tol Antibar. Bawal II berada   di belakang SD Negeri 1 Mempawah atau